- Perbaiki gaya hidup, Papa bisa mulai dengan berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol. Kebiasaan ini terbukti bisa memengaruhi hormon reproduksi dan kualitas sperma. JJangan lupa konsumsi makanan sehat yang kaya antioksidan yang membantu melawan radikal bebas penyebab kerusakan sperma. Olahraga teratur juga penting, tapi ingat ya, jangan sampai berlebihan sampai stres hormon yang justru merugikan kesuburan Papa.
- Kelola berat badan, Menjaga berat badan ideal (BMI) berperan besar menjaga kualitas sperma dan kesehatan reproduksi, Pa.
- Jika Papa memiliki keluhan jangan lupa untuk cek hormonal ya, Pa.
- Kurangi faktor lingkungan yang berbahaya, Hindari paparan zat kimia dari lingkungan, logam berat, sampai radiasi yang nggak perlu. Misalnya, saat menggunakan laptop, jangan letakkan langsung di pangkuan terus-menerus karena panas dan gelombang elektromagnetik bisa menurunkan kualitas sperma. Perlindungan dari faktor ini penting supaya sperma tetap sehat dan aktif.
- Lakukan pemeriksaan kualitas sperma jika berencana memiliki momongan.
- Kalau Mama dan Papa sama-sama sudah di usia matang, ada baiknya mempercepat rencana kehamilan. Jangan terlalu menunda, karena risiko kesuburan akan makin meningkat seiring waktu.
Bukan Hanya Perempuan, Usia Laki-Laki Juga Memengaruhi Kesuburan

- Usia laki-laki memengaruhi kualitas sperma
- Usia di atas 40 tahun, hormon testosteron menurun
- Tips menjaga kesuburan Papa seiring bertambah usia
Masalah kesuburan sering kali dianggap sebagai urusan perempuan saja, padahal sebenarnya laki-laki juga memiliki peran penting. Nggak hanya faktor kesehatan peremouan, usia laki-laki ternyata juga memengaruhi peluang kehamilan, lho.
Popmama.com sudah merangkum bagaimana usia laki-laki bisa berdampak pada kesuburan supaya Papa bisa lebih siap dan tahu langkah yang tepat! Yuk disimak!
1. Bagaimana usia memengaruhi kualitas sperma?

Pa, ternyata seiring bertambahnya usia, sperma Papa bisa mengalami perubahan baik dari segi motilitas (pergerakan) maupun morfologi (bentuk), lho. Kondisi ini bisa menurunkan peluang sperma untuk membuahi sel telur.
Dilansir dari National Institutes of Health menunjukkan bahwa Papa yang berusia lebih tua memiliki risiko lebih tinggi menghasilkan sperma dengan kerusakan DNA, yang berpotensi memengaruhi kesehatan janin.
Nggak hanya peluang hamil yang menurun, usia laki-laki yang lebih tua juga dikaitkan dengan risiko komplikasi kehamilan seperti keguguran dan kelainan genetik pada bayi. Dikutip dari Mayo Clinic bahwa risiko bayi lahir dengan kondisi seperti autisme dan kelainan genetik bisa meningkat apabila Papa berusia lebih dari 40 tahun. Jadi, faktor usia Papa juga wajib diperhatikan dalam rencana punya anak ya.
2. Usia di atas 40 tahun, hormon testosteron menurun

Pa, tahukah Papa kalau memasuki usia 40 tahun ke atas, waktu untuk punya buah hati bisa jauh lebih lama?
Dilansir dari jurnal Fertility and Sterility, Papa yang berusia di atas 40 cenderung membutuhkan waktu sekitar lima kali lebih lama dibandingkan Papa yang masih di bawah 40 untuk mendapatkan momongan. Hal ini terjadi karena seiring bertambahnya usia, kualitas sperma nggak kebal terhadap perubahan.
Selain itu, hormon testosteron, yang berperan kunci dalam produksi dan kualitas sperma, juga mengalami penurunan seiring usia. Dikutip dari Cleveland Clinic, setelah usia 30 tahun, rata-rata kadar testosteron Papa akan berkurang sekitar 1% setiap tahun. Kemudian dengan hormon testosteron yang merosot, pergerakan sperma bisa melambat, kerusakan DNA bisa makin tinggi, atau dan jumlah sperma yang sehat bisa menyusut lho, Pa.
Makanya, penting banget untuk sadar sejak dini dan mulai menjaga pola hidup sehat agar hormon dan kesuburan Papa tetap optimal.
3. Tips menjaga kesuburan Papa seiring bertambah usia

Walau usia tidak bisa diputar kembali, ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesuburan Papa, seperti:



















