- Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
ACTH berfungsi untuk memicu kelenjar adrenal dalam melepaskan hormon yang disebut kortisol. Hormon kortisol sendiri berguna untuk mengatur metabolisme tubuh dan tekanan darah. - Thyroid stimulating hormone (TSH)
TSH akan merangsang kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid, yaitu hormon yang mengatur metabolisme tubuh, serta berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. - Luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
LH dan FSH berfungsi untuk mengatur organ kelamin laki-laki dan perempuan agar berfungsi secara normal. - Oxytocin
Oxytocin atau hormon oksitosin berfungsi merangsang kontraksi rahim pada saat persalinan dan merangsang produksi - Growth hormone (GH)
Growth hormone atau hormon pertumbuhan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan, termasuk tulang dan jaringan tubuh. - Antidiuretic hormone (ADH)
Hormon antidiuretik atau ADH berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah dan keluarnya cairan tubuh ke ginjal. - Prolactin
Prolactin atau hormon prolaktin berfungsi merangsang pertumbuhan payudara dan produksi ASI.
Mengenal Apa itu Hipopituitarisme, Gejala dan Cara Mengatasinya

Mama, pernahkah merasa tubuh mudah lelah, sering pusing, kulit kering, atau mengalami perubahan pada siklus menstruasi tanpa sebab yang jelas?
Terkadang, keluhan seperti ini dianggap hal biasa, padahal bisa jadi ada masalah pada keseimbangan hormon dalam tubuh.
Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan berbagai gejala tersebut adalah hipopituitarisme, gangguan yang sering kali tidak disadari namun dapat berdampak besar pada kesehatan.
Penting bagi Mama untuk mengenali kondisi ini lebih dalam agar bisa memahami cara mengatasinya dengan tepat.
Lantas, apa itu hipopituitarisme dan cara mengatasinya? Berikut Popmama.com akan sampaikan mengenai hal tersebut lebih detail agar Mama dan Papa lebih hati-hati menjaga kesehatan ya!
Apa Itu Hipopituitarisme?

Melansir dari Mayo Clinic, hipopituitarisme merupakan kondisi yang terjadi akibat kurangnya produksi hormon dari kelenjar hipofisis atau pituitari.
Ketidakseimbangan hormon ini bisa berdampak pada berbagai aspek kesehatan, mulai dari penurunan berat badan hingga gangguan kesuburan yang dapat menyebabkan kemandulan.
Kelenjar pituitari sendiri berukuran kecil, hanya sebesar kacang polong, dan terletak di bagian bawah otak. Meskipun ukurannya kecil, perannya sangat besar dalam tubuh karena bertugas menghasilkan hormon-hormon penting yang mengatur berbagai fungsi organ, seperti pertumbuhan, metabolisme, tekanan darah, hingga sistem reproduksi.
Ketika kelenjar ini tidak berfungsi dengan baik, tubuh pun bisa mengalami berbagai masalah kesehatan yang perlu segera ditangani.
Beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari adalah:
Jika Mama mengalami kekurangan satu atau lebih hormon tersebut, maka fungsi tubuh yang dikendalikan oleh hormon tersebut akan mengalami gangguan. Misalnya, jika tubuh kekurangan GH, maka pertumbuhan tulang bisa terhambat.
Penyebab Hipopituitarisme

Melansir dari Mayo Clinic, hipopituitarisme terjadi ketika tubuh tidak memproduksi cukup satu atau lebih hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari.
Kondisi ini dikenal sebagai defisiensi hormon, yang dapat berdampak besar pada berbagai fungsi tubuh. Hormon-hormon ini berperan dalam banyak aspek kesehatan, seperti pertumbuhan, tekanan darah, metabolisme, hingga kemampuan untuk memiliki anak.
Karena itulah, kekurangan hormon pituitari bisa menyebabkan gangguan yang beragam, tergantung pada jenis hormon yang tidak diproduksi dengan cukup oleh tubuh.
Setiap individu dengan hipopituitarisme mungkin mengalami gejala yang berbeda, bergantung pada hormon yang terpengaruh.
Selain disebabkan oleh tumor, hipopituitarisme juga dapat disebabkan oleh cedera pada kelenjar tersebut, misalnya karena komplikasi operasi daerah otak.
Ada beberapa penyebab lain hipopituitarisme selain tumor dan cedera, yaitu:
- Infeksi sekitar otak, seperti meningitis atau malaria otak
- Peradangan kelenjar pituitari, misalnya akibat granulomatous hypophysitis dan sarkoidosis
- Perdarahan subarachnoid
- Diabetes
- Limfoma
- Stroke
- Sindrom Sheehan atau hipopituitarisme pascamelahirkan
- Hemokromatosis
Mama, hipopituitarisme juga dapat terjadi akibat efek samping kemoterapi atau radioterapi ke daerah kepala. Pada beberapa kasus, hipopituitarisme tidak diketahui penyebab pastinya (idiopatik).
Hipopituitarisme idiopatik diduga muncul akibat kelainan pada sistem saraf pusat selama perkembangan janin di dalam kandungan.
Gejala Hipopituitarisme

