TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

8 Cara Efektif Mengatasi Anak yang Suka Berpikiran Negatif

Mengatasi anak yang sering negative thinking bisa jadi tantangan, tetap Mama bisa bantu mereka

Freepik/suthiporn-hanchana

Tak jarang anak memiliki suasana hati yang buruk, lalu berujung pada pikiran negatif atau negative thinking. Ia selalu mengeluh tentang sesuatu atau yang lain dengan wajah tampak cemberut sepanjang waktu dan, menunjukkan berbagai perilaku tidak menyenangkan lainnya.

Mungkin ini menjadi tantangan bagi Mama saat menangani anak. Namun sikap ini bukan berarti tak bisa diatasi. Mengembangkan strategi tertentu dapat membantu anak untuk melihat sisi terang kehidupan dan perlahan menghilangkan sisi negatifnya.

Kali ini, Popmama.com akan membahas beberapa tips yang dapat berguna bagi orangtua sebagai cara mengatasi anak yang suka negative thinking, baca terus ya Ma!

1. Biarkan anak memiliki waktu sendiri terlebih dahulu

Freepik/Kwanchaichaiudom

Jika Mama sebagai orangtua mencoba memaksa untuk mengubah perilaku anak, itu justru bisa menjadi bumerang. Anak mungkin menolak dan menjadi lebih negatif, yang dapat merusak hubungan Mama dengannya.

Jika anak sedang menunjukkan perilaku negatif, jangan marah atau kesal karena ini akan memperburuk keadaan, sebaliknya, berikan anak waktu sendiri untuk sementara. Biarkan anak menenangkan dirinya terlebih dahulu. Jika sudah tenang, kembali bicarakan dengannya.

2. Hadapi negatif dengan positif

Freepik/Tirachardz

Terkadang, anak menampilkan perilaku negatif untuk mencari perhatian. Ia mungkin bereaksi dengan negatif atau perilaku kritis jika ia dalam suasana hati yang buruk. Jika anak memiliki kebiasaan mengeluh tentang segala hal, hindari memarahi dan membentaknya.

Alih-alih meneriaki anak, berbicaralah dengannya dengan sopan, tetap tenang dan menyenangkan. Misalnya, jika anak mengeluh tentang makanannya, Mama dapat meresponsnya dengan, “Maaf, kalau kamu merasa seperti itu. Tapi menurut Mama ini enak.”

Cobalah untuk menjaga interaksi tetap positif, agar anak mengikutinya dan perlahan ikut menjadi positif.

3. Identifikasi akar penyebabnya

Freepik/Zinkevych

Anak bereaksi buruk ketika ada sesuatu yang memengaruhinya. Dengan mengetahui apa itu penyebabnya, Mama akan memiliki peluang yang jauh lebih baik untuk membalikkan situasi tanpa harus marah pada anak.

Jika anak mama mudah rewel di pagi hari, itu mungkin karena ia lelah. Dalam hal ini, cobalah untuk menyesuaikan waktu tidurnya di malam hari, sehingga ia mendapatkan jumlah tidur yang tepat dan tidak terlalu lelah di pagi hari.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak anak juga menggunakan perilaku negatif sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orangtua, jadi cobalah untuk melihat jadwal Mama sendiri dan jumlah waktu yang diberikan kepada anak.

Pastikan bahwa ada satu waktu ketika anak benar-benar mendapatkan perhatian penuh dari Mama, dan Mama tidak selalu terganggu saat bersamanya.

4. Ajari anak untuk mengelola emosinya

Freepik/Spukkato

Pengalaman yang belum banyak membuat anak belum tahu bagaimana menangani situasi negatif yang muncul. Namun, Mama dapat mengajarinya cara menangani emosi dengan mengambil bagian dalam hobi favorit sebagai cara untuk menenangkan diri.

Jika anak merasa kesal karena temannya tidak bisa datang untuk bermain, jelaskan kepadanya dengan lembut bahwa mungkin orangtua temannya memiliki alasan tertentu sehingga tidak mengizinkannya datang, oleh karena itu ajari anak untuk mencoba memahami situasinya.

Jika anak suka menggambar atau melukis, Mama dapat menggunakannya untuk mendorong sikap positif. Katakan padanya ia bisa melukis gambar yang indah untuk temannya atau hanya untuk mengekspresikan emosinya.

5. Bantu bedakan antara pikiran negatif dan positif

Freepik/Seventyfour

Anak-anak memiliki waktu yang sulit membedakan antara pikiran yang negatif dan positif. Sebagai orangtua, Mama dapat membantunya mengatasi masalah ini. Salah satu caranya bermain “Pikiran Buruk vs Pikiran Baik” .

Tulislah apa saja kecemasan yang anak pikirkan di bagian Pikiran Buruk, lalu tuliskan sisi positifnya di bagian Pikiran Baik.

Misalnya, anak menulis “Aku tidak naik kelas”, tulislah di bagian Pikiran Baik “Aku bisa naik kelas jika aku lebih semangat belajar”. Cara ini akan mengajari anak pentingnya melihat sisi positifnya daripada sisi negatifnya.

6. Alihkan perhatian anak

Freepik/Annastills

Anak seringkali dapat teralihkan perhatiannya dari hal-hal yang ia ributkan, karena anak cenderung memiliki rentang perhatian yang pendek.

Maka janganlah menyerah pada keributan, lebih baik temukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya.

Jika anak mulai rewel saat Mama mengajaknya keluar, katakan padanya bahwa jika ia tetap sabar, Mama bisa berhenti sejenak untuk membeli camilan sebelum pulang.

7. Ajarakan cara berpikir optimis

Freepik/Wavebreakmedia-micro

Mama dapat mengajarkan anak cara berpikir optimis dengan bermain game “sayangnya/untungnya”. Caranya adalah dengan menulis beberapa situasi yang tidak menguntungkan pada beberapa kertas dan lipat lalu campurkan dalam sebuah topi.

Mintalah anak mengeluarkan satu kartu dan membacakan situasi yang tidak menguntungkan. Misalnya, “Sayangnya, boneka beruangku rusak.”. Sekarang anak harus memikirkan "Untungnya", seperti "Untungnya aku memiliki boneka lain yang menarik."

Permainan ini akan mendorong perilaku optimis pada anak. Lain kali anak menemukan dirinya dalam situasi yang tidak menguntungkan, permainan ini akan mengingatkannya untuk bersikap positif dalam melihat sesuatu yang kurang baik.

8. Ingatlah untuk tetap konsisten

Freepik/user23443555

Mengatasi anak dengan pemikiran negatif bisa menjadi tantangan, tetapi tetap konsisten adalah kuncinya.

Anak cenderung tidak bertindak jika ia memiliki rutinitas yang tidak tetap. Dengan mengetahui apa yang diharapkan, akan memberi anak sejumlah keamanan dan membuatnya ingat pada apa yang harus ia lakukan.

Nah itulah beberapa cara untuk mengatasi anak yang suka berpikiran negatif. Jika Mama menghadapi anak yang negatif, cobalah beberapa strategi di atas, dan perhatikan perubahan sikapnya yang menjadi lebih baik.

Namun ingat bahwa setiap anak akan merespons dengan kecepatan yang berbeda, jadi teruslah berusaha dan jangan menyerah ya Ma!

Baca juga:

The Latest