Waspada! Inilah 5 Fakta Mengenai Perdarahan Postpartum

Biasanya terjadi dalam 1 hari setelah melahirkan

10 Juni 2022

Waspada Inilah 5 Fakta Mengenai Perdarahan Postpartum
Freepik/benzoix

Jika seorang perempuan baru saja melalui proses persalinan pervaginam, bahwa sebagian dari mereka mengalami perdarahan postpartum dan keputihan. Ini sebagai cara tubuh membuang darah dan jaringan ekstra di rahim yang membantu bayi tumbuh. Biasanya perdarahan paling berat di beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi.

Dimana kondisi tersebut adalah hal yang normal. Namun perdarahan yang berlebihan hingga alami kaburnya pandangan mata, maka harus memerlukan perhatian khusus dari dokter segera. Jangan sampai Mama mengalami komplikasi berbahaya.

Agar lebih jelas, berikut Popmama.com berikan informasi mengenai perdarahan postpartum. Baca terus artikelnya, ya!

1. Apa itu perdarahan postpartum?

1. Apa itu perdarahan postpartum
Freepik/wayhomestudio

Perdarahan pasca persalinan atau juga disebut PPH adalah kondisi mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan. Dimana perdarahan postpartum akan memiliki kondisi kehilangan darah yang terjadi dalam satu hari setelah melahirkan. Namun terkadang dapat terjadi hingga 12 minggu.

Dirilis dari Childrenswi.org, setelah bayi dilahirkan maka rahim biasanya terus berkontraksi dan mengeluarkan plasenta. Jika rahim tidak berkontraksi cukup kuat atau disebut atonia uteri, pembuluh darah tersebut mengeluarkan darah dengan bebas dan terjadi perdarahan. Ini adalah penyebab paling umum dari perdarahan postpartum. 

Secara medis, perdarahan dapat berasal dari tempat plasenta menempel pada rahim. Akan tetapi bisa disebabkan karena robekan vagina atau serviks yang tidak diperbaiki. Bahkan infeksi juga memicu perdarahan postpartum pada hari-hari atau minggu-minggu setelah melahirkan.

Editors' Pick

2. Siapa yang berisiko alami perdarahan postpartum?

2. Siapa berisiko alami perdarahan postpartum
Freepik/Holiak

Kehilangan darah setelah melahirkan adalah hal yang normal. Biasanya sebagian perempuan akan kehilangan sekitar setengah liter selama persalinan pervaginam atau sekitar 1 liter setelah kelahiran secara caesar.

Dengan PPH, seseorang bisa kehilangan lebih banyak darah yang membuatnya menjadi kondisi berbahaya. Beberapa kondisi medis merupakan faktor risiko PPH. Mama lebih mungkin mengalami PPH jika memiliki salah satu dari kondisi berikut:

  • Atonia uteri

Kondisi atonia uteri adalah penyebab paling umum dari PPH. Itu terjadi ketika otot-otot di rahim tidak berkontraksi (mengencang) dengan baik setelah lahir. Kontraksi rahim setelah lahir membantu menghentikan pendarahan dari tempat di dalam rahim di mana plasenta terlepas.

Mama mungkin mengalami atonia uteri jika rahim meregang atau membesar. Kondisinya juga dapat terjadi jika sudah memiliki beberapa anak, akan melahirkan dalam waktu yang lama atau memiliki terlalu banyak cairan ketuban.

  • Inversi uterus

Inversi uterus adalah kondisi langka ketika rahim keluar setelah lahir. Inversi uteri terjadi ketika fundus uteri kolaps ke dalam rongga endometrium.

Akhirnya menyebabkan uterus sebagian atau seluruhnya keluar. Inversi uterus adalah komplikasi yang jarang terjadi dari persalinan pervaginam atau caesar. Tetapi ketika itu terjadi, maka keadaan darurat obstetrik yang mengancam jiwa.

