“Organ-organ reproduksi perempuan di bawah 16 tahun masih belum siap. Pertumbuhan bayinya tidak optimal karena asupan nutrisi tidak cukup, risiko stunting, dan asuhan yang belum memadai.” Kehamilan di usia muda bukan hanya membahayakan ibu, tetapi juga berdampak langsung pada kualitas hidup anak yang dilahirkan," ujar Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Ketua Umum POG.
Upaya POGI Lindungi Perempuan Indonesia Lewat Kolaborasi SPRIN

- Pernikahan dini menjadi ancaman serius bagi perempuan
- Tingginya angka kematian Mama jadi ancaman kesehatan lainnya
- SPRIN merupakan pendekatan terpadu untuk perlindungan dan edukasi perempuan di Indonesia
Kesehatan perempuan menjadi salah satu isu penting bagi masa depan keluarga dan bangsa. Sayangnya, berbagai risiko seperti pernikahan dini, komplikasi kehamilan, serta ancaman kanker serviks masih mengintai banyak perempuan di Indonesia. Perlindungan dan edukasi yang tepat sangat dibutuhkan agar setiap perempuan dapat tumbuh sehat, bermartabat, dan berdaya.
Lewat hal ini, POGI (Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) mengambil langkah nyata melalui program Selamatkan Perempuan Indonesia (SPRIN). POGI resmi menandatangani MoU bersama mitra strategis pada Rabu, 26/11/2025, sebagai bentuk kolaborasi untuk memperkuat perlindungan, edukasi, dan layanan kesehatan bagi perempuan di seluruh Indonesia.
Popmama.com sudah merangkum upaya POGI lindungi perempuan Indonesia lewat kolaborasi SPRIN. Yuk simak!
1. Pernikahan dini jadi ancaman serius bagi perempuan

POGI menegaskan bahwa pernikahan dini merupakan salah satu faktor risiko terbesar terhadap kesehatan Mama di Indonesia. Remaja yang menikah dan hamil terlalu muda menghadapi beban biologis, mental, dan sosial yang berat. Organ reproduksi yang belum matang sepenuhnya meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti penanaman plasenta tidak optimal, hipertensi, hingga pertumbuhan janin yang terhambat.
Selain faktor biologis, pernikahan dini sering muncul karena tekanan budaya, sosial, dan lingkungan. Walaupun pemerintah telah memperkuat peraturan usia pernikahan, kasus pernikahan di bawah umur masih ditemukan di beberapa daerah. Kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi, akses informasi, dan dukungan keluarga membuat remaja perempuan lebih rentan terhadap komplikasi kehamilan.
POGI menekankan bahwa pencegahan pernikahan dini adalah langkah krusial untuk menurunkan angka kematian Mama. Melibatkan kepala desa, tokoh agama, dan masyarakat luas menjadi strategi penting agar norma sosial yang berisiko ini dapat dikurangi. Meningkatkan literasi dan kesadaran tentang usia pernikahan yang aman adalah bagian dari perlindungan jangka panjang bagi generasi perempuan Indonesia.
2. Tingginya angka kematian Mama jadi ancaman kesehatan lainnya

Indonesia masih menempati posisi ketiga di ASEAN dengan angka kematian ibu (AKI) mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup. Setiap hari rata-rata 22 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Selain itu, kanker serviks tetap menjadi ancaman serius, menewaskan lebih dari 20.000 perempuan setiap tahun, atau satu perempuan setiap 25 menit. Mayoritas kasus kanker serviks baru terdeteksi saat sudah stadium lanjut karena rendahnya kesadaran akan vaksinasi HPV dan skrining rutin.
Selain kanker serviks, keselamatan persalinan dan kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh masih menjadi tantangan utama. Kesenjangan wilayah, akses terbatas ke fasilitas kesehatan, serta variasi mutu layanan memperburuk kondisi ini. SPRIN hadir sebagai jawaban atas permasalahan ini, dengan fokus pada pencegahan risiko, edukasi, dan penyediaan layanan berkualitas di seluruh Indonesia.
3. SPRIN merupakan pendekatan terpadu untuk perlindungan dan edukasi perempuan di Indonesia

Melalui program Selamatkan Perempuan Indonesia (SPRIN), POGI menggabungkan edukasi, layanan kesehatan, dan kampanye publik untuk melindungi perempuan dari risiko pernikahan dini sekaligus ancaman kesehatan lainnya. SPRIN menyasar remaja, perempuan usia reproduktif, ibu hamil, hingga lansia dengan kegiatan kreatif seperti SPRIN Run, SPRIN Padel Championship, SPRIN Kartini Short Movie, dan program berbasis komunitas dan sekolah.
Selain edukasi, SPRIN memperkenalkan SPRIN POGI Certified, standar mutu layanan kesehatan perempuan berbasis ilmu untuk memastikan fasilitas dan tenaga medis memberikan pelayanan aman, konsisten, dan profesional. Dengan kolaborasi lintas sektor yaitu pemerintah, akademisi, BUMN, organisasi masyarakat, dan tokoh agama, SPRIN tidak hanya menekan praktik pernikahan dini, tetapi juga memastikan perempuan di seluruh Indonesia mendapatkan perlindungan kesehatan reproduksi yang menyeluruh, aman, dan bermartabat.
4. Kolaborasi dan layanan berkualitas untuk perempuan sehat dan berdaya

SPRIN memperkenalkan SPRIN POGI Certified, standar mutu layanan kesehatan perempuan berbasis ilmu, untuk memastikan fasilitas dan tenaga medis memberikan pelayanan aman, konsisten, dan bermartabat. Dengan kolaborasi lintas sektor melalui pemerintah, akademisi, BUMN, organisasi masyarakat, dan tokoh agama, SPRIN membangun ekosistem kesehatan reproduksi yang modern dan berkelanjutan.
Kolaborasi ini memungkinkan pesan perlindungan dan kesehatan reproduksi tersampaikan hingga ke tingkat komunitas, sekaligus mencegah praktik pernikahan dini yang masih terjadi di beberapa daerah. Dengan demikian, SPRIN menyiapkan generasi perempuan Indonesia yang sehat, berdaya, dan terlindungi dan memutus rantai risiko kesehatan perempuan yang selama ini membayangi bangsa.
Dengan upaya terpadu melalui program SPRIN, POGI mengingatkan kita bahwa kesehatan perempuan adalah fondasi keluarga dan bangsa. Mencegah pernikahan dini, meningkatkan literasi kesehatan reproduksi, dan memastikan layanan berkualitas bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga membuka kesempatan bagi setiap perempuan Indonesia untuk hidup sehat, bermartabat, dan berdaya. Karena ketika perempuan terlindungi, seluruh keluarga dan generasi penerus pun ikut terselamatkan.


















