Payudara Lembek, Apakah Tanda ASI Kurang Bahkan Kosong?

Payudara lembek tanda ASI kurang, mitos atau fakta?

25 Juli 2022

Payudara Lembek, Apakah Tanda ASI Kurang Bahkan Kosong
Freepik

Siapa Mama yang sering dikomentari soal ini, “Payudara Mama lembek, ASI-nya kurang tuh!”

Pasti rasanya semangat mengasihi langsung turun drastis ya, Ma. Padahal, si Kecil sedang kuat-kuatnya menyusui. Komentar miring seperti itu bisa langsung bikin Mama kepikiran macam-macam.

Mulai dari apakah bayi cukup ASI, bagaimana cara supaya payudara kencang dan penuh lagi, hingga mencari booster ASI yang manjur. Tapi benar nggak sih pernyataan itu?

Berikut Popmama.commerangkum beberapa fakta tentang kecukupan ASI untuk Mama.

1. Payudara lembek justru pertanda baik

1. Payudara lembek justru pertanda baik
Freepik/Yanalya

Faktanya, payudara lembek justru menjadi tanda bagus. Berarti aliran ASI lancar, pengosongan payudara optimal. Saat payudara Mama terasa kencang dan penuh, jika tidak segera dikosongkan dengan cara disusui atau dipompa, berpotensi terjadi penyumbatan ASI.

Dalam jangka panjang, penyumbatan ASI yang sudah menumpuk bisa berubah menjadi mastitis. Itu rasanya nyeri sekali lho, Ma. Sekarang Mama nggak usah khawatir kalau payudara lembek setiap habis disusui.

Artinya, produksi ASI Mama sudah bisa memenuhi kebutuhan ASI bayi, sudah seimbang antara supply dan demand-nya. Bukan hanya membuat Mama juga lebih nyaman beraktivitas, bayi juga jadi tidak mudah tersedak saat menyusui pada payudara yang terlalu penuh.

Editors' Pick

2. PKA, masalah besar ibu menyusui

2. PKA, masalah besar ibu menyusui
Freepik/yanalya

Mama pernah dengar tentang PKA? PersepsiKetidakcukupanASI atau PKA adalah perasaan yang muncul ketika Mama menganggap produksi ASI sedikit atau tidak cukup, meskipun sebetulnya produksi ASI itu mencukupi.

Istilah lainnya perceived insufficient milk atau perceived low milk production. Dalam suatu penelitian yang dimuat Journal of Nursing Scholarship menyatakan, banyak ibu menyusui yang tidak melanjutkan pemberian ASI beberapa minggu usai kelahiran.

Penyebabnya, mereka merasa ASI tidak cukup, meskipun sebetulnya cukup. Hampir 35% dari ibu menyusui yang menyapih lebih awal menyebut PKA sebagai alasan teratas.

3. Kesalahan mengartikan tangisan bayi

3. Kesalahan mengartikan tangisan bayi
Freepik

PKA terjadi karena kebanyakan ibu menyusui salah mengartikan tangisan bayi. Hal ini kadang diiringi dengan ketidaktahuan berapa jarak normal antara waktu menyusui, pola tidur bayi baru lahir, dan kesulitan mengartikan mengapa bayi menangis.

Padahal, bayi rewel belum tentu lapar saja, Ma. Bayi rewel bisa karena banyak sebab, seperti kedinginan, ingin digendong, popok basah, atau kepanasan, bukan hanya karena lapar.

Lagipula, prinsip pemberian ASI adalah berikan sesuka bayi, bukan dijadwal ketat (watch the baby, not the clock). Bayi sering menyusu bukan semata karena ia lapar, tetapi bisa juga ia sedang mengalami lonjakan pertumbuhan atau growth spurt.

4. Faktor sosial budaya turut berpengaruh

4. Faktor sosial budaya turut berpengaruh
Freepik/jofreepik

PKA kerap terjadi karena kekhawatiran dan ketakutan berlebihan ibu menyusui yang “ditularkan” oleh komentar-komentar miring dari orang di sekitarnya.

Seperti soal payudara lembek tanda ASI kurang, atau istilah ASI yang jelek dan harus dibuang, ASI kurang harus diberi susu formula, ASI nggak bikin kenyang, dan komentar lain yang menurunkan rasa percaya diri Mama untuk menyusui.

Sedihnya, komentar itu tak jarang keluar dari orang terdekat, seperti suami, orangtua, hingga kerabat dekat. Anggapan orang tua lebih tahu segalanya seputar menyusui hingga takut beradu argumen membuat posisi Mama serba salah.

Padahal, Mama cukup tutup telinga saja pada komentar-komentar negatif itu dan fokus pada proses pemberian ASI ke bayi.

Ingat, Ma, pikiran negatif bisa membebani psikologis Mama dan berpengaruh pada produksi ASI.

5. Ini tanda bayi cukup ASI

5. Ini tanda bayi cukup ASI
Pixabay/pexels

Sekarang Mama tahu ya, bahwa payudara lembek bukan tanda ASI kurang. Melemahnya let-down reflex pun tidak jadi indikator ASI kurang. Apalagi, seiring pertambahan usia bayi, LDR memang “hilang” secara perlahan.

Daripada Mama sibuk memikirkan apakah produksi ASI kurang atau tidak, cek lagi tanda kecukupan ASI pada bayi berikut.

  • Frekuensi buang air besar bayi minimal satu kali per hari, dengan tekstur feses lunak dan berwarna kekuningan
  • Frekuensi buang air kecil bayi 8-10 kali per hari dengan air kencing berwarna terang atau tidak berwarna
  • Kenaikan berat badan bayi
  • Bayi tampak sehat dan segar

Jadi, jangan khawatir lagi ya, Ma kala menyadari payudara Mama terasa lembek. Yakinkan diri dengan berpikir positif bahwa Mama bisa menyusui si Kecil hingga ia genap 2 tahun nanti karena semua berawal dari apa yang kita pikirkan, Ma. Tetap semangat menyusui, Mama!

The Latest