TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Tidak Setuju Anaknya Divaksin, Seorang Papa Tega Menembak Anaknya

Berselisih tentang pemberian vaksin dengan mantan istri, seorang papa tega membunuh putranya

thetimes.co.uk

Dilansir dari People, seorang laki-laki berusia 49 tahun di California dilaporkan telah menembak mati putranya yang masih berusia 9 tahun, Pierce O'Loughlin.

Setelah membunuh putranya, Stephen O'Loughlin yang merupakan Papa dari Pierce ini juga diduga membunuh dirinya sendiri.

Saat ini detektif San Francisco masih menyelidiki kasus pembunuhan dan bunuh diri yang dilakukan Stephen kepada dirinya dan putranya. 

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, Stephen tega melakukan pembunuhan dan bunuh diri bersama anaknya lantaran pertentangan anti vaksin bersama mantan istrinya, atau Mama dari Pierce. Berikut Popmama.com telah merangkum berita selengkapnya.

1. Kasus diketahui setelah sang anak tak masuk sekolah

Freepik/Mas

Dilansir dari People, kasus ini terungkap setelah mayat Stephen O'Loughlin dan putranya, Pierce O'Loughlin ditemukan di rumahnya.

Pierce tidak memberikan kabar pada pihak sekolah perihal alasan ia tidak hadir hari itu ke sekolah. Jasad keduanya ditemukan pada sore hari setelah polisi diminta untuk memeriksa keadaan Stephen dan putranya karena Pierce tidak muncul di sekolah.

2. Sang Papa ternyata orang yang sangat menentang vaksin

Pexels/cottonbro

Sebelumnya, Stephen O'Loughlin diduga telah terlibat perselisihan hak asuh dengan Mama dari Pierce setelah perceraian keduanya di tahun 2016 silam.

San Francisco Chronicle yang mengutip dokumen pengadilan melaporkan bahwa, Stephen merupakan orang yang menentang setiap vaksin yang akan diberikan kepada sang anak.

Menurut pengajuan pengadilan, pertentangan vaksin inilah yang membuat beberapa perselisihan antara Papa dan Mama dari Pierce sehingga keduanya memutuskan untuk berpisah.

3. Sempat membayar kepada kelompok yang akan memengaruhi vaksin

Pexels/EVG Culture

Mama dari Pierce, Lesley Hu dalam pengajuan pengadilan menuduh Stephen sebagai anti vaksin, dan ia adalah seorang yang sangat menentang adanya vaksin itu sendiri.

Hu juga mengklaim dalam pengajuannya, dari tahun 2012 hingga 2016, Stephen membayar ribuan dolar kepada kelompok yang digunakan untuk sesi terapi individu.

Dalam penjelasannya, Stephen dituduh mengambil langkah tersebut setelah menurutnya pemerintah akan menangkap dan mencoba mengendalikan pikirannya perihal vaksin. Sebab menurut Stephen, vaksin akan membuat sang anak mengidap autisme setelahnya.

Dari informasi di atas, beberapa penelitian berskala besar pun banyak menemukan bahwa vaksin sendiri aman digunakan. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit, tak ada hubungan ilmiah antara vaksin dan autisme.

Baca Juga:

The Latest