Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Atasi Burnout Tanpa Keluar dari Zona Nyaman

salonpas (3).jpg
Dok. Salonpas
Intinya sih...
  • Burnout menjadi masalah serius bagi perempuan, dengan dampak kelelahan emosional, gangguan tidur, dan penurunan sistem imun.
  • Rima Melati berbagi pengalaman tentang cara mengatasi burnout dengan mencoba hal-hal baru untuk tetap waras saat merasa kelelahan secara mental.
  • Tara de Thouars menegaskan bahwa kenyamanan seharusnya tidak dianggap sebagai penghalang untuk berkembang, tapi justru bisa menjadi dasar yang kuat untuk pertumbuhan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi banyak Mama, istilah “zona nyaman” sering kali terdengar negatif, seolah kita diminta terus keluar darinya untuk bisa berkembang.

Tapi benarkah seperti itu? Dalam event Patchtastic Day 2025 yang diadakan oleh Salonpas Pain Relief Patch, sejumlah tokoh perempuan berbagi perspektif baru soal kenyamanan, bahwa comfort zone bukan penghambat, tapi justru bisa menjadi pondasi pertumbuhan jika dimaknai dengan tepat.

Acara yang diadakan pada Kamis (22/5), di Dia.Lo.Gue Artspace Kemang, mengusung semangat merayakan kenyamanan, Salonpas mengangkat tema diskusi “In My Comfort Zone, Why Not? Embrace Your Comfort, Empower Your Life” sebagai ajakan untuk memaknai kenyamanan sebagai sumber kekuatan dalam kehidupan.

Berikut ini Popmama.com akan mengulas mengenai keterkaitan antara zona nyaman dan burnout yang memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Kenapa Burnout Kini Jadi Masalah Serius bagi Perempuan?

salonpas.jpg
Dok. Salonpas

Burnout bukan lagi sekadar lelah biasa. Menurut WHO, lebih dari 970 juta orang di dunia mengalami masalah kesehatan mental, dan di Indonesia sendiri, prevalensi depresi mencapai 6% dari populasi. Bahkan survei Asia Care 2024 menyebutkan, 56% penyebab masalah mental berasal dari stres dan rasa tidak nyaman.

Burnout kerap dialami secara diam-diam oleh perempuan, terutama mereka yang menjalani banyak peran sekaligus sebagai ibu, istri, pekerja, hingga pribadi yang ingin terus bertumbuh. Tekanan ini sering kali tak terlihat, tapi dampaknya nyata kelelahan emosional, gangguan tidur, dan bahkan penurunan sistem imun.

Recharge Bukan Malas, Tapi Cara untuk Tetap Waras

salonpas (1).jpg
Dok. Salonpas

Dalam acara tersebut, Rima Melati berbagi pengalamannya mengenai burnout yang kerap ia alami. Ia mengaku bahwa ia kerap keluar sejenak dari rutinitas untuk melakukan hal-hal yang ia sukai. “Saya mencoba hal-hal baru, seperti bersepeda atau bahkan belajar berenang dari awal lagi. Itu mungkin terdengar ‘gila’, tapi buat saya, itu adalah cara untuk tetap waras saat burnout melanda,” ujarnya.

Rima juga mengingatkan bahwa hampir semua perempuan masa kini pasti pernah merasa kelelahan secara mental. “Ketika kamu merasa sedang mencari kenyamanan tapi juga merasa burnout, itu sesuatu yang nyata. Dan kita butuh jujur tentang itu,” tambahnya.

Kenyamanan Itu Perlu, Asal Tidak Stagnan

Tara-Popmama.jpg
Popmama.com/Onic Metheany

Psikolog klinis Tara de Thouars mengajak kita melihat comfort zone dari sudut pandang yang lebih sehat. Menurutnya, kenyamanan tidak harus berarti kemunduran. “Zona nyaman bisa berarti istirahat sejenak. Tapi bagaimana saya memaknainya? Dengan mencari hal-hal baru,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa terkadang kita butuh waktu untuk ‘bernapas’, entah itu lewat membaca buku, menyendiri, atau sekadar terkoneksi kembali dengan diri sendiri. “Bagi saya, ini bukan soal keluar dari zona nyaman, tapi justru tetap berada di dalamnya sambil melakukan hal-hal baru yang membuat saya tetap tumbuh,” jelas Tara.

