Pahami Dampak Video Pendek pada Anak, Benarkah Sebabkan Brain Rot?
-ldxWUrYlDvCErDZIGQElNPq4OOsLNxiG.jpg)
Di era digital saat ini, video pendek menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi anak-anak dan remaja. Platform seperti TikTok dan Instagram menawarkan konten seperti video-video pendek yang menghibur, tetapi apakah ada dampak buruk di balik ini?
Istilah brain rot sering kali muncul dalam diskusi tentang konsumsi media digital, menggambarkan kekhawatiran bahwa paparan berlebihan terhadap video pendek dapat memengaruhi perkembangan otak dan perilaku anak.
Kali ini Popmama.com akan memberikan informasi mengenai pahami dampak video pendek pada anak, benarkah sebabkan brain rot? yang dikutip dari akun Instagram pribadi Molecular Biologist & Science communicator Riza Arief Putranto @rizaputranto
1. Apakah brain rot benar-benar ada?

Istilah brain rot sering digunakan untuk menggambarkan dampak negatif dari konsumsi media digital yang berlebihan, terutama video pendek.
Namun, banyak yang berpendapat bahwa konsep ini belum memiliki dasar ilmiah yang kuat. Meskipun demikian, kekhawatiran tentang dampak negatif media sosial pada kesehatan mental dan perkembangan otak tetap menjadi topik yang relevan dan penting untuk diteliti lebih lanjut.
Beberapa ahli berpendapat bahwa konsumsi media yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan anak untuk fokus, memproses informasi secara mendalam, dan mempertahankan perhatian dalam jangka panjang.
Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa paparan konten yang terus-menerus dapat memengaruhi cara anak memandang diri sendiri dan dunia di sekitarnya, terutama jika konten tersebut menampilkan standar yang tidak realistis atau memicu perbandingan sosial yang tidak sehat.
2. Dampak yang disebabkan oleh video-video pendek
-vnL5B20YiZSwU9Tsr1dvSsRq3cL0AieU.jpg)
Sebuah studi yang diterbitkan dalam NeuroImage pada tahun 2021 menunjukkan bahwa menonton video pendek berdurasi 5-21 detik, seperti yang sering ditemukan di platform media sosial seperti TikTok, dapat memengaruhi pikiran dan perilaku anak.
Algoritma media sosial dirancang untuk menampilkan konten yang disukai pengguna, yang dapat meningkatkan keterlibatan dan waktu yang dihabiskan di platform tersebut. Hal ini dapat memengaruhi cara anak-anak berpikir dan bertindak, karena paparan yang terus-menerus terhadap konten yang menarik dapat membentuk kebiasaan dan preferensi di dalam otaknya.
3. Mengapa video pendek dapat memengaruhi otak?
-B4wRogLxnz2FAtSEBsvzjRX464dKSaZX.jpg)
Video pendek dapat merangsang area otak yang terkait dengan kreativitas, yaitu Default Mode Network (DMN). DMN berperan dalam proses merenung dan memunculkan ide-ide baru. Selain itu, video pendek juga memengaruhi Ventral Tegmental Area (VTA), bagian otak yang memproduksi dopamin, neurotransmitter yang berperan dalam perasaan senang dan motivasi.
Ketika produksi dopamin meningkat secara berlebihan akibat paparan video pendek yang terus-menerus, hal ini dapat menyebabkan kecanduan, karena otak menjadi terbiasa dengan rangsangan yang cepat dan intens.
Studi yang diterbitkan dalam Psy Res pada tahun 2017 juga menemukan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memengaruhi bagian otak yang mengatur emosi.
Jika anak sering terpapar konten yang mengaduk emosi, seperti video yang memicu kemarahan atau kesedihan, hal ini dapat memengaruhi suasana hati dan perilakunya di dunia nyata.
Misalnya, anak mungkin menjadi lebih mudah merasa marah atau sedih dalam kehidupan sehari-hari, karena otaknya merasa telah terbiasa merespons rangsangan emosional yang intens.
4. Media sosial hanyalah alat, atur penggunaannya dengan bijak!

Media sosial hanyalah alat, jadi gunakanlah untuk menambah wawasan anak, bukan sebaliknya. Jangan biarkan perasaan anak ditentukan oleh konten yang sebenarnya tidak layak untuk ditonton.
Dengan menjadi pengguna yang bijak, Mama dapat memastikan bahwa media sosial berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang bermanfaat termasuk untuk anak-anak, bukan sebagai sumber stres atau kecemasan.
Oleh karena itu, sebenarnya bukan hanya media sosial itu sendiri yang menjadi masalah, melainkan bagaimana cara Mama mengatur penggunaannya pada anak. Penting untuk mengonsumsi media sosial dengan bijak agar dampaknya pada pikiran dan perilaku kita tetap seimbang.
Itulah informasi mengenai pahami dampak video pendek pada anak. Dengan memahami potensi risiko dan manfaat dari konsumsi media digital, Mama dapat membuat keputusan yang lebih bijak tentang bagaimana dan kapan anak menggunakannya, terutama untuk menonton video-video pendek.



















