TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Ciri-Ciri Anak Terlambat Berjalan yang Harus Dikenali Orangtua

Terkadang tantangan perkembangan anak seperti keterlambatan berjalan bisa buat orangtua khawatir

Freepik

Menyaksikan anak tumbuh dan berkembang adalah salah satu kegembiraan terbesar dalam hidup sebagai orangtua. Namun, terkadang, ada tantangan perkembangan yang bisa membuat orangtua merasa khawatir. Salah satu dari tantangan tersebut adalah ketika anak tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan. 

Kemampuan berjalan adalah salah satu dari banyak milestone penting dalam perkembangan motorik seorang anak. Namun, ketika anak tidak mampu mencapainya pada usia yang diharapkan, itu bisa menimbulkan kekhawatiran dan perlu dicari tahu penyebabnya. 

Berikut ini Popmama.com akan menjelaskan beberapa ciri-ciri anak terlambat berjalan yang perlu orangtua perhatikan. Yuk, simak selengkapnya!

1. Keterlambatan dalam milestone awal perkembangan motorik

Freepik

Keterlambatan dalam mencapai milestone awal perkembangan motorik pada anak adalah kondisi yang perlu diperhatikan secara serius oleh orangtua.

Milestone motorik awal, seperti kemampuan untuk mengangkat kepalanya saat berbaring telentang, berguling dari posisi telentang ke tengkurap, dan kemampuan untuk duduk dengan stabil, merupakan indikator penting dalam perkembangan motorik normal seorang anak.

Pada tahap-tahap awal perkembangannya, anak mengalami serangkaian pencapaian penting yang menunjukkan kemampuan dasar dalam mengendalikan gerakan tubuhnya. Kemampuan untuk mengangkat kepalanya menunjukkan kekuatan otot leher dan tulang belakang yang penting untuk mendukung perkembangan selanjutnya, sementara kemampuan untuk berguling menunjukkan koordinasi antara berbagai otot tubuh. 

Selain itu, kemampuan untuk duduk dengan stabil menandakan perkembangan otot-otot inti yang penting untuk mendukung postur tubuh dan gerakan lebih kompleks.

Keterlambatan dalam mencapai milestone-milestone ini bisa menjadi indikator adanya masalah dalam perkembangan motorik anak.

Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan genetik, gangguan neurologis, masalah kesehatan, atau kurangnya stimulasi motorik yang memadai. 

Oleh karena itu, jika seorang anak mengalami keterlambatan dalam mencapai milestone-milestone motorik awal, perlu untuk mengidentifikasi penyebabnya dengan mengamati perkembangan anak secara menyeluruh dan berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli terapi anak.

2. Kesulitan duduk tanpa bantuan pada usia 9 bulan

Freepik/pch.vector

Pada usia 9 bulan, sebagian besar anak telah mencapai milestone penting dalam perkembangan motorik mereka, yaitu kemampuan untuk duduk tanpa bantuan.

Pada masa ini, otot-otot leher, punggung, dan inti tubuh anak telah mengalami perkembangan yang memadai untuk mendukung postur duduk yang stabil. 

Kemampuan untuk duduk tanpa bantuan merupakan hal penting yang menandakan bahwa anak telah mencapai tingkat kekuatan otot dan keseimbangan yang memadai. Namun, jika pada usia 9 bulan seorang anak masih mengalami kesulitan dalam duduk tanpa bantuan, hal ini bisa menjadi tanda keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. 

Keterlambatan ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya stimulasi motorik, masalah kesehatan, atau perkembangan otot yang terhambat.

Selain itu, kondisi tertentu seperti kelainan genetik atau gangguan neurologis juga dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencapai milestone perkembangan motorik.

Penting bagi orangtua untuk memperhatikan kemajuan perkembangan motorik anak dan mengidentifikasi tanda-tanda keterlambatan dengan memperhatikan apakah anak masih memerlukan bantuan untuk duduk pada usia yang diharapkan.

3. Anak belum bisa berdiri dengan dibantu orangtua di usia 12 bulan

Freepik

Pada usia 12 bulan, sebagian besar anak telah mencapai tahap perkembangan motorik di mana mereka mampu berdiri dengan bantuan orangtua atau benda-benda di sekitarnya. Kemampuan untuk berdiri dengan dukungan adalah langkah awal penting menuju perkembangan kemampuan berjalan yang mandiri. 

