Kurangnya tidur akibat ritme bayi yang belum teratur.
Stres finansial dan tanggung jawab baru sebagai kepala keluarga.
Perubahan hubungan dengan pasangan setelah kelahiran anak.
Riwayat gangguan mental atau trauma sebelumnya.
Kurangnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar.
Tak Hanya Mama, Papa juga Rentan Alami Depresi Paternal Pascapersalina

- Depresi Paternal Pascapersalinan (PPND) adalah kondisi ketika ayah mengalami gejala depresi setelah kelahiran anaknya.
- Faktor risiko PPND antara lain kurangnya tidur akibat ritme bayi yang belum teratur, stres finansial, perubahan hubungan dengan pasangan, riwayat gangguan mental atau trauma sebelumnya, dan kurangnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar.
- Pentingnya peningkatan kesadaran terkait PPND agar keluarga bisa lebih peka terhadap tanda-tandanya dan memberikan dukungan yang tepat serta cara mendukung Papa yang mengalami PPND.
Mama, pernah merasa Papa jadi lebih murung, pendiam, atau cepat marah setelah si Kecil lahir? Padahal sebelumnya Papa terlihat semangat menyambut kehadiran buah hati.
Banyak yang mengira hanya Mama yang bisa mengalami baby blues atau depresi pascapersalinan. Padahal, Papa juga bisa mengalaminya, lho! Kondisi ini disebut Depresi Paternal Pascapersalinan atau PPND (Paternal Postnatal Depression)
Selama ini, perhatian terhadap kesehatan mental setelah melahirkan memang lebih banyak fokus ke Mama, karena Mama yang mengalami perubahan fisik dan hormon besar-besaran.
Tapi faktanya, menjadi orangtua baru juga membawa tantangan emosional bagi Papa, mulai dari tanggung jawab baru, tekanan finansial, sampai perubahan hubungan dengan pasangan. Semua ini bisa membuat Papa kewalahan dan berisiko mengalami depresi tanpa disadari.
Berikut ini informasi selengkapnya dari Popmama.com mengenai pentingnya peningkatan kesadaran terkait Depresi Paternal Pascapersalinan atau PPND.
Apa Itu Depresi Paternal Pascapersalinan (PPND)?

Depresi paternal pascapersalinan atau PPND adalah kondisi ketika ayah mengalami gejala depresi setelah kelahiran anaknya. Biasanya, terjadi dalam kurun waktu 3 bulan hingga setahun setelah bayi lahir. Gejalanya bisa berbeda dari Mama yang mengalami postpartum depression.
Kalau Mama cenderung menunjukkan gejala seperti menangis, cemas, atau mudah sedih, Papa sering mengekspresikan depresinya dengan cara seperti mudah marah, menarik diri dari keluarga, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, atau bahkan bekerja berlebihan untuk mengalihkan pikiran.
Beberapa faktor risiko yang bisa memicu PPND antara lain:
Walaupun sering kali diabaikan, kondisi ini nyata dan bisa berdampak besar, baik pada Papa sendiri maupun pada tumbuh kembang anak dan keharmonisan keluarga.
Pentingnya Peningkatan Kesadaran Terkait Depresi Paternal Pascapersalinan (PPND)

Selama ini mungkin masih banyak Papa yang merasa harus kuat dan menekan perasaannya sendiri karena takut dianggap lemah. Padahal, menolak mengakui perasaan itu justru bisa memperparah kondisi mental.
Edukasi tentang PPND penting agar keluarga bisa lebih peka terhadap tanda-tandanya dan memberikan dukungan yang tepat.
Mama juga bisa berperan penting dalam hal ini. Cobalah membuka komunikasi dengan Papa, tanyakan bagaimana perasaannya menghadapi peran baru sebagai orangtua.
Kadang, sekadar didengarkan tanpa dihakimi sudah menjadi langkah awal yang sangat membantu.
Selain itu, tenaga kesehatan seperti bidan, dokter, atau psikolog juga perlu memberi ruang bagi Papa untuk berbicara tentang emosinya saat kontrol pasca kelahiran si Kecil.
Cara Mendukung Papa yang Mengalami PPND

Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendukung Papa yang mengalami PPND
Bangun komunikasi terbuka. Ajak Papa ngobrol tanpa menyalahkan. Kadang ia hanya butuh tempat aman untuk bercerita tanpa takut dihakimi.
Berbagi tanggung jawab. Jangan biarkan Papa merasa harus menanggung semuanya sendiri. Bagi tugas rumah dan pengasuhan bayi dengan seimbang.
Ajak Papa mencari bantuan profesional. Jika gejalanya semakin berat, seperti kehilangan semangat hidup, sulit tidur, atau muncul pikiran negatif, jangan ragu ajak Papa konsultasi ke psikolog atau psikiater.
Berikan waktu untuk diri sendiri. Meski sibuk dengan bayi, beri Papa waktu singkat untuk melakukan hal yang ia sukai. Misalnya saja berolahraga, membaca, atau sekadar nongkrong dengan teman dekat.
Bangun dukungan dari lingkungan sekitar. Keluarga besar dan teman juga bisa membantu menciptakan suasana yang suportif. Semakin kuat dukungan sosial, semakin cepat proses pemulihan.
Nah, Ma, itulah informasi mengenai pentingnya peningkatan kesadaran terkait Depresi Paternal Pascapersalinan atau PPND.
Jadi mulai sekarang, jangan lupa juga perhatikan kesehatan mental Papa. Menjadi orangtua memang tidak mudah, baik bagi Mama maupun Papa. Dengan saling memahami, berbagi peran, dan memberi dukungan emosional, keluarga bisa tumbuh lebih sehat dan bahagia bersama si Kecil.



















