Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

20 Pertanyaan Powerful untuk Anak Sebelum Mereka Dewasa

papa dengan anak balita
Freepik/v.ivash
Intinya sih...
  • Orangtua perlu bertanya pada anak tentang perasaan mereka.
  • Pertanyaan seperti "Kalau kucing kita bisa ngomong, kira-kira dia bilang apa, ya?" dapat melatih anak memahami perspektif makhluk lain.
  • Remaja butuh didengarkan tanpa dihakimi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika anak masih kecil, orangtua sibuk mengganti popok, memasak, dan mengurus rumah. Saat anak mulai besar, orangtua sibuk mengantar les dan tugas sekolah. Sampai akhirnya Mama dan Papa mungkin lupa satu hal penting: setiap usia punya percakapan yang tidak bisa diulang ketika mereka dewasa.

Menurut penelitian di Psychological Science oleh Rachel Romeo (Harvard-MIT), interaksi dua arah yang bermutu seperti mengobrol, bertanya, dan mendengarkan balik, memberikan dampak lebih besar pada perkembangan otak anak daripada sekadar banyak bicara atau memberikan perintah.

Artinya, bukan sekadar apa yang orangtua katakan, tetapi apa yang orangtua gali dari dunia batin mereka. Berikut Popmama.com berikan 20 pertanyaan powerful untuk anak sebelum mereka terlambat dewasa.

Pertanyaan untuk Toddler (1-3 tahun)

Papa dan Anak di pinggir danau
Canva.com/Negative Space

Pada usia ini, anak baru belajar menamai perasaan. Mereka sering menangis tanpa tahu mengapa. Mereka tertawa tanpa bisa menjelaskan alasannya.

Maka tugas kita bukan menyuruh mereka berhenti menangis, tetapi mengajari mereka mengerti apa yang mereka rasakan.

1) “Apa yang kamu rasakan ketika Mama sakit?”

Mama ketika sakit
Freepik/benzoix

Anak belajar bahwa perasaan muncul bukan hanya saat dirinya sakit, tapi juga ketika orang lain tidak ada atau tidak nyaman. Ini adalah langkah awal empati.

orangtua bisa merespon dengan,
“Kamu sedih ya waktu Mama tidak bisa bermain? Terima kasih sudah kangen sama Mama.”

Dengan ini, anak akan belajar bahwa perasaanya valid dan didengar

2) “Apa yang paling bikin kamu merasa berani?”

anak mengacungkan jari
Freepik

Toddler sering takut akan hal baru (orang asing, toilet training, suara vacuum). Dengan pertanyaan ini, kita menanamkan identitas positif, bahwa mereka punya keberanian, bukan hanya ketakutan.

orang tua bisa merespon dengan, “Wah, kamu berani waktu coba naik perosotan ya! Mama bangga kamu berani mencoba.”

3) “Kalau kamu bisa terbang, kamu mau ke mana?”

papa bermain dengan anak
Freepik/jcomp

Pada usia ini, kreativitas bukan sekadar "lucu", tapi fondasi pemecahan masalah di masa depan. Imajinasi membantu anak memahami dunia melalui fantasi.

Orangtua bisa merespon dengan, “Ke pantai? Apa yang mau kamu lakukan di sana?”

Imajinasi yang didukung akan membuat anak terus memupuk rasa ingin tahunya.

4) “Kalau kucing kita bisa ngomong, kira-kira dia bilang apa, ya?”

anak dengan peliharaan kucingnya
Freepik/pch.vector

Pertanyaan ini akan melatih anak memahami perspektif makhluk lain, cikal bakal kemampuan sosial.

orangtua bisa merespon dengan, “Kalau kucing bilang ‘lapar’, kamu mau ngapain?”

Pertanyaan lanjutan dan lebih dalam akan mengasah empati serta pemecahan masalah si Kecil.

5) “Hal apa yang paling senang kamu lakukan?”

balita sedang bermain bebek
Freepik/rawpixel.com

Toddler punya kebutuhan sensorik berbeda, ada yang suka memeluk, ada yang suka air, ada yang suka berlari. Pertanyaan ini membantu orangtua memahami cara terbaik memenuhi kebutuhannya.

Coba respon dengan, “Kamu suka main air ya? Nanti kita coba main gelembung sabun ya.”

Minat anak bisa jadi panduan bermain, bukan hanya mengikuti ide orangtua.

