- Ilmu syariat, yaitu aturan ibadah dan kehidupan sehari-hari.
- Ilmu batin atau rohani, yang kemudian dikenal sebagai tasawuf.
Kisah Ali bin Abi Thalib Sahabat yang Berani dan Bijak

- Kelahiran, masa kecil, dan kedekatan Ali dengan Nabi Muhammad SAW
- Keberanian Ali dalam peristiwa hijrah dan peperangan-peperangan besar
- Kehidupan Ali di Madinah, pernikahan dengan Fatimah, dan masa menjadi khalifah, hingga wafatnya Sang Sahabat Nabi
Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena keberanian, kecerdasan, dan kebijaksanaannya. Sejak kecil, ia diasuh langsung oleh Rasulullah SAW, sehingga kedekatan itu membentuk akhlak serta pemahamannya terhadap ajaran Islam. Berkat bimbingan tersebut, Ali bin Abi Thalib tumbuh menjadi sosok yang kuat, jujur, dan selalu membela kebenaran.
Dalam sejarah Islam, Ali bin Abi Thalib termasuk orang pertama yang memeluk Islam dan selalu mendampingi Nabi dalam berbagai peristiwa penting. Ia dikenal sebagai pemuda pemberani di medan perang, teladan dalam sikap bijak, serta pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Keteguhannya inilah yang membuat namanya dikenang sebagai salah satu tokoh besar dalam perjalanan dakwah Islam.
Kali ini, Popmama.com akan membagikan rangkuman kisah Ali bin Abi Thalib sahabat nabi yang berani dan bijak, mulai dari perjalanan hidupnya hingga awal mula ia memeluk Islam. Yuk, simak cerita lengkapnya berikut ini!
Kelahiran, Masa Kecil, dan Kedekatan Ali dengan Nabi Muhammad SAW

Ali bin Abi Thalib lahir di Mekkah, daerah Hejaz, pada tanggal 13 Rajab. Banyak sejarawan menyebut bahwa ia lahir sekitar tahun 599 atau 600 Masehi. Ada juga riwayat dari kalangan Muslim Syiah yang meyakini bahwa Ali lahir di dalam Ka’bah, sehingga kelahirannya dianggap sebagai peristiwa yang sangat istimewa.
Nama kecilnya adalah Haydar, yang berarti "singa". Keluarganya berharap ia menjadi pribadi yang kuat dan pemberani. Namun, ketika Nabi Muhammad SAW melihat bayi sepupunya itu, beliau memanggilnya Ali, yang berarti “tinggi derajatnya”.
Ali lahir dari pasangan Abu Thalib dan Fatimah binti Asad. Dari sisi ayah dan ibunya, Ali berasal dari Bani Hasyim, kabilah yang sama dengan Nabi Muhammad SAW. Dengan keluarga Abu Thalib yang hidup sederhana dan sudah lanjut usia, Nabi Muhammad SAW dan istrinya, Khadijah, kemudian membantu mengasuh Ali. Sejak kecil Ali tinggal di rumah Nabi, bermain, belajar, dan tumbuh di bawah pengasuhan langsung Rasulullah SAW.
Hubungan Nabi dan Ali digambarkan sangat dekat. Dalam beberapa riwayat, kedekatan itu diibaratkan seperti hubungan Nabi Harun dengan Nabi Musa. Ali menjadi hiburan bagi Nabi karena beliau tidak memiliki anak laki-laki saat itu.
Awal Masuk Islam, Masa Remaja, dan Perjalanan Ilmu yang Dibimbing Nabi

Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, Ali masih remaja berusia sekitar sepuluh tahun. Meski masih sangat muda, ia langsung percaya kepada Nabi dan menerima ajaran Islam tanpa ragu. Ia termasuk orang pertama yang masuk Islam, setelah Khadijah.
Karena tumbuh di rumah Nabi, Ali banyak belajar tentang agama, akhlak, dan keberanian langsung dari Rasulullah. Banyak ulama menyebut bahwa Nabi mengajarkan dua jenis ilmu kepada Ali:
Hal ini membuat Ali tumbuh sebagai pemuda yang cerdas, bijak, dan memahami Islam dari luar maupun dalam. Ia dikenal punya pemikiran tajam, hati yang bersih, dan keberanian luar biasa.
Keberanian Ali dalam Peristiwa Hijrah dan Peperangan-Peperangan Besar

