“Karakteristik utama alergi adalah sifatnya yang berulang - setiap kali anak mengonsumsi makanan pemicu, gejala yang sama akan muncul kembali. Ini juga yang membedakan dengan picky eater.” ujar Dr. Endah pada Selasa (16/9/2025).
Begini Cara Membedakan Anak Picky Eater dengan Alergi Makanan

Sebagai orangtua, melihat anak menolak berbagai jenis makanan tentu membuat khawatir. Apakah si Kecil hanya sedang dalam fase picky eater atau justru mengalami alergi makanan?
Kedua kondisi ini memang sering membingungkan karena gejalanya bisa tampak serupa.
Padahal, memahami perbedaannya sangat penting untuk memberikan penanganan yang tepat bagi anak mama.
Berangkat dari urgensi tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia mengadakan Seminar Media dengan tema: ‘Alergi Makanan pada Anak: Bagaimana Mengenali dan Mengatasinya’ pada Selasa (16/9/2025), dengan menghadirkan dokter spesialis alergi imunologi anak sebagai narasumber.
Memahami tanda-tanda alergi menjadi kunci penting dalam menjaga kesehatan si Kecil.
Untuk itu, Popmama.com telah merangkum fakta seputar begini cara membedakan anak picky eater dengan alergi makanan.
Memahami Apa Itu Alergi Makanan dan Bedanya dengan Faktor Lain

Alergi makanan ditandai dengan gejala alergi atau reaksi fisik tidak menyenangkan yang datang dari dalam tubuh seperti ruam, muntah, gatal-gatal, sesak nafas, atau diare, dan reaksi tersebut berulang setiap kali makanan yang sama dikonsumsi.
Sementara anak picky eater hanya menolak makanan atau memuntahkan makanan yang masih ada di mulut, tanpa ada reaksi fisik atau gejala alergi yang muncul dari dalam tubuh.
Alergi makanan ditandai dengan reaksi tidak menyenangkan yang disebabkan oleh respons sistem imun yang spesifik terhadap protein tertentu dalam makanan.
Dr. Endah Citraresmi, Sp.A, menjelaskan tanda-tanda utama alergi makanan yang dapat diidentifikasi di rumah dalam Seminar Media IDAI.
Berbeda dengan intoleransi makanan dan picky eater yang tidak melibatkan sistem imun, alergi makanan bersifat mediasi imun dan dapat menimbulkan reaksi yang serius.
Karena reaksinya yang melibatkan imun, alergi makanan dapat dikenali dari gejalanya yang datang dari dalam tubuh. Inilah yang membedakannya dengan picky eater.
Gejala alergi makanan bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Reaksi ringan berupa ruam kulit, gatal-gatal, atau gangguan pencernaan seperti diare dan muntah.
Sementara reaksi berat bisa berupa sesak napas, pembengkakan, hingga syok anafilaksis yang mengancam jiwa.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua reaksi negatif terhadap makanan adalah alergi.
Beberapa anak mungkin mengalami intoleransi makanan yang gejalanya mirip namun mekanismenya berbeda.
Oleh karena itu, Mama harus mengetahui bahwa yang berhak memberi diagnosa alergi atau intoleransi makanan pada anak hanyalah dokter, bukan orangtua.
Jadi, segeralah cari bantuan medis jika Mama mendapati si Kecil menunjukkan reaksi fisik yang berulang setelah memakan makanan tertentu.
Langkah Tepat Ketika Curiga Anak Mengalami Alergi Makanan

Jika orangtua mencurigai anak mengalami alergi makanan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan konsumsi makanan yang dicurigai sebagai pemicu.
Amati apakah gejala yang muncul membaik dengan sendirinya atau tidak.
Selama periode observasi ini, sangat penting untuk mencatat semua gejala yang muncul dan buat food diary untuk membantu dokter dalam proses diagnosis.
Hal tersebut ditekankan oleh Dr. Endah, karena alergi makanan adalah reaksi imun yang konsisten, sangat penting bagi dokter untuk mengetahui frekuensi kemunculan gejala alergi.
“Sangat penting bagi orangtua untuk mencatat. Catat semua hal tentang kemunculan gejala alergi. Tanggal berapa munculnya, makanan apa yang dimakan, bagaimana kondisi anak, dan lain-lain. Catatan ini juga sebaiknya dalam bentuk log atau diary, agar dokter bisa mengetahui semuanya dengan detail dan kronologis sebelum menentukan tes apa yang harus dilakukan.” jelas Dr. Endah pada Selasa (16/9/2025).
Jika gejala tidak tertahankan atau membuat anak sangat tidak nyaman, segeralah bawa si Kecil ke UGD.
Perlu diketahui bahwa sebagian alergi makanan pada anak tidak bersifat menetap hingga dewasa.
Alergi yang melibatkan saluran cerna seperti diare atau BAB berdarah seringkali membaik seiring bertambahnya usia karena faktor ketidakmatangan saluran cerna.
Dokter akan melakukan uji provokasi dan berbagai tes untuk memastikan diagnosis dan menentukan apakah alergi masih ada atau sudah hilang.
Waspada Mitos Seputar Alergi Makanan pada Anak

Banyak orangtua yang terjebak dalam mitos-mitos seputar alergi makanan. Dr. Endah juga memaparkan beberapa mitos yang sering menjadi kekhawatiran orangtua dalam mengidentifikasi alergi makanan pada anak.
Salah satu kesalahpahaman yang umum adalah menganggap kolik pada bayi selalu disebabkan oleh alergi makanan.
Padahal, kolik bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain seperti ketidakmatangan sistem pencernaan atau faktor lingkungan. Begitu pula dengan diare, yang tidak selalu menjadi indikator alergi makanan pada anak.
Mitos lainnya adalah menganggap semua ruam kulit disebabkan oleh makanan. Faktanya, penyebab ruam pada anak lebih sering berasal dari faktor lingkungan seperti iritasi, cuaca, atau produk perawatan kulit.
Solusinya adalah melindungi kulit dengan pelembab yang tepat, karena kulit yang kering dan teriritasi justru memudahkan partikel makanan masuk melalui kulit.
Biduran atau urtikaria juga sering disalahpahami sebagai tanda pasti alergi makanan. Padahal, biduran memiliki banyak penyebab lain seperti infeksi virus atau bakteri yang sedang dialami anak, kondisi stress atau kecemasan, perubahan suhu udara yang ekstrem, paparan sinar matahari berlebihan, gigitan serangga, atau bahkan aktivitas fisik yang intens.
Biduran juga bisa dipicu oleh obat-obatan tertentu, bahan kimia dalam deterjen atau sabun, serta faktor genetik.
Itulah informasi seputar begini cara membedakan anak picky eater dengan alergi makanan. Semoga membantu, Ma!



















