Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Pameran Kei Imazu di Museum MACAN Padukan Seni, Sejarah, dan Ekologi

Pameran Kei Imazu di Museum MACAN Padukan Seni, Sejarah dan Ekologi (2).png
Dok. Museum MACAN/Liandro Siringoringo
Intinya sih...
  • Pameran seni Kei Imazu di Museum MACAN menghadirkan instalasi karya seni yang terinspirasi dari laut yang tenang namun penuh arus misteri di dalamnya.
  • Judul pameran ini "The Sea is Barely Wrinkled," diambil dari novel karya penulis Italia, Italo Calvino, dan menonjolkan unsur laut sebagai metafora kesinambungan dan kedalaman.
  • Karya Kei Imazu menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal Batavia tahun 1629 serta menciptakan peta waktu dalam kerangka visualnya untuk menunjukkan hubungan masa lalu, kini, dan masa depan yang saling terhubung.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pameran seni baru kembali hadir di Museum MACAN. Kali ini, instalasi yang dipamerkan merupakan karya seni Kei Imazu, seniman asal Jepang yang saat ini berbasis di Bandung.

Pameran perdana Kei Imazu di Indonesia ini diberi tajuk The Sea is Barely Wrinkled (Laut Nyaris Tak Beriak). Imazu akan menampilkan karya seni yang terinspirasi dari laut yang kelihatan tenang di permukaan, namun penuh arus yang penuh misteri di dalamnya.

Lewat pameran ini, Imazu menciptakan peta waktu dalam kerangka visualnya untuk menunjukkan bagaimana masa lalu, masa kini, dan masa depan yang saling terhubung. Pameran ini telah berlangsung sejak 24 Mei - 5 Oktober 2025 mendatang.

Yuk simak lebih lanjut informasi seputar karya pameran Kei Imazu di Museum MACAN padukan seni, sejarah, dan ekologi yang telah Popmama.com rangkum berikut ini!

Judul Pameran Terinspirasi dari Novel Karya Penulis Italia

Pameran Kei Imazu di Museum MACAN Padukan Seni, Sejarah, dan Ekologi (1).png
Dok. Museum MACAN/Liandro Siringoringo

Pameran seni rupa ini menonjolkan unsur laut dan sejarah Indonesia di masa lampau. Judul pameran ini sendiri diambil dari novel karya penulis Italia, Italo Calvino yang bertajuk Mr. Palomar (1983).

Dalam novel tersebut, laut menjadi metafora bagi kesinambungan dan kedalaman. Maksudnya, laut yang tampak tenang di permukaan dipenuhi dengan arus yang deras dan tak terlihat di bawahnya. 

Judul dan tema yang diangkat ini juga selaras dengan eksplorasi karya Kei Imazu terhadap sejarah. Ia selalu memadukan sejarah dengan karyanya yang berlapis dan terus berubah di bawah permukaan yang terlihat.

“Kami dengan bangga mempersembahkan The Sea is Barely Wrinkled, pameran tunggal museum pertama Kei Imazu di Indonesia. Karyanya mengajak kita untuk merasakan waktu dan sejarah sebagai sesuatu yang cair dan hidup, layaknya lautan. Melalui praktik artistiknya, ia merangkai mitologi, ekologi, dan ingatan dalam jalinan yang tak lekang oleh waktu dan sangat relevan dalam kehidupan kita hari ini. Pameran ini menghadirkan ruang bagi publik untuk merenungkan hubungan kita dengan alam yang kerap kali terabaikan, serta sejarah berlapis yang membentuknya,” kata Venus Lau, Direktur Museum MACAN.

Pameran Menyoroti Peristiwa Tenggelamnya Kapal Batavia Tahun 1629

Pameran Kei Imazu di Museum MACAN Padukan Seni, Sejarah, dan Ekologi.png
Dok. Museum MACAN/Liandro Siringoringo

Kei Imazu melakukan riset mendalam terhadap kawasan Sunda Kelapa di Jakarta Utara yang pernah menjadi pusat pelabuhan penting. Pelabuhan Sunda Kelapa di masa lalu merupakan pusat perdagangan maritim pada masa pra-kolonial hingga masa kekuasaan VOC. 

