5 Fakta Mengenai Kondisi Persalinan Distosia, Prosesnya Terhambat

Waspada, keadaan tertentu mengakibatkan persalinan yang sulit!

20 Mei 2022

5 Fakta Mengenai Kondisi Persalinan Distosia, Proses Terhambat
Pexels/MART PRODUCTION

Apakah sebelumnya Mama pernah mendengar istilah persalinan distosia?

Bahwa sebagian perempuan mengalami kondisi persalinan distosia. Dimana proses melahirkan sang bayi yang sulit atau terhambat. Biasanya mulai dari pembukaan serviks yang lambat secara abnormal. Tapi bisa juga karena terjebaknya bahu janin setelah melahirkan kepala.

Mengingat hal ini, artinya distosia persalinan adalah istilah umum yang dapat mencakup sejumlah keadaan selama persalinan. Distosia mengacu pada perkembangan persalinan selama fase pembukaan hingga 4-6 cm atau fase aktif 4-6 cm hingga pembukaan penuh dari fase pertama. 

Agar lebih jelas, berikut Popmama.com berikan ulasan 5 fakta persalinan distosia. Yuk, langsung simak artikelnya!

1. Apa itu persalinan distosia?

1. Apa itu persalinan distosia
Pexels/Amina Filkins

Bahwa persalinan distosia mengacu pada persalinan lambat yang tidak normal. Sementara istilah lain yang digunakan, yakni persalinan sulit atau Cephalopelvic Disproportion (CPD). Sebutan distosia ini juga biasanya dikenal sebagai failure to progress atau prolonged labor.

Dilansir dari my.clevelandclinic, distosia bahu adalah suatu kondisi yang terjadi ketika salah satu atau kedua bahu bayi tersangkut selama persalinan pervaginam. Tidak ada tanda-tanda dan tidak ada cara untuk mencegah kondisi tersebut.

Persalinan yang dikatakan macet atau distosia ketika berlangsung sekitar 20 jam atau bahkan lebih. Artinya, distosia dianggap sebagai persalinan abnormal yang diakibatkan oleh kelainan kekuatan posisi, ukuran maupun presentasi janin.

Editors' Pick

2. Apa penyebab persalinan distosia?

2. Apa penyebab persalinan distosia
Pexels/MART PRODUCTION

Pada banyak kasus, distosia di kala persalinan ditandai dengan durasi yang lama atau penurunan yang terhenti. Ini mungkin disebabkan oleh malposisi janin, kontraksi yang tidak memadai hingga upaya ibu yang buruk.

Namun di sisi lain juga terdapat sejumlah faktor risiko untuk distosia persalinan, yakni:

  • Distosia persalinan lebih sering terjadi pada mereka yang belum pernah memiliki bayi sebelumnya.
  • Ibu hamil yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) tinggi atau obesitas bisa membuat persalinan yang lebih lama, terutama pada kehamilan pertama.
  • Usia ibu yang lebih tua telah dikaitkan dengan distosia persalinan. 
  • Sejumlah faktor lain seperti berada dalam fase laten dan memiliki posisi kepala janin yang tinggi. Dimana posisi janin dalam kaitannya dengan panggul.
  • Postur tubuh ibu yang pendek atau kurang dari 150 sentimeter (cm).
  • Usia kehamilan lebih dari 41 minggu.
  • Jarak antara pemberian induksi epidural untuk melahirkan dengan pembukaan lengkap memakan waktu lebih dari 6 jam.
  • Kelainan pada leher rahim (serviks), sehingga sulit terbuka selama persalinan berlangsung.
  • Sedang hamil bayi kembar dua, tiga, empat atau lebih.
  • Pengaruh dari berbagai faktor psikologis, misalnya saja stres, khawatir, kecemasan, ketakutan dan lainnya.
  • Pengaruh konsumsi obat pereda nyeri yang bisa memengaruhi kekuatan kontraksi.

Sementara dari faktor risiko kondisi bayi, persalinan berpotensi alami distosia karena posisi bayi sungsang atau mengalami kelainan tertentu.

3. Komplikasi apa yang terjadi dari persalinan distosia?

3. Komplikasi apa terjadi dari persalinan distosia
Pexels/Павел Сорокин

Perlu waspada, sebagian ibu hamil dan sang bayi bisa saja berisiko mengalami komplikasi distosia bahu. Ini hampir semuanya terjadi sebagai akibat dari sulitnya mengeluarkan bayi dari jalan lahir. 

