TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Si Bayi Gumoh atau Muntah? Ini Bedanya, Ma

Sekilas tampak sama, tetapi gumoh dan muntah ternyata beda

healthline.com

Bayi memang suka sekali menyusu. Kadang ia tidak sekadar menyusu, tetapi juga mencari kenyamanan dalam dekapan Mama. Namun, kenapa ya selesai menyusu, ia justru mengeluarkan kembali ASI melalui mulutnya?

Melihat hal itu, Mama mana yang tidak panik. Apalagi, jika ini kali pertama Mama menyusui bayi. Ada yang bilang itu gumoh, wajar saja terjadi. Sementara, Mama berpikiran kalau gumoh kenapa banyak sekali keluarnya, jangan-jangan ia muntah?

Nah, supaya Mama tidak bingung, kali ini Popmama.com akan mengulas perbedaan gumoh dan muntah. Ayo, simak bersama-sama!

1. Gumoh

Freepik/phduet

Apa sih sebenarnya gumoh itu?

Gumoh normal dialami sebagian besar bayi pada tiga bulan pertama usianya. Kebanyakan gumoh akan berhenti sendiri begitu bayi menginjak usia 1 tahun.

Gumoh terjadi karena beberapa hal, Ma. Ini di antaranya:

  • Belum sempurnanya fungsi katup yang membatasi esofagus dan lambung, sehingga volume ASI berlebih yang sudah diminum bayi bisa kembali ke atas karena katup tersebut belum menutup sempurna.
  • Ukuran lambung bayi kecil, sehingga ASI yang sudah masuk bisa keluar lagi dan sering disebut juga gastroesoafageal reflux.
  • Bayi menelan terlalu banyak udara saat menyusu, biasanya karena menangis atau minum terlalu cepat. Akibatnya, ketika bersendawa ia gumoh.

Menurut catatan Ikatan Dokter Anak Indonesia, sekitar 25 persen bayi Indonesia mengalami gumoh lebih dari 4 kali pada bulan pertama. Sekitar 50 persen, bayi juga gumoh 1-4 kali hingga usianya 3 bulan.

Kondisi gumoh disebut normal jika:

  • Terjadi usai menyusu,
  • berlangsung dalam waktu kurang dari 3 menit,
  • tidak diikuti oleh gejala-gejala lain,
  • volume susu yang dikeluarkan saat bayi gumoh bisa berbeda, tetapi rata-rata 1-2 sendok makan atau sekitar 10 ml.

Umumnya, bayi justru terlihat lebih nyaman usai gumoh. Ia juga tampak aktif dan pertumbuhannya baik. Mama tidak usah khawatir soal frekuensi gumoh si Kecil selama ia juga mengalami kenaikan berat badan setiap bulan dan tidak ada gangguan pernapasan.

2. Muntah

Freepik/Studiomay

Setelah Mama mengenali ciri-ciri gumoh,  tentu tampak jelas bedanya dengan muntah kan? Cairan yang keluar dari mulut bayi bisa disebut muntah jika:

  • Volume cairan tersebut lebih dari 10 ml,
  • bayi menyemburkan cairan itu dari perut, tanda otot dinding perutnya berkontraksi,
  • cairan bisa keluar melalui hidung.

Perlu Mama catat, muntah biasanya baru dialami bayi ketika usia 2 bulan. Muntah juga jadi tanda ada gangguan pencernaan atau kesehatan lainnya. Maka, cara penanganan muntah jelas berbeda dengan gumoh.

Mama pun harus terus memantau bagaimana frekuensi dan kondisi bayi selama ia muntah berulang. Waspadai jika muntah bayi terlihat seperti di bawah ini:

  • Cairan yang dimuntahkan berwarna kehijauan,
  • bayi rewel dan terlihat kesakitan,
  • bayi demam hingga 39° Celcius,
  • perut bayi tampak membengkak,
  • frekuensi muntah meningkat dan berlangsung dalam waktu lama, serta tidak ada tanda-tanda membaik,
  • ada bercak darah pada muntahannya.

Jangan tunda lagi, Ma, langsung saja ke dokter. Sebagai pertolongan pertama, Mama tetap bisa terus memberinya ASI agar tubuh bayi tetap terhidrasi dengan baik.

3. Supaya bayi tidak gumoh

Freepik/Yanalya

Lalu, apa saja yang bisa Mama lakukan guna mencegah bayi mengalami gumoh? Ini yang bisa Mama lakukan.

  • Usai menyusui, Mama posisikan bayi dalam posisi tegak selama sekitar 30 menit. Jangan langsung menidurkan bayi di ayunan atau bermain dengannya.
  • Susui dalam jumlah sedikit tetapi sering.
  • Buat bayi bersendawa guna menghilangkan udara dalam lambungnya.
  • Biarkan bayi tidur telentang untuk mencegah gumoh dan risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS).

Itu dia perbedaan gumoh dan muntah. Sudah lebih jelas ya, Ma? Jadi, tetap tenang dan jangan panik saat melihat si Kecil gumoh. Selamat menyusui si Kecil!

Baca juga: 

The Latest