Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Reproduksi

Penelitian dalam jurnal Women & Health menjelaskan bahwa paparan suhu panas ekstrem dapat mengurangi kualitas sperma pada laki-laki dan menurunkan kesuburan perempuan.

Kondisi ini disebut sebagai thermal stress, yaitu tekanan akibat perubahan suhu yang tidak normal. Studi pada organisme seperti Drosophila menunjukkan bahwa suhu panas mendekati batas kritis bisa membuat jantan infertil atau tidak subur.

Dampak ini dikhawatirkan juga terjadi pada manusia, karena tubuh manusia memiliki kemampuan adaptasi yang terbatas. Pada perempuan, paparan panas berlebih dapat memengaruhi keseimbangan hormon reproduksi dan kualitas sel telur.

Jika berlanjut, hal ini dapat memperbesar masalah infertilitas di masa depan.

Perubahan iklim juga meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, termasuk keguguran dan kelahiran prematur. Dilansir dari penelitian yang sama, suhu ekstrem yang dialami ibu hamil dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stillbirth atau bayi lahir mati.

Semakin tinggi intensitas dan durasi suhu ekstrem, semakin besar risikonya. Selain itu, perubahan iklim juga memicu meningkatnya polusi udara yang dapat memperburuk kesehatan ibu selama kehamilan.

Kondisi ini secara langsung berdampak pada kualitas lingkungan dalam rahim dan pertumbuhan janin.

Tidak berhenti pada orang tua, perubahan iklim juga bisa menimbulkan risiko kesehatan pada anak-anak yang akan lahir. Studi menunjukkan bahwa kesehatan ibu dan ayah sebelum kehamilan dimulai sangat menentukan kualitas kesehatan keturunannya.

Paparan polusi, pola makan buruk, hingga kondisi lingkungan yang semakin tertekan akibat perubahan iklim dapat menurunkan angka kesuburan generasi berikutnya.

Situasi ini akan memperlebar kesenjangan, terutama pada populasi yang rentan di negara dengan sumber daya terbatas.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah yang terjadi saat ini, melainkan akan berdampak untuk generasi mendatang.

Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan reproduksi nyata adanya dan sangat kompleks, mulai dari penurunan kualitas sel reproduksi, meningkatnya risiko komplikasi kehamilan, hingga ancaman pada generasi mendatang.

Penelitian dalam jurnal Women & Health menegaskan bahwa isu ini perlu menjadi perhatian serius, bukan hanya untuk individu, tetapi juga bagi pemerintah dan pembuat kebijakan agar tercipta generasi mendatang yang sehat dan berkualitas.