6 Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat, Membahayakan Ibu dan Bayi

Jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa memberikan dampak buruk pada ibu hamil dan calon bayi

14 Desember 2022

6 Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat, Membahayakan Ibu Bayi
Freepik/senivpetro

Viral sebuah video di TikTok yang menceritakan kisah seorang ibu meninggal dunia setelah melahirkan anak ke-10. Di usia 33 tahun, Nur Zaihan Abdul Halim menghembuskan napas terakhir akibat komplikasi.

Dia mengalami pendarahan usai melewati proses persalinan. Beruntung, anak ke-10 yang dikandung selama 32 minggu bisa diselamatkan. Jika dilihat dari video yang viral, jarak usia anaknya begitu berdekatan.

Hal ini pun membuat banyak orang mempertanyakan, apa saja risiko jarak kehamilan yang terlalu dekat?

@umieiela2

Wanita yg hebat.Al fatihah untuk arwah, semoga ditempatkan bersama org2 yg beriman.. amin.. #fypage#pageforyou#masukberanda#fyppppppp#tiktokfly#berandatiktok#fyppppppppppppppp

♬ original sound - @hakakiela - @hakakiela

Sebelum berencana mempunyai momongan, Mama perlu menimbang-nimbang risiko kesehatan jarak kehamilan kurang setahun dari persalinan sebelumnya.

Melansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com siap mengulas risiko jarak kehamilan terlalu dekat.

1. Kesehatan fisik dan mental ibu belum sepenuhnya pulih

1. Kesehatan fisik mental ibu belum sepenuh pulih
Freepik/freepik

Jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan ibu hamil dan calon bayi. Salah satunya adalah kondisi fisik dan mental belum sepenuhnya pulih.

Setelah melahirkan, fisik dan mental seorang ibu memerlukan pemulihan hingga dirinya siap untuk mengandung lagi. Jika memilih hamil dalam waktu dekat dari waktu persalinan sebelumnya, kondisi ibu hamil cenderung belum prima.

Apalagi, ia masih harus melewati fase menyusui, merawat bayi, dan terkadang bekas jahitan melahirkan bisa menimbulkan rasa nyeri.

2. Lebih sering mengalami kontraksi palsu

2. Lebih sering mengalami kontraksi palsu
Freepik/partystock

Ibu hamil akan lebih sering mengalami kontraksi palsu ketika masih aktif menyusui si Kecil. Sebab, di fase mengASIhi, Mama akan lebih sering melepaskan hormon oksitosin.

Pelepasan hormon oksitosin dalam tubuh menyebabkan timbulnya kontraksi palsu ketika hamil, sehingga perut terasa lebih sering kencang. Selain itu, kehamilan juga dapat membuat produksi ASI semakin seret.

Editors' Pick

3. Kehamilan terlalu dekat berisiko meningkatkan bayi lahir prematur

3. Kehamilan terlalu dekat berisiko meningkatkan bayi lahir prematur
Freepik/freepik

Tahukah Mama? Jarak kehamilan kurang dari setahun dari waktu persalinan sebelumnya dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi prematur sebanyak 8,5 persen lebih tinggi dibanding ibu dengan jarak kehamilan ideal.

Risiko kelahiran prematur bisa naik menjadi 40 persen apabila jarak kehamilan kurang dari enam bulan. Oleh karena itu, ada baiknya Mama mengetahui jarak yang tepat sebelum memutuskan kembali mempunyai anak.

4. Meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil

4. Meningkatkan risiko anemia ibu hamil
Freepik/rawpixel.com

Melansir dari Women’s Health, jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menigkatkan risiko terkena anemia saat hamil.

Hal ini dikarenakan Mama masih berada di fase menyusui dan cadangan nutrisi belum sepenuhnya kembali optimal usai melewati persalinan.

5. Bayi yang dilahirkan berisiko punya berat badan rendah

5. Bayi dilahirkan berisiko pu berat badan rendah
Freepik/Jcomp

Hasil studi mengungkapkan bahwa ibu yang kembali hamil dengan jarak kurang dari 1,5 tahun sejak persalinan sebelumnya, punya risiko 61 persen lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan rendah.

Hal itu membuat beberapa ahli mengajurkan para ibu untuk hamil lagi dengan selang minimal 1,5 tahun dari waktu persalinan sebelumnya.

6. Bayi berisiko terkena kelainan bawaan

6. Bayi berisiko terkena kelainan bawaan
Freepik/onlyyouqj

Mengutip dari Mayo Clinic, ibu yang hamil dengan jarak kurang dari setahun dari persalinan sebelumnya berisiko melahirkan bayi autis.

Tak hanya itu, bayi juga bisa terkena kelainan bawaan, seperti gangguan paru-paru, kebutaan, hingga tumbuh kembang terlambat.

Jarak kehamilan yang baik dan ideal

Jarak kehamilan baik ideal
Freepik/prostooleh

Mengingat jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat meningkatkan banyak risiko tak diinginkan, maka sebaiknya para orangtua mempertimbakan untuk melakukan program KB, baik dengan kondom, pil, KB suntik, implant, atau alat kontrasepsi lainnya.

Ada beberapa versi jarak kehamilan yang dinilai ideal. Namun, ibu tanpa masalah kesehatan diperbolehkan hamil lagi antara 1,5 tahun sampai 5 tahun dari waktu persalinan sebelumnya.

Berdasarkan pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jarak kehamilan yang baik yakni antara 18 bulan sampai 24 bulan dari persalinan sebelumnya.

Di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional mengatakan jarak kehamilan yang baik idealnya tiga tahun dari waktu melahirkan sebelumnya.

Namun, jarak ideal tersebut tidak berlaku bagi ibu yang berencana hamil lagi di usia lebih dari 35 tahun. Untuk ibu berusia 35 tahun ke atas, jaraknya dapat dipersingkat minimal setahun dari kelahiran sebelumnya.

Bagi ibu yang pernah mengalami keguguran, jarak ideal hamil bisa menyesuaikan dengan kesiapan fisik dan mental. Jika mengalami kondisi tertentu, jangan ragu untuk mengonsultasikan ke dokter kandungan yang biasa menangani.

Itu dia ulasan terkait risiko jarak kehamilan terlalu dekat serta jarak kehamilan yang baik dan ideal. Semoga informasinya membantu, ya, Ma!

Baca juga: 

The Latest