TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

6 Alasan untuk Mama Berhenti Memaksa Anak Belajar

Apakah tidak ada cara selain memaksa?

30seconds.com

Sistem pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih sering menuai kritik. Dibandingkan dengan pendidikan di negara lain, Indonesia dinilai terlalu memaksa para siswanya dengan aturan ketat.

Disadari atau tidak, budaya memaksa ini juga diteruskan oleh para orangtua di rumah. Orientasinya adalah hasil berupa nilai, peringkat kelas, dan penghargaan lain. Masih sangat sedikit yang menghargai proses. Lagipula, orangtua mana yang tidak ingin anaknya pintar dan berprestasi?

Sayangnya, rajin belajar selalu dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan dalam dunia pendidikan. Setiap sore hingga malam hari anak-anak dipaksa mengerjakan tugas sekolah, dan masih harus menyempatkan waktu untuk mengulang pelajaran.

Sadarkah Mama jika tindakan memaksa belajar itu memiliki dampak buruk? Ini enam bahaya yang akan dialami si Anak jika sering dipaksa belajar.

1. Cepat lelah

maxpixel.freegreatpicture

Sejak pukul 05.00, anak mama sudah harus bangun dari tidurnya untuk mandi, sarapan, lalu menempuh jarak cukup jauh dari rumah ke sekolah. Ia akan berada di sekolah sekurang-kurangnya 5 jam, dan akan tiba di rumah sekitar pukul 1-2 siang.

Hanya ada waktu beberapa jam saja untuk makan siang, tidur sebentar, lalu pergi bermain. Karena saat hari menjelang gelap, Mama sudah membunyikan alarm untuk segera pulang dan belajar.

Tanpa memiliki waktu bermain, membuat anak cepat lelah dan tidurnya kurang nyenyak.

2. Gampang sakit

mamamia.com

Anak yang mudah lelah berpotensi lebih besar terserang penyakit. Daya tahan tubuhnya melemah karena kurang istirahat dan kondisi mentalnya tidak bahagia.

Penyakit itu gak selalu datang dari virus atau bakteri lho, Ma! Perasaan tidak bahagia juga menyebabkan metabolisme dalam tubuh kurang lancar.

Meski ia mendapatkan waktu tidur yang cukup di malam hari, istirahatnya kurang berkualitas. Ia tetap merasa lelah dan kurang nyaman di pagi harinya. Mama tidak mau kan si Anak jadi gampang sakit?

3. Mudah stres dan depresi

flickr.com/wecometolearn

Usia anak-anak memang sewajarnya banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Terlalu banyak beban materi pelajaran bisa membuatnya stres. Menginginkan anak yang berprestasi jangan sampai melupakan kebahagiaannya.

Stres dan depresi bisa berujung penyakit, lho! Selain itu, perkembangan emosionalnya bisa terganggu. Ia jadi sensitif dan sering menyimpan kemarahan.

4. Hilang semangat

pixabay/loudresnique

Jangan salah, memaksa anak belajar bukannya membuat ia semangat tapi justru sebaliknya. Mungkin dari pengawasan Mama ia terlihat serius membuka buku pelajaran dan membolak-balik halamannya. Tapi itu semua ia lakukan secara terpaksa agar tidak kena omelan.

Suasana belajar yang kurang sehat, kan?

5. Prestasi menurun

padresfacilismo.com

Memaksa anak belajar juga mengakibatkan penurunan prestasi. Terlalu banyak informasi yang harus diserap otak menjadikan proses belajar kurang optimal. Rata-rata sistem belajar di Indonesia menuntut anak menghapal, bukan memahami.

Daripada memaksa si Anak duduk diam di bangkunya lalu membaca buku pelajaran, lebih baik Mama membantunya dengan cara yang menyenangkan.

Buatkan peta materi pelajaran, selipkan gambar-gambar sederhana untuk memudahkan. Mama jangan cuma memaksa, tapi juga ikut belajar sehingga bisa memberikan penjelasan tambahan padanya.

Dilakukan bersama-sama pasti lebih ringan dan mudah, kan?

6. Gangguan komunikasi

flickr/Mith Huang

Anak pintar selama ini digambarkan sebagai siswa yang rajin belajar dan tak banyak bermain. Anggapan salah ini terus saja berkembang dan membudaya.

Justru anak yang kurang bermain dan interaksi sosial, rawan mengalami gangguan komunikasi. Ia terlalu fokus belajar dan kurang memedulikan sekitarnya.

Jadi, Mama pilih yang terbaik buat si Anak ya!

Baca juga: Trik anak mau belajar sendiri dan mandiri. Tak usah memaksa, Ma!

The Latest