Keberanian Ali sudah terlihat sejak masa awal dakwah Islam. Ketika Nabi memutuskan hijrah ke Madinah dan kaum Quraisy berniat menyerang beliau, Ali tidur di tempat Nabi untuk mengelabui para penyerang. Ia mempertaruhkan nyawanya agar Nabi bisa hijrah dengan selamat. Saat Quraisy menyadari bahwa orang yang tidur adalah Ali, Nabi sudah jauh meninggalkan Mekkah.
Setelah hijrah, Ali ikut hampir semua pertempuran penting yang terjadi pada masa Nabi. Beberapa di antaranya:
Perang Badar
Ini adalah perang pertama dalam sejarah Islam. Ali tampil sebagai salah satu pahlawan utama. Banyak musuh Quraisy yang tumbang di tangannya karena keberaniannya.
Perang Khandaq
Di perang ini, Ali bertarung melawan Amar bin Abdi Wud, salah satu kesatria Quraisy yang terkenal kuat. Ali menebas musuh tersebut dengan pedang Dzulfikar, pedang legendaris yang sangat terkenal.
Perang Khaibar
Ketika para sahabat kesulitan membuka benteng Khaibar yang sangat kuat, Nabi bersabda bahwa bendera kemenangan akan diberikan kepada seseorang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Orang itu adalah Ali.
Ia berhasil menghancurkan benteng Khaibar dan mengalahkan Marhab, kesatria terkenal yang dijuluki sangat kuat.
Ali ikut semua perang kecuali Perang Tabuk, karena ia ditugaskan Rasulullah SAW untuk menjaga Madinah.
Kehidupan Ali di Madinah, Pernikahan dengan Fatimah, dan Masa Menjadi Khalifah

Setelah menetap di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri beliau, Fatimah az-Zahra. Pernikahan ini membuat hubungan Ali dan keluarga Nabi Muhammad SAW semakin dekat. Dari pernikahan tersebut lahirlah Hasan dan Husain, dua cucu Nabi yang sangat dicintai.
Suatu hari ketika Nabi mencari Ali, beliau mendapati Ali tertidur dengan debu di punggungnya. Nabi Muhammad SAW membersihkan debu itu sambil berkata, “Duduklah wahai Abu Turab.” Julukan itu berarti “ayah debu” dan menjadi julukan kesayangan Ali.
Setelah Nabi wafat, umat Islam menghadapi perbedaan pendapat tentang siapa yang menjadi khalifah. Ali tetap memilih menjaga persatuan dan akhirnya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah demi kebaikan umat.
Ali sendiri baru menjadi khalifah keempat setelah wafatnya Utsman bin Affan. Masa kepemimpinannya berlangsung sekitar lima tahun, namun penuh tantangan karena kondisi politik sudah kacau sejak masa sebelumnya. Pada masa Ali terjadi dua perang besar:
Perang Basra (Perang Jamal)
Pasukan Ali berhadapan dengan pasukan Zubair, Talhah, dan Aisyah.
Perang Shiffin
Konflik dengan pasukan Muawiyah yang memperlemah pemerintahan Ali. Ali tetap berusaha menegakkan keadilan, tetapi situasi politik saat itu sangat rumit.
Wafatnya Ali, Pemakamannya, dan Keturunannya yang Dihormati

Ali meninggal pada usia 63 tahun setelah diserang oleh seorang dari kelompok Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam. Serangan terjadi ketika Ali sedang memimpin salat Subuh di masjid Kufah pada tanggal 19 Ramadhan. Beliau wafat dua hari kemudian, pada 21 Ramadhan tahun 40 Hijriah.
Pemakamannya dilakukan secara rahasia untuk menghindari kekacauan, dan banyak riwayat menyebut bahwa Ali dimakamkan di Najaf, Irak, meski ada sumber yang menyebut lokasi berbeda.
Ali memiliki banyak keturunan, yaitu sekitar 36 anak dari beberapa istri. Dua anaknya yang paling terkenal adalah Hasan dan Husain, cucu Nabi Muhammad SAW.
Keturunan Ali melalui Fatimah disebut Sayyid atau Syarif, gelar kehormatan yang masih digunakan hingga kini.
Itulah kisah Ali bin Abi Thalib yang penuh teladan keberanian dan kebijaksanaan. Semoga rangkuman ini membantu Mama memahami perjalanan hidup salah satu sahabat mulia Rasulullah SAW.
FAQ Seputar Kisah Ali bin Abi Thalib
| Kenapa Ali bin Abi Thalib dijuluki Pintu Ilmu? | Sahabat yang disebut Nabi sebagai pintu ilmu adalah Ali bin Abi Thalib. Sebagai salah satu sahabat, Ali bin Abi Thalid dianugerahi gelar Babul 'Ilm atau pintu ilmu pengetahuan karena kepribadian dan dedikasinya yang luar biasa di mata Rasulullah SAW. |
| Apakah Ali bin Abi Thalib memiliki julukan Asadullah karena keberaniannya? | Dalam perang Mu'tah di negeri Syam, setelah Ja'far kakaknya yang memegang bendera gugur, juga Zaid dan Ibn Rawahah gugur juga, maka Ali yang memegang tampuk itu. Karenanya Ali dikenal dengan julukan “Asadullah” (Singa Allah). Saat lahir, ibunya memberi nama “Haidar”, artinya “singa sang pemberani”. |
| Apa prestasi Ali bin Abi Thalib? | Meski masa kepemimpinannya sebagai khalifah cukup singkat, ada sejumlah prestasi yang Ali capai. Dirinya mampu mengganti beberapa pejabat yang kurang cakap dalam bekerja demi pemerintahan yang efektif dan efisien. Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga membenahi keuangan negara atau Baitul Mal. |



