Sementara komplikasi parah dapat terjadi, termasuk cedera saraf pada bayi. Untungnya komplikasi tersebut jarang terjadi. Dimana baik ibu maupun bayi biasanya mengalami pemulihan yang baik.

Tapi perlu diketahui, ada beberapa komplikasi yang mungkin ditimbulkan seperti:

  • Cedera saraf pada bayi.
  • Patah dan patah tulang selangka atau lengan bayi.
  • Kekurangan oksigen pada bayi (walaupun jarang).
  • Perdarahan postpartum (PPH) pada ibu.
  • Robekan signifikan pada perineum (area antara vagina dan rektum).
  • Ruptur uteri atau robekan pada rahim (jarang).
  • Peningkatan risiko dasar panggul dan trauma genital selama persalinan.
  • Peningkatan risiko prolaps organ panggul di masa depan.
  • Peningkatan risiko inkontinensia di masa depan.

4. Bagaimana mendiagnosis persalinan distosia?

4. Bagaimana mendiagnosis persalinan distosia
Pexels/RODNAE Productions

Sebenarnya sulit bagi dokter untuk memprediksi perempuan yang akan mengalami distosia bahu selama kehamilannya. Namun ada beberapa pemeriksaan, yakni frekuensi kontraksi yang dialami dan kekuatan kontraksi yang dialami.

Selain itu dokter kandungan akan mendiagnosis distosia bahu jika tiga faktor terpenuhi:

  • Sang ibu melahirkan kepala bayi tetapi tidak dapat mendorong bahu bayi keluar.
  • Setidaknya satu menit telah berlalu sejak kepala bayi muncul tetapi tubuhnya belum.
  • Bayi membutuhkan intervensi medis agar berhasil dilahirkan.

Sementara pemeriksaan persalinan distosia juga bisa dilakukan dengan cara seperti:

  • Menggunakan Intrauterine Pressure Catheter Placement (IUPC). Prosedur ini dilakukan dengan cara menempatkan sebuah alat berupa monitor kecil di dalam rahim, tepatnya di samping bayi. Tujuannya agar dokter tahu berapa kali kontraksi terjadi dan seberapa besar kekuatannya.
  • Dokter akan menggunakan electronic fetal monitoring (EFM). Alat tersebut berguna untuk mengukur denyut jantung bayi.

5. Bagaimana cara mengatasi dan pencegahannya?

5. Bagaimana cara mengatasi pencegahannya
Pexels/Ivan Babydov

Apabila Mama dinyatakan kondisi persalinan distosia, dokter kandungan mungkin merekomendasikan atau melakukan beberapa metode seperti:

  • Penjadwalan operasi caesar. Terutama jika memiliki diabetes atau ukuran bayi yang sangat besar.
  • Penyedia layanan kesehatan akan menyiapkan sang ibu ke posisi yang lebih baik untuk memperlebar panggul.
  • Dokter memindahkan bayi ke posisi janin yang lebih baik untuk menggerakkan bahu mereka.
  • Menggunakan forceps
  • Memberikan pitocin

Sedangkan pencegahan persalinan distosia membutuhkan penggunaan pendamping pendukung persalinan terlatih dan menghindari induksi persalinan elektif. Biasanya sebelum usia kehamilan 41 minggu dan memakai analgesia epidural dengan bijaksana.

Dikutip dari whattoexpect.com, sayangnya, distosia bahu sering kali tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dicegah. Tapi selama kehamilan, cobalah menjaga kenaikan berat badan dalam kisaran yang disarankan.  Dengan cara ini, kemungkinan kecil bayi mengalami kesulitan bermanuver melalui jalan lahir.

Namun ada pula pilihan pencegahan untuk mencoba menghindari distosia persalinan, yakni meliputi:

  • Menghindari masuk selama tahap laten persalinan.
  • Penggunaan agen pematangan serviks untuk induksi.
  • Posisi tegak atau berjalan pada kala I persalinan.
  • Penggunaan bantuan tenaga kerja secara terus menerus seperti doula.
  • Oksitosin adalah pilihan pengobatan untuk distosia persalinan.

Ma, seperti itulah 5 fakta mengenai kondisi persalinan distosia. Ingatlah, persalinan distosia bisa terjadi pada siapa saja.

Baca juga:

The Latest