KPPPA Imbau Orangtua untuk Wujudkan Internet Aman Bagi Anak

Internet aman agar #GenZBerkreasi dengan bebas

12 Maret 2019

KPPPA Imbau Orangtua Wujudkan Internet Aman Bagi Anak
Dok. KPPPA

Maraknya kasus kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak melalui media daring menjadi masalah serius. Semakin hari berita terkait kekerasan seksual yang melibatkan anak di bawah umur semakin marak.

Banyak anak yang terancam bahaya ketika mengakses internet. 

Masalah ini bisa terjadi di mana saja, baik di lingkungan rumah atau lingkungan keluarga, pergaulan, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, atau di manapun selama akses internet masih dapat dilakukan. 

Mirisnya, pelaku kekerasan seksual tidak jarang merupakan orang terdekat anak, seperti teman, guru atau bahkan keluarga. 

“Di era digital seperti saat ini, internet telah menjadi bagian penting dalam kehidupan anak di Indonesia. Tercatat 75 persen anak berusia 10-12 tahun telah menggunakan gawai (handphone) dan memiliki media sosial (safer internet day, 2017). Anak yang terlahir di atas tahun 2000 sudah terpapar teknologi sejak lahir (digital native),” ujar Deputi Bidang Perlindungan Anak, Kemen PPPA, Nahar.

Pernyataan tersebut dipaparkan dalam sambutannya pada acara #GenZBerkreasi: Internet Asyik Bareng Generasi Z di Jakarta (09/03/2019).

Simak data kasus eksploitasi seksual pada anak yang telah Popmama.com rangkum berikut ini.

1. Data kasus eksploitasi seksual pada anak

1. Data kasus eksploitasi seksual anak
Dok. KPPPA

Nahar mengungkapkan, berdasarkan data Bareskrim Mabes Polri pada 2016 hingga Februari 2018 terdapat 1.127  kasus eksploitasi seksual anak. 

Sementara KPAI menyebutkan hingga 2016 tercatat 1.809 kasus eksploitasi anak online. 

Maka perlu adanya perlindungan khusus bagi anak di internet, karena internet dan media sosial merupakan gerbang masuknya anak menjadi korban eksploitasi seksual.

Menindaklanjuti hal tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Yayasan Plan International Indonesia, Yayasan Bandungwangi dan Siberkreasi menginisiasi kegiatan Safer Internet Day. 

Safer Internet Day ini dikemas dalam bentuk sosialisasi tentang penggunaan internet yang bijak dan aman, bertajuk #GenZBerkreasi: Internet Asyik Bareng Generasi Z.

“Internet membawa banyak dampak positif pada anak, seperti untuk edukasi, hiburan, kreativitas, dan sebagainya. Tapi tidak dapat dipungkiri terdapat resiko dampak negatif internet pada anak."

"Anak bisa menjadi sasaran cyberbullying, radikalisme, incaran para predator pedofil dan pelanggaran privasi hingga pengaruh konten yang tidak pantas. Kita harus memprioritaskan hak-hak anak, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, serta keterampilan anak dalam menggunakan internet dengan aman,” ungkap Nahar.

2. Anak memerlukan dukungan berupa perlindungan

2. Anak memerlukan dukungan berupa perlindungan
Dok. KPPPA

Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, Dini Widiastuti mengatakan bahwa melalui kegiatan #GenZBerkreasi, Yayasan Plan International Indonesia ingin memberikan ruang bagi anak untuk bersuara, agar mereka benar-benar didengar oleh para pembuat kebijakan. 

Dini menekankan bahwa yang dibutuhkan oleh anak-anak Indonesia adalah dukungan dan perlindungan dari berbagai pihak terhadap segala risiko dan ancaman yang dapat menimpa mereka, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.


“Untuk mewujudkan internet aman bagi anak, sangat dibutuhkan parenting digital dan sinergi kerjasama pihak terkait yaitu orangtua, sekolah, pemerintah khususnya pemerintah desa, dan lingkungan." 

Selain itu, perlunya peran aktif komunitas seperti fasilitator Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Forum Anak, Relawan TIK dan sebagainya untuk mendampingi dan melakukan edukasi terkait dunia digital kepada masyarakat,” tegas Nahar. 


Selain itu Nahar menjelaskan bahwa berbagai fitur dapat dimanfaatkan untuk menangkal konten negatif di internet.

“Kita juga harus bersikap pro-aktif untuk turut berpartisipasi melaporkan konten negatif tersebut. Pentingnya menyusun Program Aksi Perlindungan Anak di ranah online berbasis Komunitas. Menyusun program aksi merupakan perumusan langkah-langkah dan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan pemangku kepentingan termasuk peran anak,” tutup Nahar.

Kegiatan #GenZBerkreasi ini menghadirkan 350 anak dari Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Serta menampilkan berbagai agenda menarik, seperti art performance, kuis, dan sesi tanya jawab (dialog). Yang unik dari kegiatan ini adalah anak tidak hanya dilibatkan sebagai peserta, melainkan juga sebagai panitia, pembicara kunci, serta penampil.

Bacajuga

The Latest