Menurut Tara, kenyamanan seharusnya tidak dianggap sebagai penghalang untuk berkembang , justru bisa menjadi dasar yang kuat untuk pertumbuhan. Ia juga menekankan bahwa terlalu sering mendorong diri keluar dari zona nyaman tanpa memberi ruang untuk beristirahat dapat memicu berbagai dampak buruk, seperti kelelahan mental (burnout), rasa cemas berlebihan, gangguan tidur, hingga menurunnya daya tahan tubuh.

Zona Nyaman Jadi Proses Mengenal Diri

salonpas.png
Dok. Salonpas

Dari perspektif kesehatan holistik, Deera Dewi, pendiri De’Atmara sekaligus instruktur yoga, menyampaikan bahwa kenyamanan dalam praktik yoga dan reiki berkaitan erat dengan proses mengenali diri sendiri.

Menurutnya, yoga mengajarkan pentingnya mendengarkan sinyal tubuh dan memahami batasan pribadi, sementara reiki membantu menghubungkan diri dengan intuisi dan energi batin. Semakin kita mengenal diri, semakin mudah kita membentuk zona nyaman yang sehat, ruang yang mendukung proses pemulihan sekaligus membuka jalan menuju potensi terbaik dalam diri.

Menikmati Momen Nyaman Lewat Gerakan dan Kreativitas

salonpas (2).jpg
Dok. Salonpas

Patchtastic Day 2025 hadir sebagai ruang untuk merayakan kenyamanan dalam bentuk nyata. Menurut Ira Guci, Product Manager Salonpas Pain Relief Patch, kegiatan ini dirancang sebagai tempat relaksasi yang hangat dan menyenangkan, memadukan aktivitas fisik dan seni. Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi semua orang untuk berhenti sejenak dari rutinitas, merawat diri, serta mengeksplorasi keterampilan baru.

Setelah sukses digelar pada 2024 dengan lebih dari 1.300 peserta, Patchtastic Day 2025 kembali dengan skala yang lebih besar. Tahun ini, lebih dari 50 instruktur akan terlibat, menghadirkan berbagai sesi olahraga seperti yoga, pound fit, dan zumba, serta deretan workshop kekinian yang diminati masyarakat.

Kegiatan ini akan berlangsung di empat kota besar, dimulai dari Makassar, Yogyakarta, dan Surabaya dalam rangkaian Road to Patchtastic Day, hingga puncaknya di Jakarta sebagai Main Event. Seluruh rangkaian akan digelar mulai Juli hingga November 2025.

Kadang kita terlalu sibuk menjadi “produktif” hingga lupa bahwa merawat diri juga bagian dari kemajuan. Seperti yang dikatakan Tara, “Kenyamanan bukanlah musuh pertumbuhan, justru bisa menjadi fondasinya.”

Patchtastic Day 2025 mengajak setiap Mama untuk meredefinisi kenyamanan bukan sebagai pelarian, tapi sebagai kekuatan. Karena ketika kita bisa recharge dengan cara kita sendiri, kita juga bisa hadir sebagai versi terbaik untuk diri sendiri, keluarga, dan sekitar.

Jadi, Mama nggak perlu merasa bersalah saat memilih untuk istirahat atau menikmati hal-hal yang bikin nyaman. Karena kenyamanan bukan musuh produktivitas, justru bisa jadi kunci untuk pulih dan kembali kuat. Yuk, atasi burnout dengan cara yang lebih lembut dimulai dari merangkul zona nyaman milikmu sendiri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Onic Metheany
EditorOnic Metheany
Follow Us

Latest in Life

See More

Rambut Rontok Berlebihan? Ikuti Cara Ini untuk Mengatasinya!

20 Des 2025, 22:36 WIBLife