- Menumbuhkan penerimaan
- Mendorong eksplorasi identitas
- Menormalkan keberagaman identitas
- Mengajarkan nilai inklusivitas
Fenomena Unsur LGBT di Film Animasi Anak, Orangtua Harus Apa?

Saat ini semakin banyak film animasi keluarga dan kartun anak yang mulai menyertakan representasi karakter atau keluarga LGBT. Fenomena ini tidak hanya terjadi di film produksi Hollywood, pasalnya beberapa karya animasi global dan platform streaming juga sudah mulai memasukkan karakter atau pasangan LGBT dalam cerita mereka.
Karena fenomena tersebut banyak orangtua, terutama di Indonesia justru merasa resah. Mereka khawatir bahwa konten semacam ini bisa mempengaruhi perkembangan pikiran dan nilai anak, terutama jika anak belum cukup dewasa untuk memahami konsep orientasi seksual.
Karena itu, muncul pertanyaan penting: Apakah animasi dengan unsur LGBT ini boleh ditonton anak-anak? Bagaimana posisi orangtua jika anak menonton film animasi ini?
Untuk membahas lebih lanjut mengenai hal itu, berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya!
1. Fenomena unsur LGBT semakin masif di konten anak-anak

Isu keberagaman dan inklusivitas terutama terkait identitas gender dan orientasi seksual semakin masif. Tema-tema tersebut semakin sering muncul di media, termasuk media yang ditujukan untuk anak-anak.
Menurut Yadav & Kalia (2022) dalam jurnal "LGBT themes in children’s media and literature: Mirroring the contemporary culture and society", salah satu tujuan memasukkan tema LGBT dalam media anak bertujuan untuk:
Namun, di Indonesia, nilai-nilai konservatif masih sangat dominan, terutama terkait isu LGBT. Masyarakat mayoritas Muslim menunjukkan penolakan terhadap keberadaan LGBT, melihatnya sebagai ancaman bagi negara, agama, dan moralitas sosial. Sikap ini tercermin dalam berbagai kebijakan sosial, budaya, hingga hukum.
2. Kekhawatiran orangtua mengenai unsur LGBT di film animasi anak-anak

Fenomena unsur LGBT di konten anak-anak ini memunculkan kekhawatiran dari sebagian orangtua dan kelompok konservatif. Mereka takut bahwa representasi LGBT terlalu dini bisa membuat anak bingung soal identitas dan orientasi seksual, terutama jika anak masih kecil dan perkembangan emosional dan moralnya masih dalam tahap awal.
Banyak pendapat menekankan pentingnya pendampingan orangtua bila anak menonton animasi dengan konten LGBT: menyertakan dialog terbuka tentang keberagaman, cinta, toleransi, perbedaan sehingga anak bisa memahami konteks dengan benar, bukan sekadar meniru tanpa paham.
Disisi lain, banyak pula yang berpendapat bahwa jika pemeran LGBT dalam animasi disajikan secara normal dan tidak berlebihan (tidak terlalu seksual, lebih ke persahabatan/keluarga), maka film tetap bisa aman untuk anak-anak. Asalkan orangtua paham dan pilih film berdasarkan usia serta kedewasaan anak.
3. Pro dan kontra unsur LGBT vs makna film animasi yang bagus

Di tengah perdebatan mengenai representasi LGBT di media anak, tetapi banyak pendapat bahwa film animasi tetap mengutamakan pesan moral, seperti empati, keberanian, keluarga, persahabatan, dan pentingnya menerima diri sendiri.
Kehadiran karakter LGBT di beberapa animasi umumnya bukan menjadi fokus utama cerita, tetapi tetap memunculkan reaksi beragam dari penonton. Sebagian orang menganggap hal ini sebagai bentuk representasi keberagaman yang ada di masyarakat modern, sementara sebagian lainnya merasa hal tersebut kurang sesuai untuk ditampilkan dalam media anak.
Contohnya adalah film Onward (2020) dari Disney Pixar yang pernah menjadi sorotan karena menghadirkan karakter polisi bernama Officer Specter yang disebut sebagai LGBT. Porsi karakternya sangat kecil dan tidak memengaruhi jalan cerita utama. Fokus film tetap pada tema keluarga, hubungan kakak-adik, proses kehilangan, dan perjalanan emosional remaja dalam memahami diri.
4. Bagaimana orangtua harus bersikap dengan unsur LGBT di film animasi?

Orangtua dapat bersikap dengan melakukan pendampingan aktif saat anak menonton konten yang memuat unsur LGBT. Salah satunya dengan menonton bersama anak dan memberi penjelasan sederhana sesuai usia membantu anak memahami konteks dengan benar, bukan sekadar meniru tanpa paham.
Orangtua juga bisa menegaskan nilai keluarga yang dianut sambil tetap mengajarkan rasa hormat pada perbedaan.
Selain itu, pilihlah tontonan yang sesuai usia dan kematangan emosional anak. Jika unsur LGBT hanya muncul sebagai bagian kecil dan tidak berkaitan dengan tema seksual, banyak ahli menilai konten tersebut tetap aman dengan pendampingan.
Pada akhirnya, keputusan kembali kepada Mama dan Papa. Setiap keluarga punya nilai, batasan, dan pertimbangan masing-masing. Silakan tentukan sendiri dengan bijak, apakah film dengan unsur LGBT tetap aman dan pantas untuk ditonton anak: pendampingan dan komunikasi yang tepat.



















