“Penelitian ini menunjukkan tidak ada perubahan pada memori, setidaknya dalam hal-hal yang diuji oleh para peneliti,” jelas Robert Froemke, PhD, ahli saraf di New York University’s Langone Medical Center, dikutip dari Healthline.
Kenapa Ibu Hamil Sering Lupa? Ketahui Penyebab dan Faktanya

- Pregnancy brain atau momnesia adalah kondisi di mana ibu hamil mengalami penurunan kemampuan mengingat dan sulit fokus.
- Penyebab ibu hamil sering lupa dipengaruhi oleh perubahan hormon, kurang tidur, stres emosional, dan fokus mental yang terbagi.
- Selama kehamilan, otak ibu mengalami perubahan substansial yang membuatnya lebih peka dalam memahami bahasa tubuh bayi.
Kehamilan memang membuat perempuan mengalami banyak perubahan, termasuk sering lupa. Fenomena ibu hamil yang sering lupa atau dikenal dengan pregnancy brain/momnesia merupakan hal umum terjadi selama masa kehamilan.
Banyak ibu hamil mengalami perubahan kemampuan mengingat dan fokus yang membuatnya lebih mudah lupa terhadap hal-hal sederhana, seperti meletakkan barang, mengingat jadwal, atau menyelesaikan tugas kecil sehari-hari.
Kira kira kenapa ibu hamil sering lupa? Simak penjelasan medisnya telah Popmama.com siapkan.
Apa Itu Momnesia atau Pregnancy Brain?

Pregnancy brain atau momnesia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana ibu hamil mengalami penurunan kemampuan mengingat, sulit fokus, atau menjadi lebih pelupa dari biasanya.
Kondisi ini biasanya mulai dirasakan pada trimester kedua hingga ketiga kehamilan, dan bisa berlangsung hingga beberapa bulan setelah melahirkan.
Penyebab Ibu Hamil Sering Lupa

Secara ilmiah, pregnancy brain dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis dan psikologis. Perubahan hormon, terutama peningkatan kadar estrogen dan progesteron, berperan besar dalam memengaruhi fungsi otak, termasuk area yang mengatur memori dan konsentrasi.
Selain itu, kurang tidur, stres emosional, serta fokus mental yang terbagi antara kebutuhan diri dan persiapan menyambut bayi juga berkontribusi terhadap munculnya gejala pelupa ini.
Meskipun bisa terasa mengganggu, momnesia bukan tanda gangguan serius. Sebaliknya, banyak penelitian menunjukkan bahwa otak ibu hamil sebenarnya sedang beradaptasi untuk mempersiapkan peran barunya sebagai orangtua.
Kondisi Otak Mama selama Kehamilan

Perubahan selama kehamilan tak hanya terlihat secara fisik saja ya, Ma. Penelitian yang diterbitkan Nature Neuroscience menemukan adanya perubahan substansial yang terjadi di otak Mama selama kehamilan.
Studi juga menemukan bahwa selama masa kehamilan, terjadi pengurangan materi abu-abu di otak, yaitu jaringan saraf yang berperan penting dalam berbagai aspek perilaku manusia, termasuk kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Bagian otak yang paling banyak mengalami perubahan ini terletak pada lobus frontal dan temporal. Menariknya, pada ibu yang baru melahirkan, berkurangnya materi abu-abu ini justru terjadi di area otak yang berhubungan dengan kemampuan memahami perasaan, keyakinan, serta sinyal nonverbal dari orang lain.
Sekilas, kondisi ini mungkin terdengar mengkhawatirkan. Namun tenang saja Ma, karena para peneliti juga menemukan sisi positif di baliknya. Ibu yang mengalami pengurangan materi abu-abu di area tertentu justru menunjukkan ikatan emosional yang lebih kuat dengan bayinya.
Artinya, meski volume otak tampak ‘menyusut’, fungsinya justru menjadi lebih optimal. Hal ini terjadi karena otak ibu baru sedang beradaptasi agar lebih peka dalam menafsirkan bahasa tubuh bayi, seperti tangisan, ekspresi wajah, hingga rengekan kecil.
Perubahan ini juga membuat ibu hamil lebih sigap dalam mengenali ancaman, sehingga bisa melindungi diri dan si Kecil dengan lebih cepat.
Tak hanya itu, adaptasi otak ini turut memperkuat kemampuan Mama untuk membangun ikatan emosional yang lebih dalam dengan dengan bayinya, sekaligus menghadirkan perasaan bahagia dan keterhubungan yang erat.
Memori di Otak Tidak akan Hilang

Selama masa kehamilan, tubuh Mama memang mengalami banyak perubahan, dan sebagian besar akan kembali seperti semula setelah proses persalinan.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pada otak justru dapat bertahan lebih lama, bahkan hingga dua tahun setelah melahirkan. Meski begitu, perubahan yang terjadi tidak akan membuat memori pada otak menghilang.
Dalam keseharian, menjadi orangtua baru memang sering membuat Mama tampak lebih pelupa, misalnya lupa membeli popok atau keperluan bayi lainnya.
Namun, kondisi ini bukan disebabkan oleh perubahan pada otak, melainkan karena stres dan tekanan yang muncul dari pengalaman baru menjadi orangtua. Termasuk hal wajar jika Mama melupakan banyak hal karena fokus terbagi untuk mengurus buah hati.
“Mengasuh anak adalah salah satu rangkaian peristiwa dan perilaku paling kompleks dan penuh tekanan yang kita alami di hidup kita. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sejumlah perubahan terjadi pada otak kita saat kita menjadi orangtua,” tutur Robert.
“Merawat orang lain, terutama bayi, merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan banyak atau bahkan seluruh perhatian kita,” tambahnya.
Intinya adalah perubahan otak selama kehamilan dan setelah melahirkan tidak memberikan dampak negatif. Justru, otak yang tampak ‘menyusut’ ini sebenarnya sedang beradaptasi agar Mama bisa lebih peka, tanggap, dan penuh kasih terhadap bayi.
Semoga informasinya membantu, ya, Ma.


















