- Perasaan bahwa daydreaming atau melamun memiliki efek positif, sehingga sulit untuk menghentikannya. Misalnya, daydreaming membantu mengurangi stres atau mengisi waktu luang.
- Keterlibatan yang berlebihan dalam pikiran sendiri hingga mengabaikan tanggung jawab di kehidupan nyata.
- Keinginan untuk melarikan diri dari situasi yang membuat individu merasa tidak nyaman di dunia nyata, seperti pengalaman perundungan (bullying).
- Penggunaan daydreaming untuk mencari solusi atau pelarian dari masalah yang dihadapi.
Suka Melamun Berlebihan, Waspadai Maladaptive Daydreaming pada Remaja!

Dalam dunia yang penuh dengan imajinasi dan khayalan, remaja sering kali menemukan diri mereka tenggelam dalam dunia impian yang intens. Bagi sebagian besar remaja, berkhayal adalah bagian alami dari perkembangan kreativitas dan eksplorasi diri.
Namun, bagi sebagian kecil remaja, berkhayal bisa menjadi lebih dari sekadar kegiatan biasa. Fenomena ini dikenal sebagai maladaptive dreaming.
Maladaptive dreaming, atau sering disebut juga sebagai melamun yang berlebihan, adalah fenomena psikologis di mana seseorang terjebak dalam dunia imajinasi yang intens dan sulit dipisahkan dari kenyataan.
Pada remaja, maladaptive dreaming dapat memiliki dampak negatif pada kehidupan sehari-hari, termasuk menurunkan konsentrasi, produktivitas, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Kenapa melamun yang berlebihan harus diwaspadai dan bagaimana ciri-cirinya? Berikut Popmama.com jelaskan mengenai apa itu maladaptive daydreaming pada remaja. Simak ya, Ma!
1. Apa itu maladaptive daydreaming
-UULSJ7ew85rpJoULrQs8B170bd8wEM40.jpg)
Maladaptive dreaming adalah kondisi di mana seseorang menghabiskan waktu yang berlebihan dalam khayalan, terkadang hingga berjam-jam tanpa henti. Dalam kondisi ini, lamunan yang mereka lakukan melibatkan cerita yang kompleks dan terstruktur dalam imajinasi mereka.
Perilaku ini sering kali dijadikan sebagai coping mechanism bagi mereka yang sedang berusaha beradaptasi dengan masalah tertentu. Mereka cenderung larut dalam imajinasi atau khayalan mereka sendiri, sehingga untuk sementara waktu melupakan masalah yang sedang dihadapi.
Ada kemungkinan bahwa perilaku ini bersifat kompulsif, yang berarti sulit dikendalikan oleh individu yang mengalaminya dan terjadi berulang kali. Akibatnya, mereka dapat mengabaikan tanggung jawab mereka dalam kehidupan nyata dan hubungan dengan orang-orang di sekitar mereka.
Bahkan, individu yang mengalami maladaptive dreaming mungkin mengalami kesulitan membedakan antara dunia imajinasi dan kenyataan, sehingga berdampak negatif pada aspek kehidupan sehari-hari seperti pendidikan, hubungan sosial, dan kesehatan mental.
2. Penyebab maladaptive daydreaming
-mMUwhI69YyZM9pdQouXLr1FgpM1VlW9J.jpg)
Penyebab kondisi ini belum diketahui dengan pasti. Namun, sering kali terjadi pada individu yang mengalami kecemasan, stres, atau trauma di masa lalu. Selain itu, melamun secara berlebihan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
Selain itu, terdapat faktor-faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko maladaptive daydreaming, antara lain:
- OCD (Obsessive-Compulsive Disorder) atau gangguan obsesif-kompulsif.
- Gangguan kecemasan.
- Depresi.
- ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan hiperaktivitas dan perhatian.
- Gangguan disosiatif, yaitu kondisi di mana terdapat ketidaksesuaian antara ingatan, pikiran, perilaku, dan identitas individu.
Dalam hal ini, penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan risiko maladaptive daydreaming, namun tidak selalu menjadi penyebab langsung. Setiap individu dapat memiliki pengalaman dan faktor pemicu yang unik dalam mengembangkan kondisi ini.
3. Ciri-ciri maladaptive daydreaming pada remaja
-30xO0A97i2e37njk66e3hbDByj1GOqyf.jpg)
Gejala maladaptive daydreaming dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti tontonan, gambar, suara, aroma, atau permainan. Beberapa gejala atau ciri-ciri yang sering dan bisa ditunjukkan oleh remaja yang mengalami kondisi ini antara lain:
- Menunjukkan reaksi fisik yang nyata saat sedang melamun, seperti gerakan tubuh dan perubahan ekspresi wajah.
