Beliau menjelaskan, “merokok, baik menghirup asap rokok atau perokok pasif berisiko meningkatkan terjadinya keguguran.”
Penyebab Keguguran yang Sering Dianggap Sepele, Mama Harus Tahu

- Paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko keguguran karena mengganggu aliran oksigen ke janin dan memicu gangguan hormon.
- Konsumsi kafein berlebihan dapat memengaruhi kesehatan rahim dan meningkatkan risiko kontraksi tidak stabil selama kehamilan.
- Konsumsi alkohol, bekerja secara berlebihan, dan stres tinggi juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran.
Keguguran menjadi pengalaman yang berat dan ditakuti bagi banyak Mama, dan sayangnya banyak orang tidak tahu bahwa sejumlah kebiasaan sehari-hari bisa meningkatkan risikonya.
Dalam penjelasan edukatifnya di TikTok @upikanggraheni, dr. Upik A., SpOG, Subsp. FER menyampaikan bahwa ada beberapa faktor gaya hidup yang tampak sepele, tetapi bisa memberi dampak besar hingga menyebabkan keguguran.
Mulai dari paparan asap rokok hingga stres tinggi, semua bisa memengaruhi kondisi tubuh Mama saat sedang promil atau sudah hamil. Dengan memahami penyebabnya secara lebih jelas, Mama bisa lebih waspada agar kejadian tersebut dapat dihindari.
Popmama.com telah merangkum beberapa penyebab kegugurn yang serin dianggap sepele berdasarkan penjelasandari dr. Upik. Yuk, simak selengkapnya!
1. Paparan asap rokok

Paparan asap rokok adalah salah satu penyebab keguguran yang sering tidak disadari. Menurut dr. Upik, baik perokok pasif maupun aktif punya risiko lebih tinggi karena zat beracun di dalam asap rokok mengganggu aliran oksigen ke calon janin.
Zat berbahaya dalam asap rokok dapat mengganggu aliran darah menuju rahim, sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Paparan ini juga dapat memicu gangguan hormon yang berperan dalam mempertahankan kehamilan.
Mama mungkin merasa tidak merokok, namun jika berada di lingkungan yang penuh asap, risikonya tetap ada. Karena itu, penting untuk menjaga lingkungan tetap bebas asap rokok selama kehamilan.
2. Konsumsi kafein berlebihan

Kafein sebenarnya masih diperbolehkan saat hamil, tetapi jika berlebihan bisa berdampak pada janin. Menurut dr. Upik, batas aman kafein ialah sekitar 100 mg per hari.
Kafein dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan detak jantung, memengaruhi kualitas tidur, dan memicu stres tubuh. Kondisi-kondisi ini berpotensi memengaruhi kesehatan rahim dan meningkatkan risiko kontraksi tidak stabil.
Mama mungkin tidak sadar karena kafein bukan hanya ada pada kopi, tapi juga teh, cokelat, hingga minuman kemasan.
Seperti yang dikatakan dr. Upik , “kalau bisa dihindari, ya kenapa tidak?”
Mengurangi konsumsi kafein bisa membantu menjaga kestabilan hormon tubuh selama hamil.
3. Konsumsi alkohol

Alkohol sering dianggap aman jika dikonsumsi sedikit, padahal efeknya pada kehamilan bisa sangat serius. Alkohol dapat mengganggu metabolisme tubuh dan fungsi organ penting yang berhubungan dengan perkembangan janin.
Zat ini juga memengaruhi kualitas sel telur dan dapat memicu gangguan pada proses implantasi, yaitu menempelnya embrio di rahim. Jika tubuh mama tidak dapat mengolah alkohol dengan baik, risikonya semakin meningkat.
Selain itu, alkohol bisa memicu dehidrasi yang membuat tubuh lebih mudah stres. Kombinasi faktor-faktor ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran, bahkan sejak usia kehamilan sangat dini.
4. Bekerja secara berlebihan

Bekerja sebenarnya tidak menjadi masalah saat Mama hamil, tetapi bekerja berlebihan dapat memicu risiko tertentu. Menurut dr. Upik, bekerja lebih dari 40 jam per minggu dapat meningkatkan stres dan kelelahan yang berdampak pada kehamilan.
Tubuh yang kelelahan cenderung memproduksi hormon stres lebih banyak, dan ini bisa memengaruhi kontraksi rahim. Aktivitas fisik yang berat juga dapat mengganggu sirkulasi darah sehingga nutrisi ke janin tidak optimal.
Banyak Mama merasa kuat dan tetap memaksakan diri bekerja panjang, padahal tubuh sedang membutuhkan ritme yang lebih tenang.
Dengan mengatur waktu istirahat yang cukup, Mama bisa membantu tubuh mempertahankan kondisi kehamilan dengan lebih baik.
5. Stres yang tinggi

Stres sering diremehkan, padahal menjadi salah satu penyebab yang paling sering memengaruhi kondisi kehamilan. Stres berat bisa meningkatkan produksi kortisol, yaitu hormon stres.
Dalam penjelasannya, dr. Upik menyebut bahwa hormon ini dapat “memicu terjadinya kontraksi dan bisa berakibat terjadinya keguguran.”
Kortisol tinggi juga mengganggu keseimbangan hormon kehamilan yang menjaga lapisan rahim tetap stabil. Stres berkepanjangan membuat tubuh lebih cepat lelah dan sulit pulih, sehingga rahim menjadi lebih sensitif.
Kondisi ini sering tidak disadari karena dianggap bagian dari rutinitas sehari-hari. Mengelola stres dengan cara sederhana seperti istirahat cukup, relaksasi, atau berbicara dengan orang terdekat dapat membantu menjaga kehamilan mama tetap aman.
Penyebab keguguran yang sering dianggap sepele biasanya dari faktor sehari-hari yang tampak biasa, justru memiliki pengaruh besar pada kehamilan.
Dengan memahami penjelasan dari dr. Upik Anggraheni ini, Mama bisa lebih waspada dalam menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan.
Pola hidup yang seimbang, istirahat cukup, serta menjauhi faktor risiko kecil dapat membantu meminimalkan kemungkinan keguguran. Semoga informasi ini bermanfaat dan membantu Mama menjaga kehamilan tetap sehat.


