  • Ruptur uteri

Ruptur uteri adalah saat rahim robek selama persalinan. Meski jarang terjadi, tapi mungkin terjadi jika Mama memiliki bekas luka di rahim karena menjalani operasi caesar di masa lalu. Termasuk pernah menjalani operasi jenis lain di rahim. 

Ruptur uteri dapat menjadi komplikasi persalinan yang mengancam jiwa bagi ibu dan bayi.  Pada ibu, ruptur uteri bisa menyebabkan kehilangan banyak darah atau perdarahan. Namun, perdarahan fatal akibat ruptur uteri jarang terjadi bila terjadi di rumah sakit.

  • Solusio plasenta

Ada kemungkinan darah terperangkap di dalam rahim. Jadi bahkan dengan solusio plasenta yang parah, mungkin tidak ada perdarahan yang terlihat. 

Dalam beberapa kasus, solusio plasenta berkembang perlahan yang dapat menyebabkan perdarahan vagina ringan dan intermiten. Kondisinya saat plasenta terpisah lebih awal dari dinding rahim sebelum lahir. Itu bisa memisahkan sebagian atau seluruhnya.

  • Plasenta akreta

Plasenta akreta bisa menimbulkan risiko utama perdarahan vagina yang parah (perdarahan) setelah melahirkan. Dimana perdarahan dapat menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa dan mencegah darah dari pembekuan normal.

Termasuk gagal paru-paru (sindrom gangguan pernapasan dewasa) dan gagal ginjal. Kondisi ini terjadi ketika plasenta tumbuh ke dinding rahim terlalu dalam dan tidak bisa terpisah.

  • Plasenta previa

Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan vagina berwarna merah cerah. Biasanya tanpa rasa sakit setelah 20 minggu kehamilan. 

Terkadang bercak terjadi sebelum alami lebih banyak kehilangan darah.  Perdarahan dapat terjadi ketika plasenta terletak sangat rendah di dalam rahim dan menutupi seluruh atau sebagian serviks. 

  • Retensi plasenta

Jika plasenta atau potongan plasenta tetap berada di dalam rahim, maka seseorang dapat mengalami infeksi.  Plasenta atau selaput yang tertinggal dalan waktu 30-60 menit setelah melahirkan, maka ini keadaan darurat medis dan harus segera pergi ke rumah sakit terdekat.

Bahkan jika mengeluarkan plasenta segera setelah lahir, dokter memeriksa plasenta untuk memastikan tidak ada jaringan yang hilang. Saat jaringan hilang dan tidak segera dikeluarkan dari rahim, hal itu bisa menyebabkan pendarahan.

3. Bagaimana diagnosis perdarahan postpartum?

3. Bagaimana diagnosis perdarahan postpartum
Freepik/rawpixel.com

Apabila seorang perempuan alami perdarahan postpartum, dokter mungkin akan memperhatikan gejalanya. Bahkan juga melakukan pemeriksaan panggul untuk memeriksa rahim Mama.

Dikutip dari My.Clevelandclinic, penyedia layanan kesehatan mendiagnosis perdarahan postpartum melalui pemeriksaan visual dan fisik. Termasuk tes laboratorium dan tinjauan menyeluruh terhadap riwayat kesehatan pasien.

Selain itu, riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik perlu dilakukan guna mediagnosis perdarahan postpartum. Biasanya ini didasarkan dengan tes laboratorium dan termasuk:

  • Estimasi kehilangan darah. Bahwa langkah ini dapat dilakukan dengan menghitung jumlah pembalut yang penuh atau dengan menimbang bungkus dan spons yang digunakan menyerap darah. Dimaba 1 mililiter darah beratnya kira-kira satu gram.
  • Pengukuran denyut nadi dan tekanan darah.
  • Hematokrit (jumlah sel darah merah).
  • Faktor pembekuan dalam darah.

