Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Rahasia Diet Efektif Menurut Dokter Gizi, Tiffany's Plate Termasuk?

Banyak sekali tren diet yang berkembang di pasaran, paling umum dikenal mulai dari intermittent fasting, keto hingga terbaru Tiffany's plate. dr. Liliana, Sp. G.K - Spesialis Gizi Klinik RS Pondok Indah - Pondok Indah membagikan pendapatnya secara khusus di Podcast Popmama Talk.

Pertama, bicara mengenai intermittent fasting menjadi salah satu cara menurunkan berat badan yang dinilai sangat efektif. Namun, ternyata diet ini juga punya kekurangan lho. Karena membuat seseorang bisa 'balas dendam' dan pada akhirnya menciptakan efek yoyo pada diet (berat badan naik dan turun).

Terbaru berkembang tren diet bernama Tiffany's plate. Diambil dari tren makan seorang influencer bernama Tiffany yang hanya memakan sayuran mentah dan buat. Terlihat sangat sehat karena besarnya kandungan serat, tetapi diet ini juga mungkin tidak cocok untuk sebagian orang.

Lantas bagaimana cara menurunkan berat badan yang aman dan sesuai? Tentu ada rahasia dan tekniknya. Bukan berarti tidak bisa mengikuti tren diet yang sedang ebrkembang, kita juga harus melihat bagaimana kesesuaian dengan tubuh masing-masing.

Berikut Popmama.com rangkum pendapat lengkap dari dr. Liliana nih!

1. Jangan salah artikan intermittent fasting, bisa tidak efektif!

Menurut dokter Liliana, tren intermittent fasting berkembang dari puasa Ramadan yang dilakukan umat Islam. Namun, untuk diet kita harus bisa melihat bagaimana penerapannya. Karena biasanya ada pola 'balas dendam' setelah diizinkan makan setelah berpuasa dalam kurun waktu tertentu.

"Kita harus liat sih prinsip dari intermittent fasting apakah dari jendela makan itu nantinya bisa sepuasnya. Misalnya untuk makan diatur dalam kebutuhan kalori untuk sehari-hari. Ada seseorang yang dia cocoknya di 1500 kalori, ketika dia mengikuti prinsip itu dengan jeda makan 6-9 jam itu setelahnya dia makan sepuasnya sampai 3000 kalori," pungkasnya.

Dari sana kita harus tahu dulu seberapa besar kebutuhan kalori harian yang sebaiknya dikonsumsi. Memang jeda atau renang tidak makan cukup panjang. Namun, ketika jam makan jangan sampai justru melebihi batas harian kalori tersebut.

2. Bagi yang ingin intermittent fasting harus sarapan dulu ya!

Bagi yang ingin mencoba  intermittent fasting untuk menurunkan berat badan ada beberapa hal yang disarankan oleh dokter Liliana. Pertama, sebaiknya sarapan pada pagi hari antara pukul 08.00-09.00 setiap pagi. 

Hal ini membuat tubuh menjadi lebih cepat beradaptasi. Tubuh punya cadangan makanan untuk diubah menjadi tenaga saat seseorang berpuasa di siang hingga sore hari. Namun, kita tidak boleh melupakan harus sesuai takaran kalori setiap hari ya!

"Harus sesuai karena agar terjadi defisit kalori. Sehingga pada saat sedang berpuasa tubuh kita itu akan langsung terjadi adaptasi perubahan. Pada saat berpuasa tidak ada makanan yang masuk itu berarti kebutuhan tenaganya nanti diambil dari cadangan (sarapan) tidak perlu makan besar tetapi ada protein, karbohidrat, serat yang seimbang," terangnya. 

3. Efek intermittent fasting terhadap tubuh, perhatikan hal-hal ini

Dokter Liliana menyebutkan, intermittent fasting ini bisa memberikan manfaat bagi beberapa orang. Misalnya pada beberapa orang cara ini bisa membantu orang dengan diabetes. Seseorang yang memiliki masalah gula darah yang sebelumnya berantakan mungkin bisa sedikit membaik dengan intermittent fasting.

"Kemudian masalah berat badan ada turun tapi mungkin turunnya tidak ekstrem kalau setiap hari diikuti dengan defisit kalori gitu. Harus kita perhatikan juga dari metabolisme tubuh. Lemak yang sering dipaksa sebagai sumber tenaga kita harus dicek secara berkala. Bisa dalam waktu dua bulan pertama dicek dulu profil lipid (ginjal) dan totalnya harus benar. Dipantau fungsi hatinya karena kita tidak inginkan," terangnya.

Bagi seseorang yang ingin melakukan intermittent fasting juga diharapkan melihat kondisi lambung. Karena umumnya untuk pemula yang baru belajar diet justru memulai  intermittent fasting dengan makan pertama pada siang hari, sehingga bisa menyebabkan kenaikan asam lambung,

"Ada yang berpuasa itu justru dari siang sampai 06.00 sore, dia baru berhenti tapi itu kita harus melihat apakah membuat asam lambungnya semakin tinggi pas dia berpuasa. Kita juga melihat apakah ada masalah di saluran empedunya untuk dia mencerna lemak. Efeknya, ketika makan kenyang tiba-tiba langsung makan apakah ini nanti bermasalah? Misal konsumsi lemak yang berlebihan jadi sama saja. Intinya boleh dilakukan tapi harus bisa diawasi oleh dokter konsultasi," tutur dokter Liliana.