Pertanyaan untuk Pra Sekolah (3–5 tahun)

Mama dan anak perempuan sedang duduk bersama di kursi taman
Freepik

Usia ini anak mulai membangun rasa aman, tanggung jawab, dan pertemanan. Mereka mulai paham bahwa tindakan punya efek samping.

6) “Kalau Mama peluk, apa yang kamu rasakan?”

ibu sedang memeluk putranya
Freepik

Pelukan bukan sekadar sentuhan, tapi cara tubuh mengingat rasa aman. Dengan menamai perasaan saat dipeluk, anak membentuk asosiasi bahwa keluarga adalah tempat pulang.

Apabila anak merasa hangat, maka Mama dapat merepon dengan, "Mama senang kamu merasa hangat. Pelukan itu kasih sayang."

7) “Kalau bonekamu bisa ngomong, dia ngomong apa ya?”

anak dengan boneka kesayangannya
Freepik/jcomp

Anak sering memproyeksikan emosi lewat boneka. Kata-kata boneka sering menunjukkan isi hati mereka.

Maka, Mama bisa merespon dengan “Boneka bilang dia takut tidur sendirian? Kamu juga suka merasa begitu?”

Dengan ini, Mama tidak perlu menghakimi, cukup akui dan temani sebentar sambil memberikan pengertian bahwa ia harus belajar tidur sendiri.

8) “Apa yang akan kamu lakukan jika temanmu sedih akibat perkataanmu?”

anak-anak merasa bersalah
Freepik

Anak usia ini mulai belajar bahwa kata-kata bisa menyakiti. Ini fondasi membangun karakter, bukan hanya sopan santun.

Mama dan Papa bisa ajarkan dengan, “Kamu bisa bilang maaf dan ajak main lagi. Itu cara memperbaiki, bukan cuma minta maaf.”

9) “Hal apa yang buat kamu sangat senang?”

anak sedang menyusun balok
Freepik

Mengetahui apa yang membuat anak bahagia membantu orangtua mengenali cara terbaik menenangkan anak saat tantrum.

Papa bisa respon dengan, “Kalau kamu senang saat menggambar, nanti kalau kamu sedih kita bisa menggambar ya.”

Karena bahagia bisa jadi alat regulasi emosi, bukan sekadar hiburan.

10) “Paling kesal kalau Papa dan Mama ngapain?”

anak tidak percaya diri
Freepik

Di sini, anak belajar bahwa ia boleh tidak suka sesuatu, dan keluarganya tetap aman mencintainya. Ini membangun hubungan jujur hingga dewasa.

Coba respon dengan, “Kamu kesal kalau Papa marah-marah ya? Papa akan coba bicara lebih pelan, ya.”

Dengan begitu, anak belajar bahwa orang dewasa juga belajar mengendalikan diri.

Pertanyaan untuk Usia Sekolah (5–12 tahun)

Mama dan anak sedang menari
Freepik

Pada usia ini, anak membangun identitas diri, harga diri, dan logika moral.

11) “Hal apa yang paling susah jadi seorang anak?”

anak sedang berbincang dengan kedua orangtua
Freepik

Anak sering merasa tidak didengarkan karena “mereka masih kecil.” Pertanyaan ini menunjukkan bahwa menjadi anak pun punya perjuangannya tersendiri sesuai dengan umurnya.

Mama dan Papa bisa merespon dengan memahami kondisi anak dan menjadi partner solusi, “Oh jadi PR kadang bikin capek ya? Kita cari cara belajar yang lebih enak yuk.”

12) “Hal yang sebenarnya malu kamu sampaikan tapi kamu harap Mama/Papa tahu?”

mama menenangkan anak perempuan
Freepik/rawpixel.com

Ini membuka pintu komunikasi tanpa ancaman. Jika anak terbiasa berbicara rahasia dari kecil, mereka akan tetap terbuka saat remaja.

Sebagai orangtua, penting juga untuk menempatkan diri menjadi sahabat anak. Untuk itu, dapat merespon dengan, “Mama nggak akan marah, Mama mau mengerti dulu. Kamu boleh cerita pelan-pelan.”

Anak butuh jaminan keamanan emosional sebelum kejujuran.

13) “Kalau kamu bisa pelihara hewan apapun, kamu mau apa dan kenapa?”

anak dengan peliharaan kuda
Freepik

Pertanyaan ini akan mendorong empati dan memahami nilai tanggung jawab.