Karya yang ditampilkan pada pameran ini menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal Batavia tahun 1629 di lepas pantai Australia Barat yang menjadi salah satu peristiwa kapal karam yang terkenal dan tragis karena terjadi serangkaian peristiwa pemberontakan dan pembantaian setelahnya. Sejarah mencatat insiden tersebut meruntuhkan ambisi kolonial di hadapan alam.

Selain berkaca pada masa lalu, Imazu juga mengaitkan bagaimana alam tak tergoyahkan dengan ambisi manusia di masa kini. Ia menyoroti bagaimana kerentanan kondisi ekologis kawasan pesisir Jakarta saat ini yang dilanda banjir, permukaan tanah yang semakin turun, dan berbagai permasalahan lingkungan lainnya.

“Merupakan sebuah kehormatan bagi saya untuk mempersembahkan pameran tunggal museum pertama saya di Indonesia, di Museum MACAN. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk dapat mengeksplorasi sejarah Jakarta yang kompleks serta isu-isu lingkungannya melalui praktik artistik saya,” ungkap Kei Imazu yang menjelaskan karya yang ditampilkan pada pameran perdananya di Indonesia.

Kei Imazu Ciptakan Peta Waktu Lewat Karya Seni Rupa

Pameran Kei Imazu di Museum MACAN Padukan Seni, Sejarah, dan Ekologi (5).png
Dok. Museum MACAN/Liandro Siringoringo

Karyanya yang berkaitan dengan sejarah Sunda Kelapa di masa lalu dengan kehidupan Jakarta masa kini membuat Kei Imazu menciptakan peta waktu. Ia menghadirkan kerangka visual yang menyajikan bagaimana masa lalu, masa kini, dan masa depan saling terhubung.

Dalam pameran ini, Imazu memadukan teknik melukis tradisional dengan manipulasi digital dan pemodelan tiga dimensi. Ia juga merujuk karya seninya pada peristiwa, arsip, artefak sejarah, dan juga mitologi lokal yang menguatkan hubungan antara kolonialisme, perubahan lingkungan, dan juga perkembangan uban.

Selain menghadirkan unsur sejarah dalam karya seni yang ditampilkan pada pameran perdananya, Kei Imazu juga menghadirkan tokoh mitologis dalam pamerannya, yakni Nyai Roro Kidul yang dikenal sebagai penguasa Laut Selatan dengan bentuk instalasi tiga dimensi. 

“Seringkali, kekuatan yang tak terlihat dan terlupakan membentuk realitas kita saat ini. Mitos hadir sebagai suara yang menyampaikan narasi-narasi tersembunyi itu, dan melalui pameran ini, saya berupaya memberi wujud pada suara yang nyaris tak terdengar tersebut,” jelas Imazu.

Telah menetap di Indonesia sejak 2018, karya yang diciptakan Imazu juga dipengaruhi oleh cara masyarakat lokal memandang sejarah yang hidup dan diwariskan melalui tradisi, lisan, ritual, dan alam.

Itu dia penjelasan mengenai karya pameran Kei Imazu di Museum MACAN padukan seni, sejarah, dan ekologi. Lewat pameran ini, Kei Imazu menyoroti karya seni dengan sejarah dan ekologi yang menjadi renungan hubungan manusia dengan alam yang kerap disepelekan.

Karya yang ditampilkan sangat mendalam maknanya, Ma! Jangan lupa untuk mengunjungi pamerannya, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Denisa Permataningtias
EditorDenisa Permataningtias
Follow Us

Latest in Life

See More

Donasi Lampu LED Hemat Energi Dukung Rumah Tangga Ramah Lingkungan

05 Des 2025, 16:28 WIBLife