4. Efek yoyo bisa dialami oleh orang yang menjalani intermittent fasti

Banyak yang menyangka saat seseorang memiliki berat badan tinggi selalu obesitas. Dokter Liliana menjelaskan tidak bisa langsung menyimpulkan seperti itu. Contohnya Ade Rai, mungkin beratnya tinggi tetapi ia memiliki massa lemak yang rendah. 

Sehingga untuk bisa menghitung kebutuhan kalori setiap orang lebih detail jika mengukur tidak hanya berat badan. Namun juga massa tulang, otot, lemak dan beberapa hal lain dalam tubuh seorang tersebut. Di sini perhitungannya akan semakin akurat.

"Misal kita lihat Ade Rai yang beratnya 90 kg kita langsung bilang itu obesitas. Bisa saja lemaknya kurang dari 7 persen jadi berat itu tidak fair kita langsung menilai," terangnya.

Berkaca kepada puasa Ramadan yang menahan makan 12-14 jam per hari, ada prinsip sahur dan berbuka. Hampir mirip dengan intermittent fasting, tetapi yang perlu diwaspadai adalah keinginan balas dendam setelah menahan lapar belasan jam tadi.

Tidak hanya asupan kalori tak terbatas, tetapi juga membuat efek yoyo pada intermittent fasting yang sudah dilakukan. Ini sebabnya apapun jenis diet yang dilakukan harus ada pengawasan dari ahlinya.

"Tidak makan lagi nanti itu harus kita lihat, harus diawasi semuanya apakah cocok. Itu sebabnya saya banyak melihat awalnya intermittent fasting ini senang. Satu bulan pertama turun 10 kg tapi harus konsisten. Karena bisa jadi bulan ke-3 itu mulai agak pendek penurunannya, lalu naik lagi berat badannya. Kita bilang agak itu seperti Yoyo karena konsep balas dendam itu. Olahraga jadi faktor penting," pungkas dokter Liliana. 

5. Diet Tiffany's Plate yang viral di tahun 2023, amankah?

Selebgram Tiffany Elizabeth mengenalkan tren Tiffany's Plate dan langsung viral. Ia memakan sayuran dan buah mentah atau real food. Sekilas jika melihat Tiffany's Plate tampak sehat karena memiliki banyak serat, tetapi ini bisa menjadi kekurangan lho.

"Kita harus liat selain dari itu (sayuran dan buah) ada masalah dengan sosisnya, terus dip-nya itu juga creamy. Kalau kita perkirakan cip-nya itu 2 sendok makan sudah ada 100 kalori per sendoknya sudah ada 200 kalori. Belum lagi dari sosis. Dari sana kita bisa perkirakan sekali makan mungkin sudah setara orang yang defisit kalori," terangnya.

Sehingga dari sana dokter Liliana menyimpulkan, Tiffany's plate mungkin bisa diikuti tetapi harus memerhatikan kandungan selain sayuran atau buah tadi. Bisa diganti sosis dengan dada ayam dan dip atau sausnya juga disarankan lebih organik.

"Kalau misal sosis itu kita ganti sama ayam fillet, dada ayam, ikan laut boleh. Diganti dengan itu agar kandungan natrium (garam) bisa lebih rendah," jelasnya.

6. Tiffany's plate cocok untuk orang yang ingin defisit kalori

Hal lain yang perlu diperhatikan dari Tiffany's plate adalah kebutuhan kalorinya mungkin kurang untuk sebagian orang. Sehingga untuk 2-3 jam pertama akan membuat kenyang tetapi setelahnya bisa muncul rasa lapar yang justru menimbulkan rasa ingin 'ngemil'. Ini yang perlu diantisipasi.

"Mungkin kita bisa kenyang dalam 2 jam pertama tapi setelah itu mungkin lapar. Jadi memang cocok untuk orang mengonsumsi makanan sangat rendah karbohidrat. Kita harus melihat dari kondisi tertentu karena ada yang tidak cocok dengan diet tipe ini, tidak sembarang orang bisa melakukannya," terangnya.

Belum lagi untuk orang dengan kondisi asam lambung ada beberapa sayuran yang bisa membuat kembung. Ini juga penting untuk diperhatikan komposisinya. Karena kalori atau karbohidrat yang dikonsumsi sedikit sekali, keteraturan jam makan menjadi kunci selanjutnya.

Ada banyak tren diet yang berkembang di dunia, berkonsultasi ke dokter jadi hal yang tepat agar usaha penurunan berat badan tidak sia-sia. Pasalnya setiap orang punya metabolisme yang berbeda-beda.

PODCAST POPMAMA TALK EP.4
dr. Liliana, Sp. G. K

Editor in Chief - Sandra Ratnasari 
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Host - Novy Agrina
Reporter - Putri Syifa Nurfadilah, Sania Chandra Nurfitriana
Social Media - Irma Erdiyanti
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Krisnaji Iswandani
Videographer - Krisnaji Iswandani & Hari Firmanto
Stylist - Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist -  Putri Syifa Nurfadilah
Wardrobe - NASL by Nagita Slavina

Share
Topics
Editorial Team
Putri Syifa N
EditorPutri Syifa N
Follow Us

Latest in Life

See More

Tips Ampuh dan Daftar Asupan Diet Golongan Darah AB

05 Des 2025, 19:10 WIBLife