“Kalau pelihara kuda perlu makan banyak. Menurut kamu kamu sanggup? Bagus ya kamu memikirkan kebutuhannya.”

Maka, ajarkan anak empati pada kebutuhan makhluk lain.

14) “Kalau kamu dapat uang 10 juta untuk bantu orang lain, kamu mau lakukan apa?”

anak memegang uang
Freepik/drobotdean

Anak belajar bahwa uang bukan hanya alat membeli, tapi alat menolong.

Coba respon dengan, “Ide kamu bagus! Kamu mau bantu siapa dulu? Kenapa?”. Dengan ini, Mama akan membangun nilai altruistik (membantu bukan demi pujian).

15) “Kenangan apa yang paling kamu ingat?”

anak-anak jalan kaki
Canva/Danil Kondarshiin

Pertanyaan semacam ini akan membentuk self narrative, yakni cara anak menceritakan dirinya, yang berperan besar pada kesehatan mental di masa depan.

Orangtua dapat merespon dengan, “Kamu suka saat kita piknik ya? Yuk kita buat kenangan lagi minggu depan.”

Bukan sekadar nostalgia, tapi mengulang kehangatan.

Pertanyaan untuk Remaja (12–18 tahun)

anak yang berkomunikasi asertif
Freepik/Haolin Li

Remaja tidak selalu butuh nasihat. Mereka butuh didengarkan tanpa dihakimi.

16) “Apa yang kamu ingin Papa dan Mama tahu lebih banyak tentang kamu?”

anak dengan Mama dan Papa
Freepik

Pertanyaan ini menyampaikan pesan, Kami ingin mengenalmu, bukan mengaturmu.

Ketika anak sudah mulai terbuka, orangtua dapat merespon dengan terima kasih yang tulus ikhlas, “Terima kasih sudah berbagi. Orangtua juga sedang belajar mengenal kamu.”

Remaja menghargai kerendahan hati orang dewasa.

17) “Kalau kamu bisa ubah sesuatu di dunia ini, apa yang mau kamu ubah?”

Ilustrasi laki-laki memandang hamparan bintang
Freepik

Remaja mulai peduli soal keadilan, lingkungan, bullying, bahkan perasaan orang. Pertanyaan ini mendorong pemikiran kritis dan empati global.

Sampaikan penghargaan dengan, “Ide kamu keren. Kalau kamu mulai dari hal kecil, apa yang mau kamu lakukan?”

18) “Apa sifat yang paling kamu cari dari seorang teman?”

Ilustrasi anak dengan teman-temannya
Freepik

Saat remaja, pertemanan menjadi pusat identitas. Lewat pertanyaan ini, kita memahami lingkungan sosial yang membentuk mereka.

“Kamu butuh teman yang jujur? Itu penting. Kalau kamu punya teman seperti itu, jaga ya.” Validasi pilihan pertemanan, bukan mengontrolnya.

19) “Apa hal yang paling kamu takutin dan kenapa?”

Ilustrasi anak ketakutan
Freepik

Remaja sering menahan beban takut gagal, takut ditolak, takut mengecewakan. Mereka hanya bicara bila merasa aman.

Maka, Mama dan Papa dapat merespon dengan, “Kamu boleh takut. Tapi kamu gak sendirian. Kita bisa cari cara bersama.”

Hadir, bukan menasehati.

20) “Hal apa yang sering kamu pikirin?”

Ilustrasi anak remaja overthinking
Freepik

Pertanyaan ini seperti membuka jendela menuju dunia dalam remaja, yakni mimpi, stres, cinta, identitas, tujuan hidup.

Coba respon dengan, “Terima kasih sudah buka pikiran kamu ke Mama dan Papa. Kamu selalu boleh cerita kapan pun.”

Pertanyaan sederhana bisa membuka percakapan yang dalam, bahkan percakapan yang tidak kita sadari sedang kita butuhkan. Pada akhirnya, mereka mungkin lupa mainan yang kita belikan, tapi mereka tidak pernah lupa rasanya berbicara dengan kita.

Maka, itulah 20 pertanyaan powerful untuk anak sebelum mereka terlambat dewasa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Resep Kreasi Telur Chili Padi, Menu Pedas Lembut yang Bocil Approve!

12 Des 2025, 07:05 WIBKid