7 Ciri-Ciri Ovulasi Gagal yang Bisa Bikin Sulit Hamil!

- Siklus haid tidak teratur bisa menjadi tanda ovulasi tidak terjadi secara konsisten, yang berdampak pada peluang kehamilan jangka panjang.
- Haid sangat sedikit atau sangat deras dapat menandakan ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, yang sering terjadi pada siklus tanpa ovulasi.
- Tidak merasakan nyeri ovulasi, lendir serviks tidak mengalami perubahan, suhu basal tubuh tidak meningkat, dan tidak mengalami gejala PMS adalah tanda-tanda lain dari anovulasi yang bisa menyebabkan kesulitan hamil.
Ovulasi yang gagal atau anovulasi adalah kondisi ketika ovarium tidak melepaskan sel telur di tengah siklus haid. Meskipun sering dianggap sepele, kondisi ini bisa menjadi salah satu penyebab utama sulit hamil dan gangguan hormon jangka panjang.
Meski sulit dikenali tanpa pemeriksaan medis, ada beberapa indikator fisik dan hormonal yang bisa diamati sendiri di rumah. Gejala seperti haid tidak teratur, perubahan suhu tubuh basal, dan lendir serviks yang abnormal sering jadi pertanda kuat.
Mendeteksi tanda-tanda ovulasi gagal sejak dini sangat penting. Semakin cepat menyadarinya, semakin cepat juga bisa mengambil langkah seperti konsultasi dokter, penyesuaian gaya hidup, atau terapi hormon.
Oleh karena itu, berikut ini Popmama.com telah merangkum 7 ciri-ciri ovulasi gagal yang bisa bikin sulit hamil. Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
1. Siklus haid tidak teratur

Siklus haid normal biasanya berlangsung antara 21–35 hari. Jika siklus haid lebih pendek atau lebih panjang dari itu, atau bahkan berubah-ubah setiap bulan, ini bisa menjadi tanda ovulasi tidak terjadi secara konsisten.
Menurut Mayo Clinic, siklus haid yang tidak teratur berkaitan erat dengan gangguan pelepasan hormon LH dan FSH yang penting dalam proses ovulasi. Bila dibiarkan, ini dapat mengganggu peluang kehamilan jangka panjang.
2. Haid sangat sedikit atau sangat deras

Darah haid yang terlalu sedikit bisa menandakan bahwa dinding rahim tidak menebal sebagaimana mestinya karena ovulasi tidak terjadi. Sebaliknya, darah yang terlalu banyak juga bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron.
Beberapa studi menyebutkan bahwa siklus tanpa ovulasi sering menghasilkan perdarahan haid yang tidak normal. Ini termasuk haid yang sangat ringan (spotting) atau sangat berat (menorrhagia).
3. Tidak merasakan nyeri ovulasi

Beberapa perempuan merasakan nyeri ringan di satu sisi perut saat ovulasi, disebut mittelschmerz. Jika biasanya perempuan awalnya merasakan nyeri ini namun belakangan tidak lagi, bisa jadi ovulasi sedang tidak terjadi.
WebMD menyebutkan bahwa meski tidak semua perempuan mengalami nyeri ovulasi, ketiadaan gejala ini secara tiba-tiba patut diperhatikan, terutama jika dibarengi dengan tanda-tanda lain dari anovulasi.
4. Lendir serviks tidak mengalami perubahan

Lendir serviks yang jernih dan licin seperti putih telur biasanya muncul beberapa hari sebelum ovulasi. Ini adalah tanda tubuh sedang dalam masa subur. Jika lendir serviks tetap kental, keruh, atau kering sepanjang siklus, bisa menjadi pertanda ovulasi gagal.
Menurut studi, perubahan tekstur lendir serviks berkaitan langsung dengan fluktuasi kadar estrogen. Saat ovulasi gagal, tubuh tidak mencapai kadar estrogen optimal untuk memicu produksi lendir subur.
5. Suhu basal tubuh tidak meningkat

Suhu basal tubuh (BBT) akan meningkat sekitar 0,3–0,5°C setelah ovulasi karena hormon progesteron meningkat. Jika rutin mencatat suhu tubuh setiap pagi dan tidak melihat adanya kenaikan suhu yang konsisten, bisa jadi tidak terjadi ovulasi.
Sebuah studi dari Fertility and Sterility Journal menjelaskan bahwa pola BBT bisa menjadi metode sederhana namun efektif untuk melacak ovulasi secara alami. Ketidakteraturan suhu menjadi tanda kuat terjadinya anovulasi.
6. Tidak mengalami gejala PMS

PMS seperti nyeri payudara, kram ringan, atau mood swing umumnya muncul menjelang haid akibat lonjakan hormon. Jika tidak mengalami gejala-gejala ini sama sekali, bisa jadi tidak ada fluktuasi hormon yang menandakan ovulasi.
Menurut penelitian, progesteron yang dihasilkan setelah ovulasi adalah penyebab utama munculnya gejala PMS. Jika ovulasi tidak terjadi, tubuh mungkin tidak memproduksi progesteron dalam jumlah cukup untuk memicu gejala tersebut.
7. Sulit hamil meski rutin berhubungan

Salah satu ciri paling mencolok dari ovulasi gagal adalah kesulitan untuk hamil meskipun sudah melakukan hubungan intim secara rutin di masa subur. Jika setelah 6–12 bulan tidak ada tanda-tanda kehamilan, penting untuk memeriksa apakah ovulasi terjadi.
National Institutes of Health (NIH) menyebutkan bahwa perempuan yang mengalami kesulitan hamil harus segera melakukan tes hormon dan USG ovarium. Ini bertujuan untuk memastikan apakah sel telur benar-benar dilepaskan setiap bulan.
Itu dia, 7 ciri-ciri ovulasi gagal yang bisa bikin sulit hamil. Mendeteksi ovulasi yang gagal sejak dini dapat membantu untuk segera mendapatkan penanganan medis dan meningkatkan peluang untuk segera hamil.