- Merasa lebih bahagia setelah melamun.
- Kesulitan dalam berkonsentrasi dan fokus saat melakukan aktivitas lain di luar melamun.
- Memiliki dorongan yang kuat untuk terus melanjutkan lamunan.
- Mengalami kesulitan tidur di malam hari.
- Merasa malu karena tidak mampu mengendalikan keinginan untuk melamun.
- Mudah marah jika dilarang melamun atau diminta untuk melakukan hal lain.
- Kesulitan menghentikan kebiasaan melamun, meskipun menyadari bahwa itu adalah perilaku yang tidak sehat.
- Menolak berinteraksi dengan orang lain karena dianggap mengganggu aktivitas lamunan.
Penting untuk diingat bahwa gejala atau ciri-ciri ini dapat bervariasi antara individu yang mengalami maladaptive daydreaming dan tidak semua gejala harus ada untuk mengkonfirmasi diagnosis. Setiap individu mungkin mengalami kombinasi gejala yang unik.
4. Cara mengatasi maladaptive daydreaming pada remaja
-ByB8f2nvqcTdVIm5HIsDufW8UcvjAmfp.jpg)
Hingga saat ini, belum ada standar pengobatan khusus untuk kondisi ini. Namun, beberapa cara mengatasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala maladaptive daydreaming pada remaja adalah sebagai berikut:
- Membantu mengatasi kelelahan dan rasa kantuk mereka dengan mengonsumsi minuman yang memiliki efek stimulan, seperti minuman berkafein.
- Menghindari pemicu yang dapat memicu keinginan untuk melamun.
- Berkonsultasi dengan seorang psikolog atau psikiater bila diperlukan.
- Menjalani psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT).
- Dalam kasus maladaptive daydreaming yang parah, pengidap dapat diberikan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, seperti obat untuk mengatasi gangguan kecemasan atau OCD.
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga energi tubuh yang optimal.
- Melakukan olahraga secara teratur untuk membantu meningkatkan tidur yang berkualitas, serta mengurangi rasa cemas dan stres.
5. Cara mencegah maladaptive daydreaming pada remaja
-WinFq2dEb3KTiKYwmfOWsXwlEFFnyTBc.jpg)
Mencegah maladaptive daydreaming pada remaja melibatkan peran aktif orangtua dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Mama sebagai orangtua lakukan untuk mencegah maladaptive daydreaming pada remaja:
- Jalinlah komunikasi yang terbuka dan empati dengan remaja Mama. Berikan mereka waktu dan ruang untuk berbicara tentang perasaan, pengalaman, dan tantangan yang mereka hadapi. Dukung dan dengarkan mereka dengan penuh perhatian.
- Atur batasan penggunaan teknologi dan waktu layar. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat memicu melamun berlebihan. Tetapkan waktu yang sehat untuk penggunaan teknologi.
- Dorong remaja untuk terlibat dalam aktivitas yang bermanfaat dan membangun, seperti olahraga, seni, musik, atau kegiatan sukarela. Aktivitas ini dapat membantu mereka mengalihkan perhatian dari lamunan yang tidak sehat dan memberikan pengalaman yang nyata dan memuaskan.
- Ajarkan remaja tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan memberikan pemahaman tentang maladaptive daydreaming. Berikan informasi yang akurat dan berikan dukungan serta sumber daya yang tepat untuk membantu mereka mengelola stres, kecemasan, atau masalah emosional.
- Dorong remaja untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya. Interaksi sosial yang positif dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk melamun secara berlebihan sebagai pelarian dari masalah atau ketidaknyamanan.
- Jadilah contoh yang baik dengan menunjukkan keseimbangan yang sehat dalam penggunaan teknologi, menjaga hubungan yang kuat dengan dunia nyata, dan mengelola stres dengan cara yang produktif. Remaja cenderung meniru perilaku orangtua, jadi penting untuk memberikan contoh yang positif.
- Sediakan dukungan emosional yang konsisten dan terbuka. Bantu remaja mengidentifikasi dan mengatasi stres, kecemasan, atau masalah lain yang mungkin memicu melamun berlebihan. Jika diperlukan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.
Itulah penjelasan mengenai waspadai maladaptive daydreaming pada remaja. Maladaptive dreaming dapat menjadi masalah serius bagi remaja, terutama bagi mereka yang suka halusinasi. Dengan perhatian dan bimbingan yang tepat, remaja yang mengalami maladaptive dreaming dapat mengembangkan keseimbangan antara dunia imajinasi dan kenyataan, serta memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.



















