TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Anak Berperilaku Buruk Hanya pada Mama? Ini 7 Hal yang Perlu Mama Tahu

Anak yang berperilaku buruk pada seorang anggota keluarga cenderung merasa rendah diri, lho

Freepik/gpointstudio

Apakah anak mama terlihat baik di depan orang lain, tapi ternyata bersikap buruk di rumah? Ia berani berkata kasar pada Mama, mengintimidasi Papa, atau memukul Adik di rumah. Padahal ia tampak sopan di depan orang lain.

Fenomena seperti itu disebut dengan “masalah perilaku” atau “behavior problem” dalam bahasa Inggris.

Perilaku seperti ini memang belum parah sampai menjadi sebuah gangguan kejiwaan atau disorder, tapi tidak bisa dibiarkan juga, Ma. Kalau dibiarkan, perilaku buruknya akan semakin menjadi-jadi.

Ia juga tidak akan berhenti dengan sendirinya, jadi Mama dan Papa perlu bertindak menghentikannya sebagai orangtua.

Sama sekali tidak berbicara pada Mama bahkan ketika diajak bicara, berkata kasar pada Mama, dan membentak Mama itu sudah termasuk perilaku buruk lho, Ma.

Untuk menghentikannya, tentu Mama dan Papa harus tahu dulu apa alasan, tujuan, dan bagaimana cara menghadapinya.

Karena itu, di bawah ini Popmama.com akan membahas 7 hal yang perlu Mama ketahui tentang masalah perilaku pada anak dilansir dari laman empoweringparents.com. Simak dan praktikkan yuk, Ma.

1. Masalah perilaku pada anak cenderung ditargetkan

momjunction.com

Masalah perilaku pada sebagian besar anak tidak ditujukan ke semua orang, melainkan ditargetkan. Bisa ke Mama, Papa, Kakak, atau Adik. Bagaimana bisa begitu ya, Ma?

Hampir sejak lahir, anak mengenali dan berurusan dengan orang lain dengan cara yang berbeda.

Responsnya terhadap Mama akan berbeda dengan responsnya ke pengasuh. Begitu pula terhadap orang lain.

Mereka mengenali perbedaan pada orang-orang dewasa. Biasanya ia membedakannya ke dalam dua kategori.

Siapa yang punya kekuatan dan siapa yang tidak, siapa yang akan berkompromi dengan perilaku buruknya dan siapa yang tidak, siapa yang mudah dimanipulasi dan siapa yang tidak, dan sebagainya.

Kalau anak sudah menargetkan seseorang untuk ia perlakukan dengan buruk, itu berarti ia telah mempelajari orang tersebut dan menganggap bahwa ia bisa merasa kuat dengan mengorbankan orang itu Ma.

2. Dinamika masalah perilaku pada anak

Freepik/our-team

Seperti halnya Mama punya bos yang sangat Mama tidak sukai. Lalu, Mama membayangkan untuk melabrak, memaki, atau apa pun itu ke bos mama dan merasa hebat karenanya.

Tentu perasaan hebat itu hanya akan bertahan sebentar sebelum menerima risikonya. Tapi begitulah yang dirasakan anak juga ketika berperilaku buruk pada orang tertentu, Ma.

Ia akan merasa puas setelah melakukannya. Untuk membuatnya merasa lebih baik lagi, ia melakukannya setiap hari.

Contohnya, anak tidak mau menerima keberadaan papa tiri di rumah, lalu ia berperilaku sinis pada papa tirinya. Setelah ditegur, ia sama sekali tidak mau berbicara dengan papa tirinya selama beberapa tahun.

Apa yang ia dapat? Kelihatannya ia tidak mendapat apa-apa dengan berperilaku seperti itu kan, Ma? Tapi sebenarnya ia bisa mendapat kepuasan karena bisa mengintimidasi papa tirinya.

Seperti itulah dinamika masalah perilaku pada anak, Ma.

3. Alasan anak berperilaku buruk pada orangtua

eightieskids.com

Ketika anak menargetkan orangtua untuk ia perlakuan dengan buruk, kemungkinan besar ia melihat bahwa ada perpecahan pada kedua orangtua dalam caranya menangani anak.

Ia mendapat pesan yang berbeda dari kedua orangtuanya. Orangtuanya tidak bersekutu.

Dengan begitu, ia akan memilih yang lebih lemah dari kedua orangtuanya, menghadapi orangtua yang menantang basis kekuatannya, atau menyerang orangtua yang ia anggap tidak adil.

Apa tujuannya? Agar ia merasa kuat.

Biasanya, anak menargetkan orangtua atau saudara kandungnya karena ia merasa harga dirinya rendah atau tidak percaya diri. Ia takut merasakan hal-hal tertentu atau dihadapkan pada situasi tertentu.

Maka dari itu, ia mencoba mengendalikan orang dengan menargetkan orangtua atau saudara kandungnya menjadi korban.

