- Plasenta kecil, yaitu ukuran atau berat plasenta di bawah persentil ke-10
- Plasenta dengan perkembangan abnormal (dysmorphic placenta), ditandai dengan trophoblast inclusions, yang menjadi penanda kuat kemungkinan kelainan genetik
- Abruption, yaitu plasenta terlepas lebih awal dari tempat menempel, yang juga muncul dalam beberapa kasus keguguran trimester kedua
- Infeksi plasenta, seperti chorioamnionitis, yang menjadi penyebab paling sering pada keguguran usia 18–24 minggu
Waspadai Kelainan Plasenta yang Menyebabkan Keguguran, Mama Wajib tahu

- Penyebab kelainan plasenta meliputi gangguan perkembangan, kelainan genetik, dan infeksi pada trimester kedua.
- Jenis kelainan plasenta yang sering ditemukan antara lain plasenta kecil, dysmorphic placenta, abruption, dan infeksi plasenta.
- Kelainan plasenta meningkatkan risiko keguguran hingga 90%, dengan temuan seperti dysmorphic chorionic villi dan plasenta terlalu kecil untuk usia kehamilan.
Kelainan pada plasenta dapat memengaruhi tumbuh kembang janin sejak awal kehamilan. Plasenta berperan sebagai saluran utama yang membawa oksigen, nutrisi, serta perlindungan imun bagi janin, sehingga gangguan kecil sekalipun dapat berdampak besar.
Plasenta berperan penting dalam menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin, sehingga setiap kelainan yang terjadi pada organ ini bisa berdampak besar pada kelanjutan kehamilan.
Untuk lebih jelasnya, simak rangkuman Popmama.com mengenai kelainan plasenta yang menyebabkan keguguran dan harus diwaspadai berikut ini!
1. Penyebab terjadinya kelainan plasenta

Dilansir dari penelitian Yale School of Medicine menunjukkan bahwa banyak kelainan plasenta berawal dari gangguan perkembangan sejak tahap awal kehamilan.
Salah satu penyebab utama adalah kelainan genetik yang memengaruhi pembentukan struktur plasenta, ditandai dengan adanya trophoblast inclusions (TI) atau lekukan sel yang tidak normal.
Dalam jurnal Scientific Archives, kelainan juga dapat terjadi akibat gangguan aliran darah dari ibu ke plasenta, yang disebut maternal vascular malperfusion, sehingga suplai oksigen dan nutrisi tidak optimal.
Faktor peradangan atau infeksi juga ditemukan sebagai penyebab umum, terutama pada trimester kedua.
Selain itu, proses invasi trofoblas yang tidak sempurna, yaitu proses sel plasenta menanamkan diri ke dinding rahim dapat menyebabkan plasenta berkembang kurang baik.
Dengan begitu, maka, penyebab kelainan plasenta dapat berasal dari faktor genetik, gangguan peredaran darah, infeksi, hingga masalah perkembangan.
2. Jenis kelainan plasenta yang sering ditemukan

Setiap kelainan memiliki mekanisme yang berbeda dalam mengganggu fungsi plasenta. Berikut beberapa tipe kelainan yang paling sering muncul pada kehamilan yang berakhir dengan keguguran:
Jenis-jenis kelainan ini memberi gambaran bahwa penyebab keguguran sering kali berasal dari masalah pada plasenta yang dapat diperiksa secara histologis.
3. Hubungan kelainan plasenta dengan risiko keguguran

Dilansir dari penelitian Yale School of Medicine, lebih dari 90% keguguran yang sebelumnya tidak diketahui penyebabnya dapat dijelaskan melalui temuan kelainan plasenta.
Misalnya, 86,2% keguguran menunjukkan adanya dysmorphic chorionic villi, penanda adanya gangguan perkembangan atau kelainan genetik. Pada kasus stillbirth, 33,9% di antaranya disebabkan oleh plasenta yang terlalu kecil untuk usia kehamilan.
Pada jurnal Scientific Archives juga menguatkan temuan ini dengan menunjukkan bahwa infeksi plasenta, gangguan aliran darah, hingga abrupsio sering menjadi penyebab keguguran trimester kedua.
Kelainan-kelainan ini mengganggu fungsi vital plasenta sebagai pemberi oksigen dan nutrisi, sehingga janin tidak dapat bertahan.
Temuan-temuan tersebut menegaskan bahwa kelainan plasenta adalah faktor utama yang berperan dalam peningkatan risiko keguguran.
Kelainan plasenta merupakan penyebab yang sangat sering ditemukan pada keguguran, baik di trimester awal maupun kedua.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan perkembangan, infeksi, dan masalah aliran darah pada plasenta menjadi faktor besar yang memicu keguguran.
Mengetahui penyebab ini membantu Mama memahami kondisi secara medis sekaligus mempersiapkan langkah pencegahan pada kehamilan berikutnya.


















