Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Apakah Tes Darah Bisa Memprediksi Kelahiran Prematur?

Desain tanpa judul(8).jpg
Pexels/MART PRODUCTION
Intinya sih...
  • Kelahiran prematur terjadi sebelum minggu ke-37, berisiko pada organ vital bayi dan membutuhkan perawatan intensif.
  • Gejala kelahiran prematur mirip dengan tanda hendak melahirkan, termasuk nyeri pinggang, kontraksi, dan peningkatan tekanan di vagina.
  • Faktor risiko kelahiran prematur meliputi kesehatan ibu, kehamilan, dan faktor yang melibatkan janin seperti cacat lahir atau kehamilan kembar.

Meskipun banyak kemajuan dalam perawatan pranatal dan bayi selama beberapa dekade terakhir, kelahiran prematur tetap menjadi ancaman nyata bagi ibu hamil. 

Hal ini membuat ibu hamil melakukan banyak hal untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur. Misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kehamilan rutin.

Saat melakukan pemeriksaan kehamilan, Mama mungkin diminta untuk melakukan tes darah. Tes darah memiliki banyak manfaat. Tapi apakah tes darah bisa memprediksi kelahiran prematur?

Simak ulasan Popmama.com berikut ini untuk mengetahui jawabannya, ya, Ma!

Desain tanpa judul(5).jpg
Pexels/MART PRODUCTION

Apa Itu Kelahiran Prematur?

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir.

Minggu terakhir masa kehamilan adalah masa yang penting dalam pembentukan tahap akhir berbagai organ vital, termasuk otak dan paru-paru, serta peningkatan berat badan janin.

Oleh sebab itu, bayi yang lahir prematur berisiko mengalami gangguan kesehatan karena kondisi organ tubuhnya belum sempurna sehingga membutuhkan perawatan intensif.

Desain tanpa judul(4).jpg
Pexels/Pixabay

Gejala Kelahiran Prematur

Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala atau tanda hendak melahirkan, yaitu:

  • Nyeri pinggang,

  • Kontraksi setiap 10 menit,

  • Kram di perut bagian bawah,

  • Keluar cairan dan lendir yang semakin banyak dari vagina,

  • Perdarahan vagina,

  • Peningkatan tekanan di bagian panggul dan vagina,

  • Mual dan muntah.

Desain tanpa judul-3.jpg
Pexels/Daniel Reche

Faktor Risiko Umum untuk Kelahiran Prematur

Melansir dari laman Parents, sekitar dua pertiga kelahiran prematur adalah kelahiran prematur spontan. Hal itu berarti bahwa kelahiran prematur tersebut diawali oleh perubahan fisik seperti kontraksi atau pecahnya kantung ketuban

Ada banyak faktor risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan lebih tinggi mengalami kelahiran prematur spontan selama kehamilan tertentu, yaitu:

1. Faktor kesehatan ibu, di antaranya:

  • Preeklamsia

  • Gangguan pembekuan darah,

  • Penyakit kronis, seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi,

  • Penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi cairan ketuban, dan infeksi vagina,

  • Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim,

  • Pembukaan serviks yang terjadi lebih dini,

  • Stres,

  • Pernah mengalami keguguran,

  • Kelebihan atau kekurangan berat badan sebelum hamil,

  • Kekurangan nutrisi,

  • Kebiasaan merokok sebelum dan selama masa kehamilan,

  • Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol saat hamil,

  • Narkoba,

  • Cedera fisik, misalnya cedera akibat persalinan sebelumnya,

  • Pernah menjalani operasi pada serviks,

  • Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya,

  • Riwayat kelahiran prematur di dalam keluarga,

2. Faktor kehamilan, seperti:

  • Kelainan posisi atau gangguan fungsi plasenta,

  • Plasenta yang lepas sebelum waktunya,

  • Cairan ketuban yang terlalu banyak,

  • Perdarahan vagina selama masa kehamilan,

  • Hamil dengan bantuan prosedur bayi tabung,

  • Hamil di usia remaja atau di atas 40 tahun,

  • Tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik,

  • Jarak kehamilan yang terlalu dekat dari kehamilan sebelumnya,

3. Faktor yang melibatkan janin, yaitu:

  • Janin menderita cacat lahir,

  • Kehamilan kembar,

  • Gangguan perkembangan janin,

  • IUGR atau intrauterine growth restriction.