Sama seperti pelaku pelecehan yang cenderung memiliki masalah mental seperti tidak percaya diri atau harga dirinya rendah. Mereka berusaha mendapat kekuatan dengan mendominasi atau melecehkan orang lain.

Begitu juga dengan anak yang memiliki masalah perilaku bertarget, Ma.

4. Cara mengatasi #1: terapkan konsep “kami”

Pexels/Ketut Subiyanto

Ketika masalah perilaku yang bertarget terjadi di dalam keluarga, Mama dan Papa bisa saja terpecah, fokus berdebat tentang perilaku anak. Itu merupakan reaksi yang alami.

Tapi sebenarnya reaksi seperti itu harus dihindari lho, Ma. Mama dan Papa justru harus bersatu ketika anak berperilaku buruk pada salah seorang anggota keluarga.

Apa pun peran Mama dan Papa, yaitu orangtua, orangtua tiri, ataupun orangtua asuh, Mama dan Papa harus bersatu untuk menghadapinya.

Misal, anak tidak menerima papa tiri dan mengintimidasinya. Sebenarnya, yang ia tolak adalah figur otoritas yang diwakili sang papa tiri.

Untuk menghadapinya, Mama dan Papa harus bersatu dan menentukan sikap bersama. Jangan ada yang menanggung beban sendiri ataupun bertengkar dengan si anak.

Mama dan Papa harus berdiri bersama dan dengan jelas mengatakan, “Kami berdua adalah orangtuamu. Kalau kamu berperilaku nggak sopan ke salah satu dari kami, kami akan meminta pertanggungjawaban yang sama dari kamu.”

5. Cara mengatasi #2: tegaskan bahwa kekerasan dan pelecehan tidak bisa dibenarkan

Freepik/benzoix

Ketika anak melakukan kekerasan pada salah satu anggota keluarga, Mama dan Papa harus mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk pelecehan ataupun kekerasan. Berkata kasar bisa termasuk ke dalam pelecehan lho, Ma.

Bagaimanapun, pelecehan maupun kekerasan adalah perbuatan yang buruk dan salah, tidak ada pembenaran untuk melakukannya.

Katakan secara langsung, jelas, dan tegas, walaupun Mama dan Papa tidak menyaksikan apa yang ia lakukan. Kembalikan tanggung jawab atas perilaku tersebut ke “pelaku”.

Jangan sampai Mama dan Papa justru menyalahkan anak yang lain ataupun saling menyalahkan, ya. Itu hanya akan membuat si “pelaku” merasa berhasil dan puas.

6. Cara mengatasi #3: berikan konsekuensi yang jelas, cepat dan tidak nyaman untuk anak

Freepik/peoplecreations

Mama dan Papa juga harus memberikan konsekuensi yang jelas, cepat, dan tidak nyaman untuk anak yang berperilaku buruk.

Ada alasan mengapa anak hanya bertingkah seperti itu di dalam keluarga, tapi tidak berani pada guru, kepala sekolah, polisi, dan sebagainya. Ia tahu siapa yang punya otoritas dan siapa yang tidak.

Guru, kepala sekolah, dan polisi punya otoritas dan tidak akan terima kalau ia perlakukan dengan buruk. Mereka tidak akan segan memberinya hukuman yang jelas, cepat, dan tidak nyaman kalau ia berperilaku buruk pada mereka.

Maka dari itu, Mama dan Papa pun harus memberikan konsekuensi yang jelas, cepat, dan tidak nyaman pada anak kalau ia berperilaku buruk.

Mama dan Papa perlu mengamati apa yang berbeda dan respons seperti apa yang berhasil dalam menghadapi perilaku buruk anak di luar rumah, lalu menerapkannya di rumah.

7. Cara mengatasi #4: bantu anak mempelajari keterampilan mengelola perasaannya

Freepik/karlyukav

Seperti yang telah dikatakan di atas, anak yang berperilaku buruk pada salah seorang anggota keluarga memiliki rasa rendah diri dan harga diri yang rendah pula.

Oleh karena itu, Mama dan Papa perlu membantunya mengembangkan keterampilan sosial seperti cara memahami dan menghadapi konflik, bernegosiasi, serta berkompromi.

Mama dan Papa juga perlu menetapkan batasan yang jelas dan kuat untuk mengelola perilakunya.

Dengan begitu, ia akan belajar banyak keterampilan mengelola perasaannya seperti rendah diri, tidak berdaya, dan bingung serta tidak menyalahgunakan seseorang atau mengambil sesuatu darinya.

Itulah 7 hal yang perlu Mama ketahui jika anak menargetkan seseorang di dalam keluarga untuk ia perlakukan dengan buruk.

Memang sulit menanganinya, Ma. Mama harus bekerja keras dan akan ada ketidaknyamanan yang timbul di sana-sini. Tapi kalau berhasil teratasi, semua akan merasa lebih bahagia karena tahu bahwa segala sesuatu di dalam keluarga berjalan dengan baik. Semangat, Ma!

Baca juga:

The Latest