Pada tahap ini, anak telah mengembangkan kekuatan otot-otot kaki dan keseimbangan yang cukup untuk dapat menopang berat tubuhnya sendiri saat berdiri. Namun, jika pada usia 12 bulan seorang anak belum mampu berdiri dengan bantuan, hal ini bisa menjadi indikator adanya keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. 

Keterlambatan ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya stimulasi motorik yang memadai, masalah kesehatan, atau kondisi tertentu yang mempengaruhi perkembangan otot dan keseimbangan. Kesulitan dalam berdiri pada usia ini bisa mengindikasikan adanya masalah dalam pengembangan kekuatan otot-otot kaki atau masalah dalam koordinasi gerakan. 

Penting bagi orangtua untuk memperhatikan kemajuan motorik anak mereka dan mengidentifikasi tanda-tanda keterlambatan ini dengan memperhatikan apakah anak mengalami kesulitan dalam menopang berat tubuhnya saat berdiri dengan bantuan. 

4. Belum bisa berjalan tanpa bantuan pada usia 18 bulan

Freepik/senivpetro

Pada usia 18 bulan, sebagian besar anak telah mencapai tahap perkembangan motorik di mana mereka mampu berjalan tanpa bantuan. Kemampuan untuk berjalan secara mandiri adalah salah satu milestone penting dalam perkembangan motorik anak, menandakan bahwa anak telah mengembangkan kekuatan otot-otot kaki, koordinasi gerakan, dan keseimbangan yang memadai untuk dapat bergerak secara independen.

Namun, jika pada usia 18 bulan seorang anak masih belum mampu berjalan tanpa bantuan, atau masih sangat bergantung pada dukungan orang tua atau benda-benda di sekitarnya, hal ini bisa menjadi tanda keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. 

Keterlambatan ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya stimulasi motorik yang memadai, masalah kesehatan, atau kondisi tertentu yang mempengaruhi perkembangan otot dan keseimbangan.

Kesulitan dalam berjalan tanpa bantuan pada usia ini bisa mengindikasikan adanya masalah dalam pengembangan kekuatan otot-otot kaki, koordinasi gerakan, atau masalah lain yang memengaruhi kemampuan anak untuk menopang berat tubuhnya sendiri saat berjalan. 

Penting bagi orang tua untuk memperhatikan kemajuan motorik anak mereka dan mengidentifikasi tanda-tanda keterlambatan ini dengan memperhatikan apakah anak masih bergantung pada dukungan eksternal saat berjalan. Jika anak terus mengalami kesulitan, perlu dicari tahu penyebabnya dengan berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli terapi anak. 

5. Berjalan dengan jinjit atau ujung jari kaki

Freepik

Anak yang berjalan dengan jinjit atau hanya menggunakan ujung jari kakinya menunjukkan pola berjalan yang tidak standar dan bisa menjadi indikator adanya masalah dalam perkembangan motoriknya. Berjalan dengan jinjit, atau disebut juga dengan toe walking, adalah kondisi di mana anak berjalan dengan menopang tubuhnya hanya pada ujung jari kakinya, tanpa menyentuh tumit ke lantai.

Berjalan dengan jinjit biasanya bukanlah pola berjalan yang normal pada anak usia 2 tahun ke atas. Biasanya, pada usia tersebut, anak telah mengembangkan keseimbangan dan kekuatan otot yang memadai untuk dapat menopang berat tubuhnya pada seluruh telapak kaki saat berjalan. Namun, jika seorang anak terus berjalan dengan jinjit setelah melewati usia tersebut, hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah perkembangan motorik.

Berjalan dengan jinjit dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan otot, masalah koordinasi gerak, atau gangguan sensorik pada anak. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan keseimbangan tubuh saat berjalan, serta dapat memengaruhi kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan lancar.

Penting bagi orangtua untuk memperhatikan pola berjalan anak mereka dan mengidentifikasi tanda-tanda berjalan dengan jinjit. Jika anak terus berjalan dengan pola ini, perlu untuk mencari bantuan profesional dalam bentuk evaluasi lebih lanjut oleh dokter anak atau ahli terapi anak. 

Itulah beberapa ciri-ciri anak terlambat berjalan yang perlu orangtua perhatikan. Memahami ciri-ciri tersebut dapat membantu orang tua untuk mengidentifikasi potensi masalah dalam perkembangan motorik anak mereka sehingga dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan, seperti berkonsultasi dengan dokter anak atau terapis untuk evaluasi lebih lanjut dan intervensi yang sesuai.

Baca juga:

The Latest