Mama, gejala hipopituitarisme biasanya berkembang secara perlahan dan semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Dalam banyak kasus, gejala ini mungkin tidak langsung terlihat dan baru muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Namun, pada beberapa orang, tanda-tanda hipopituitarisme bisa muncul secara tiba-tiba. Setiap orang dapat mengalami gejala yang berbeda, tergantung pada jenis hormon yang mengalami defisiensi dan seberapa rendah kadar hormon tersebut dalam tubuh.
Dalam beberapa situasi, lebih dari satu hormon bisa mengalami penurunan, yang dapat memperparah gejala dari defisiensi hormon lainnya. Ada juga kemungkinan bahwa gejala tertentu tidak langsung terlihat karena tertutupi oleh kondisi lain dalam tubuh.
Kapan Harus ke Dokter?

Jika Mama mengalami gejala hipopituitarisme, segera konsultasikan dengan dokter agar bisa mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sejak dini.
Selain itu, jangan ragu untuk segera pergi ke IGD jika mengalami keluhan seperti sakit kepala hebat, pandangan berkunang-kunang, kebingungan, atau gangguan penglihatan.
Keluhan-keluhan tersebut bukan bagian dari gejala hipopituitarisme, melainkan bisa menjadi tanda kondisi serius pada kelenjar pituitari yang dikenal sebagai pituitary apoplexy.
Kondisi ini terjadi akibat perdarahan atau gangguan suplai darah ke kelenjar pituitari, yang memerlukan penanganan medis segera agar tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
Pengobatan Hipopituitarisme

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipopituitarisme. Salah satu metode utama adalah melalui pemberian obat oleh dokter.
Obat-obatan ini berperan sebagai pengganti hormon yang tidak dapat diproduksi dengan optimal oleh kelenjar pituitari, sehingga membantu menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk terapi pengganti hormon pituitari yaitu:
- Levothyroxine, untuk mengganti hormon tiroid yang kurang akibat kurangnya produksi hormon TSH
- Somatropin, untuk mengganti hormon pertumbuhan (GH)
- Hormon seksual, seperti testosteron dan estrogen, untuk mengganti hormon reproduksi yang kurang akibat kurangnya FSH dan LH
- Kortikosteroid, untuk mengganti hormon yang kurang akibat kurangnya hormon ACTH
Mama, selama menjalani terapi, Mama perlu rutin memeriksakan diri ke dokter untuk memantau kadar hormon dalam tubuh. Jika diperlukan, dokter dapat menyesuaikan dosis obat agar pengobatan lebih efektif.
Apabila pengobatan dengan obat tidak cukup untuk mengatasi hipopituitarisme, prosedur lain seperti operasi atau radioterapi mungkin diperlukan, terutama jika kondisi ini disebabkan oleh adanya tumor.
Pengobatan hipopituitarisme umumnya bersifat jangka panjang, bahkan seumur hidup. Namun, dengan konsumsi obat yang teratur sesuai anjuran dokter, gejala dapat dikendalikan dengan baik, sehingga Mama tetap bisa menjalani kehidupan yang normal dan sehat.
Nah, itu dia beberapa informasi mengenai apa itu hipopituitarisme, Gejala dan cara mengatasinya penting untuk selalu memperhatikan kondisi tubuh dan tidak mengabaikan gejala yang muncul.
Jika mengalami tanda-tanda yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.



















