TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Bayi Suka Menggoyangkan Kepala? Waspada 5 Penyakit Ini

Meski perilaku ini wajar, tapi Mama harus tahu kapan perilaku ini harus diperhatikan lebih lanjut

Pexels/Dobromir Dobrev

Apakah Mama sering mendapati bayi menggoyangkan atau menggelengkan kepalanya? Secara umum, perilaku ini adalah bagian dari tonggak perkembangan bayi yang normal di usia sekitar empat bulan. Bayi sering menggoyangkan kepalanya sebagai bagian dari eksplorasi terhadap kemampuan baru yang dimilikinya. 

Meski perilaku menggoyangkan atau menggelengkan kepala adalah hal yang wajar, tetapi jika Mama mendapati bayi sering melakukannya berulang-ulang dan tampak ada yang hal yang janggal, bisa jadi ini merupakan sebuah pertanda masalah serius. 

Berikut ini Popmama.com merangkum lima penyakit penyebab bayi sering menggoyangkan kepalanya, dilansir dari Medical News Today:

1. Sakit atau infeksi telinga

Pexels/Anna Shvets

Sebagian bayi menggoyangkan kepalanya untuk menenangkan diri jika kesakitan. Salah satu penyebabnya adalah sakit pada telinga akibat infeksi. Apabila bayi mengalami sakit pada telinga, ia akan menggoyangkan kepalanya disertai dengan demam dan berulangkali memegang telinganya. 

Dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi telinga yang diderita bayi agar lekas pulih.

2. Epilepsi

Pexels/Anna Svhets

Penderita epilepsi mengalami sentakan mioklonik. Ini adalah kejang yang terjadi sangat singkat yang menyebabkan kontraksi tiba-tiba pada otot. Meskipun sentakan ini memengaruhi berbagai bagian tubuh, sentakan mioklonik dapat menyebabkan bayi memutar kepala atau lehernya.

Orangtua mungkin tidak mengenali sentakan ini sebagai kejang. Terjadinya sangat tiba-tiba dan bisa sangat kuat, sentakan mioklonik secara sekilas tampak seperti gerakan menggoyang-goyangkan kepala.

3. Autisme dan masalah perkembangan

Pexels/River

Penderita autisme menggerakkan anggota tubuhnya untuk menenangkan atau merangsang diri sendiri. Mereka mungkin akan mengangguk atau menggelengkan kepalanya. Biasanya dalam gerakan berirama. 

Ada kemungkinan bayi yang sering menggoyangkan kepalanya menderita autisme jika diiringi dengan gejala antara lain: 

  • Tidak memenuhi tonggak perkembangan sesuai usianya,
  • pernah memiliki kemampuan keterampilan, kemudian kehilangan kemampuan tersebut,
  • tidak melakukan kontak mata atau menanggapi orangtua atau pengasuhnya.

4. Kelainan saraf

Pexels/pixabay

Menggoyangkan kepala mungkin menandakan masalah neurologis. Terutama jika bayi tampak tidak dapat mengendalikannya atau memiliki gerakan dan perilaku lain yang tidak biasa. 

Salah satu masalah kelainan saraf adalah rhombencephalosynapsis yang menyebabkan perbedaan dalam pembentukan otak kecil. Sebuah studi di tahun 2013 menemukan bahwa 50 dari 59 anak dengan kondisi ini meggoyangkan kepala terus-menerus selama bertahun-tahun sebelum dokter mendiagnosis mereka secara resmi.

Bayi dengan gangguan saraf mungkin tidak memenuhi tonggak perkembangan. Mereka juga mungkin mengalami masalah bicara, gerakan, dan perilaku khas di usianya. 

5. Serangan gemetar

Pixabay/esudroff

Dalam kasus yang langka, bayi dan anak kecil termasuk jarang mengalami apa yang disebut serangan gemetar, yang tampaknya terjadi secara spontan. Saat tubuh bayi mungkin bergetar atau menggigil, gerakan berulang ini mungkin meluas ke kepala mereka.

Hingga kini, para ahli tidak tahu apa yang menyebabkan serangan ini. Tetapi pada umumnya kondisi ini tidak berbahaya. Namun, dokter terlebih dahulu akan memeriksa jika adanya masalah lain yang mungkin saja terjadi, seperti kondisi neurologis atau cedera kepala.

Itulah penyakit penyebab bayi sering menggoyangkan kepala. Apabila bayi mama terlihat sering menggoyangkan kepalanya, tak ada salahnya memeriksakannya ke dokter untuk perilaku yang mengkhawatirkan atau tidak biasa pada bayi. Intervensi dini dapat membantu menangani masalah perkembangan atau neurologis yang parah.

Apabila ditemukan adanya masalah, perawatan dan pengobatan sejak dini untuk infeksi telinga dan kondisi umum lainnya dapat mencegah kondisi ini agar tidak semakin memburuk. 

Baca juga:

The Latest