Ini Penyebab Anyang-anyangan Saat Mama Hamil Muda
Cari tahu apa penyebab, kapan harus waspada, dan cara mengatasi anyang-anyangan saat hamil muda
29 Desember 2019

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Begitu mengetahui garis dua muncul di test pack, perasaan bahagia tentu menyelimuti diri Mama. Namun, itu juga berarti Mama harus bersiap dengan berbagai perubahan tubuh yang akan dirasakan selama 9 bulan ke depan.
Sejak trimester pertama, produksi hormon kehamilan terus membuat tubuh Mama berubah dan beradaptasi dengan kehadiran janin. Tak heran jika banyak ibu hamil yang mengeluhkan ini dan itu. Bahkan, kadang merasa kepayahan karena terkejut dengan gejala-gejala tersebut.
Salah satunya adalah anyang-anyangan, yakni meningkatnya frekuensi buang air kecil diikuti oleh rasa tidak tuntas usai berkemih. Perlu Mama tahu, perempuan dewasa normal memproduksi urin dengan volume 1.500-2.000 cc tiap 24 jam. Sementara, kandung kemih dapat menampung urin sebanyak 400-500 cc. Artinya, perempuan dewasa normal akan berkemih setiap 3-4 jam sekali.
Akan tetapi, pada ibu hamil tidaklah demikian. Anyang-anyangan kerap dirasakan oleh ibu hamil pada trimester I. Rasa tidak tuntas usai berkemih jelas membuat Mama kurang nyaman. Belum lagi frekuensi berkemih yang sering, sehingga jarak antara buang air kecil pun pendek. Bolak-balik ke WC sungguh merepotkan!
Lalu, apa sih sesungguhnya penyebab anyang-anyangan pada saat hamil muda? Berikut Popmama.com mencari tahu apa penyebab, kapan harus waspada, dan cara praktis mengatasinya.
1. Penyebab anyang-anyangan
Anyang-anyangan memang lebih umum dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki. Kondisi ibu hamil membuat risiko terjadi anyang-anyangan meningkat. Hal ini terjadi karena tiga hal, yaitu:
- Perubahan hormon. Peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen mendorong penambahan suplai darah ke ginjal. Alhasil, jumlah urin yang dihasilkan pun lebih banyak. Sebagai konsekuensi, keinginan untuk buang air kecil juga muncul lebih sering.
- Desakan rahim pada kandung kemih. Rahim berada di rongga panggul. Pada trimester pertama, rahim akan mengalami pembesaran secara progresif, sehingga mendesak kandung kemih yang berada di depan rahim. Akibatnya, kapasitas penampungan urin berkurang. Mama pun lebih sering ingin berkemih dalam jarak waktu pendek.
- Posisi berbaring ketika tidur juga bisa meningkatkan volume darah dari perifer menuju jantung, serta meningkatkan volume darah ke ginjal. Maka, volume urin yang diproduksi ginjal juga bertambah. Mama pun sering terbangun saat malam hari karena ingin segera berkemih.
Editors' Pick
2. Kapan anyang-anyangan mereda?
Desakan rahim yang intens ternyata juga bisa menyumbat saluran kencing. Akibatnya, urin kadang tidak dapat dikeluarkan, meski ada keinginan untuk berkemih. Inilah mengapa Mama merasa tidak tuntas saat berkemih. Bagi sebagian orang, anyang-anyangan kerap dijadikan salah satu tanda kehamilan karena banyak dialami pada trimester pertama.
Pada trimester kedua, rahim akan membesar, lalu naik meninggalkan rongga panggul. Ini mengurangi desakan pada kandung kemih.
Biasanya, Mama tidak begitu mengeluh anyang-anyangan saat kehamilan memasuki trimester kedua. Namun, kondisi ini hanya bertahan sementara. Menginjak trimester ketiga, selagi janin mulai turun ke panggul untuk menyiapkan diri mendekati persalinan, keinginan sering berkemih pun muncul lagi.