4. Apa saja komplikasi dari perdarahan postpartum?

4. Apa saja komplikasi dari perdarahan postpartum
Freepik/user18526052

Ingatlah, bahwa perdarahan postpartum bertanggung jawab atas sekitar 10 persen dari semua kematian terkait kehamilan. Sementara sebagian besar perempuan pulih dengan baik dari perdarahan postpartum. 

Apabila perdarahan postpartum tidak diobati, maka berpotensi menyebabkan penurunan tekanan darah yang parah yang dapat memotong aliran darah ke organ vital. Bahkan mengakibatkan syok dan kematian. 

Namun apabila kehilangan darah dalam jumlah besar, biasanya juga alami kondisi seperti:

  • Pingsan
  • Sesak napas
  • Pusing
  • Jantung berdetak lebih cepat
  • Pernapasan cepat dan penurunan aliran darah

Gejala tersebut dapat membatasi aliran darah ke hati, otak, jantung atau ginjal dan menyebabkan syok. Dalam beberapa kasus, sindrom Sheehan (suatu kondisi kelenjar pituitari) terlihat setelah perdarahan postpartum.

5. Bagaimana penanganan untuk perdarahan postpartum?

5. Bagaimana penanganan perdarahan postpartum
Freepik/rawpixel.com

Ma, bahwa pemulihan berbeda untuk setiap orang. Pulih dari perdarahan pasca persalinan tergantung pada tingkat keparahan kehilangan darah dan bagaimana dokter menanganinya. Yang terpenting, yakni pastikan untuk menjaga diri di hari-hari setelah melahirkan. Caranya dengan makan sehat, banyak minum air putih dan istirahat.

Dilansir dari Webmd, mengganti cairan dan darah yang hilang penting dalam mengobati perdarahan postpartum. Cairan intravena (IV) dan darah dapat diberikan dengan cepat untuk mencegah syok. Ibu juga menerima oksigen melalui masker. Mendeteksi dan mengobati penyebab perdarahan dengan cepat sering kali menyebabkan pemulihan penuh. 

Selain itu, perawatan juga tergantung pada apa yang menyebabkan perdarahan. Ini mungkin termasuk:

  • Mendapatkan obat-obatan (seperti Pitocin) atau transfusi darah (memasukkan darah baru ke dalam tubuh). Biasanya melalui jarum ke pembuluh darah atau mungkin mendapatkan beberapa langsung di dalam rahim.
  • Menjalani operasi seperti histerektomi atau laparotomi.  Histerektomi adalah saat penyedia mengangkat rahim.  Pasien biasanya hanya memerlukan histerektomi jika perawatan lain tidak berhasil. Laparotomi adalah ketika penyedia membuka perut untuk memeriksa sumber perdarahan dan menghentikan perdarahan.
  • Memijat rahim dengan tangan. Dokter dapat memijat rahim untuk membantunya berkontraksi, mengurangi perdarahan dan membantu tubuh mengeluarkan gumpalan darah.  Dokter juga memberi pasien obat-obatan seperti oksitosin. Ini guna membuat rahim berkontraksi dan mengurangi perdarahan.
  • Mendapatkan oksigen dengan memakai masker oksigen.
  • Mengeluarkan sisa-sisa plasenta dari rahim, membungkus rahim dengan kain kasa, spons khusus, menggunakan alat atau jahitan medis untuk membantu menghentikan perdarahan dari pembuluh darah.
  • Embolisasi pembuluh darah yang mensuplai rahim. Dalam prosedur ini, dokter menggunakan tes khusus untuk menemukan pembuluh darah yang berdarah dan menyuntikkan bahan ke dalam pembuluh. Tujuannya menghentikan pendarahan. Ini digunakan guna mencegah pasien membutuhkan histerektomi.

Itulah kelima fakta mengenai perdarahan postpartum. Jika Mama melihat perdarahan hebat yang tidak normal selama 1-2 minggu pertama pasca persalinan, segera hubungi dokter.

Baca juga:

The Latest