Hari Preeklamsia Sedunia, Kenali Preeklamsia Demi Kehamilan Sehat!

- Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urin setelah usia kehamilan 20 minggu.
- Faktor risiko preeklamsia termasuk usia ibu, riwayat preeklamsia dalam keluarga, kondisi kesehatan seperti hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas sebelum kehamilan.
- Pencegahan melibatkan gaya hidup sehat sebelum dan selama kehamilan, pemeriksaan kehamilan secara teratur, penanganan medis jika terdeteksi preeklamsia untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi.
Setiap tanggal 22 Mei, dunia memperingati Hari Preeklamsia Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan komplikasi kehamilan yang serius ini.
Preeklamsia, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin setelah usia kehamilan 20 minggu, dapat membahayakan nyawa mama dan janin jika tidak ditangani dengan tepat, lho.
Bagi pasangan yang sedang merencanakan kehamilan, memahami risiko preeklamsia sangat penting. Faktor-faktor seperti usia mama, riwayat hipertensi, obesitas, dan kehamilan pertama dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini.
Dengan pengetahuan yang tepat, calon orang tua dapat mengambil langkah preventif untuk menjaga kesehatan selama kehamilan.
Peringatan Hari Preeklamsia Sedunia menjadi momentum untuk menyebarkan informasi dan edukasi mengenai pentingnya deteksi dini dan penanganan preeklamsia. Melalui pemeriksaan kehamilan rutin dan gaya hidup sehat, risiko komplikasi dapat diminimalkan, memastikan keselamatan mama dan bayi.
Berikut ini, Popmama.com akan membahas tentang Hari Preeklamsia Sedunia, kenali preeklamsia demi kehamilan sehat. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini, Ma!
Apa Itu Preeklamsia?

Dilansir dari MayoClinic, preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan. Pada preeklamsia, mama mungkin mengalami tekanan darah tinggi, kadar protein tinggi dalam urin yang mengindikasikan kerusakan ginjal (proteinuria), atau tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Preeklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan pada perempuan yang tekanan darahnya sebelumnya berada dalam kisaran standar.
Jika tidak ditangani, preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia, yang dapat menyebabkan kejang, kerusakan organ, bahkan kematian.
Oleh karena itu, deteksi dini melalui pemeriksaan kehamilan rutin sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Faktor Risiko Preeklamsia, Siapa yang Perlu Waspada?

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko preeklamsia, termasuk usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun, riwayat preeklamsia dalam keluarga, kehamilan pertama, dan kehamilan kembar.
Selain itu, kondisi kesehatan seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas sebelum kehamilan juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko. Mengidentifikasi faktor-faktor ini memungkinkan calon ibu untuk mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa preeklamsia berdampak pada sekitar 2 hingga 8 persen kehamilan secara global. Setiap tahunnya, kondisi ini menyebabkan kematian sekitar 46 ribu ibu hamil dan 500 ribu bayi yang baru lahir.
Di Indonesia, angka kematian ibu juga masih menjadi persoalan serius. Berdasarkan Survei Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2015, tercatat 305 kematian ibu hamil dari setiap 100 ribu kelahiran hidup.
Pencegahan dan Penanganan Preeklamsia

Pencegahan preeklamsia melibatkan gaya hidup sehat sebelum dan selama kehamilan, termasuk menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur juga penting untuk memantau tekanan darah dan kesehatan mama serta janin.
Jika preeklamsia terdeteksi, penanganan medis segera diperlukan. Dokter mungkin merekomendasikan istirahat, pengobatan untuk menurunkan tekanan darah, atau dalam kasus yang parah, persalinan lebih awal untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi.
Itu dia, sekilas tentang Hari Preeklamsia Sedunia, kenali preeklamsia demi kehamilan sehat.
Dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat, risiko preeklamsia dapat diminimalkan, memastikan kehamilan yang sehat dan aman bagi mama dan bayi.