Paparan terhadap stresor psikologis berpotensi mengakibatkan kurang tidur, dan gejala depresi atau kecemasan, meningkatkan risiko kelahiran prematur spontan.

Faktor risiko sangat beragam. Beberapa ibu hamil dengan faktor risiko akan mengalami kelahiran prematur dan yang lainnya tidak, karena alasan yang tidak diketahui.

Desain tanpa judul(4).jpg
Pexels/RF._.studio _

Penelitian untuk Tes Darah guna Menilai Risiko Kelahiran Prematur

Penelitian dilakukan untuk mencari cara untuk mengukur faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelahiran prematur. Selama satu dekade, para peneliti melakukan penelitian mendalam terhadap sistem kekebalan tubuh ibu hamil dengan melibatkan 257 peserta penelitian. Mereka dapat menentukan bahwa banyak faktor risiko kelahiran prematur spontan secara halus mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh seiring berjalannya waktu. 

Tes ini, yang dirancang untuk disertakan dalam perawatan prenatal rutin, mengukur perubahan fungsi imun yang tampaknya paling penting bagi kelahiran prematur, sehingga memungkinkan untuk memprediksi risiko dengan akurasi yang cukup tinggi hingga 97,5% berdasarkan pengujian.

Saat ini, tes tersebut secara akurat memprediksi risiko kelahiran prematur bila dilakukan sebelum 20 minggu.

Tim peneliti sekarang tengah berupaya untuk memastikan bahwa tes tersebut akurat dan dapat diterapkan bahkan pada awal kehamilan. Sehingga tes darah bisa digabungkan dengan pemeriksaan kehamilan di trimester pertama. Uji coba sedang berlangsung dengan hingga 500 peserta baru—dan mereka masih mencari lebih banyak lagi!

Saat ini, tes tersebut belum tersedia bagi ibu hamil di fasilitas kesehatan, tetapi diharapkan akan berubah dalam beberapa tahun.

Desain tanpa judul(5).jpg
Pexels/Kaboompics.com

Seperti Apa Masa Depan yang Mungkin Terjadi dengan Tes Baru Ini?

Tujuan menjadikan tes ini sebagai bagian dari perawatan prenatal rutin adalah untuk membantu ibu hamil memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin tentang kesehatannya dan janin.

Pengetahuan ini dapat membentuk bagaimana penyedia layanan kesehatan memantau kehamilan dan mengambil tindakan selanjutnya tergantung pada berbagai kondisi kesehatan dan gejala.

Sebagai salah satu contoh, jika seseorang dianggap berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur, obat dapat diberikan untuk mempercepat pematangan paru-paru janin dan meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.

Tim peneliti perawatan kesehatan yang dipersonalisasi untuk ibu hamil dilakukan di masa depan.

Jika Mama tahu apa yang menjadi pemicu risiko, Mama dapat memilih intervensi yang tepat untuk orang yang tepat dan mencegah penyakit tersebut sepenuhnya.

Itu penjelasan tentang apakah tes darah bisa memprediksi kelahiran prematur. Meski belum sepenuhnya diketahui, ilmuwan terus melakukan penelitian agar tes darah kelak bisa digunakan untuk memprediksi kelahiran prematur, Ma. Ibu hamil diharapkan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi hingga persalinan prematur.

Semoga kehamilannya selalu sehat, Ma!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyuni Sahara
EditorWahyuni Sahara
Follow Us