TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Definisi, Penyebab dan Gejala Epilepsi yang Perlu Diketahui

Selain kejang, ada lagi gejala epilepsi lainnya yang perlu Mama tahu

Unsplash/Robina Weermeijer

Salah satu masalah terkait sistem saraf (neurologis) yang cukup banyak terjadi yakni epilepsi. Kondisi ini kerap membuat pengidapnya mengalami kejang dan berperilaku tidak biasa.

Bahkan jika kondisinya sudah cukup parah, pengidap epilepsi juga mungkin akan mengalami kehilangan kesadaran kadang-kadang.

Diagnosis dan pengobatan yang sesuai pun sangat diperlukan supaya epilepsi tidak berkembang semakin parah.

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang epilepsi, berikut Popmama.com rangkum informasinya untuk Mama:

1. Apa itu epilepsi?

Freepik

Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat di mana aktivitas otak menjadi tidak normal. Ketidaknormalan aktivitas otak ini memicu kejang atau pergerakan tubuh yang tidak disadari, serta kadang-kadang hilangnya kesadaran, demikian dilansir dari MayoClinic.

Siapa pun dapat mengalami epilepsi. Epilepsi memengaruhi laki-laki dan perempuan dari semua ras, latar belakang etnis dan usia.

Patokan dari gejala kejang dari epilepsi sangat bervariasi.

Sebagian hanya menatap kosong selama beberapa detik saat kejang, sementara sebagian lainnya berulang kali menggerakkan lengan atau kaki.

Pengobatan dengan obat-obatan atau terkadang pembedahan dapat mengendalikan kejang yang parah bagi sebagian besar pengidap epilepsi.

Ada yang memerlukan perawatan seumur hidup untuk mengendalikan kejangnya, tetapi ada pula yang kejangnya hilang dengan sendirinya.

2. Penyebab epilepsi

Freepik

Epilepsi tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi pada sekitar setengah kasus pengidapnya. Tetapi pada sebagian lainnya, kondisi tersebut dapat ditemukan memiliki faktor penyebab di antaranya:

  • Pengaruh genetik

Beberapa jenis epilepsi yang terjadi karena masalah pada bagian otak tertentu, kemungkinan ada pengaruh dari genetik. Para peneliti telah menghubungkan beberapa jenis epilepsi dengan gen spesifik, tetapi bagi kebanyakan orang, gen hanya bagian dari penyebab epilepsi.

Gen tertentu dapat membuat seseorang lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.

  • Trauma di kepala

Trauma kepala misalnya akibat benturan keras saat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya yang dapat menyebabkan epilepsi.

  • Gangguan pada otak

Kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak, misalnya seperti tumor atau stroke, dapat menyebabkan epilepsi.

Stroke adalah penyebab utama epilepsi pada orang dewasa yang berusia lebih dari 35 tahun.

  • Penyakit menular

Penyakit menular, seperti meningitis, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dan ensefalitis virus, juga diketahui dapat menyebabkan epilepsi.

  • Cedera saat melahirkan

Sebelum lahir, bayi rentan terhadap kerusakan otak yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, gizi buruk atau kekurangan oksigen. Kerusakan otak ini dapat menyebabkan epilepsi atau cerebral palsy.

  • Gangguan perkembangan

Epilepsi kadang-kadang juga dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.

3. Tanda dan gejala epilepsi

Freepik/Yanalya

Dikutip dari Medical News Today, gejala utama epilepsi adalah kejang yang berulang kali terjadi. Ini berarti jika kejang hanya terjadi sekali saja, belum tentu penyebabnya adalah epilepsi.

Selain kejang berulang, apabila ada satu atau lebih dari gejala-gejala berikut yang muncul, segera lakukan pemeriksaan ke dokter karena dikhawatirkan terjadi karena epilepsi.

Tanda dan gejala yang perlu diwaspadai yakni kejang tanpa demam, tidak bisa fokus, sering pingsan, dalam beberapa waktu tidak responsif terhadap instruksi atau pertanyaan, atau tubuh mendadak kaku dan terjatuh tanpa alasan jelas.

Perhatikan juga tanda seperti mendadak mata berkedip tak beraturan, ada gerakan berulang-ulang yang tidak bisa terkendali, mendadak panik dan gangguan dalam indra seperti masalah pada penciuman, penglihatan dan pendengaran.

4. Diagnosis dan pemeriksaan epilepsi

Unsplash/Ken Treloar

Saat frekuensi kejang semakin bertambah, disertai dengan adanya tanda dan gejala epilepsi lainnya, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter, Ma. Kejang bisa menjadi gejala dari masalah medis yang serius.

Ungkapkan segala riwayat dan gejala medis Mama guna membantu dokter memutuskan pemeriksaan apa yang diperlukan untuk diagnosis. Untuk kasus epilepsi, pemeriksaan yang biasanya dilakukan yakni pemeriksaan neurologis untuk menguji kemampuan motorik dan fungsi mental.

Untuk mendiagnosis epilepsi, kondisi lain yang menyebabkan kejang harus disingkirkan terlebih dahulu. Dokter mungkin akan meminta Mama melakukan tes darah lengkap dan kimia darah.

Tes darah dapat digunakan untuk mencari tanda-tanda penyakit menular, fungsi hati dan ginjal, dan kadar glukosa darah.

Selain itu, pemeriksaan lain yang bisa dilakukan yakni electroencephalogram (EEG). EEG adalah tes yang paling umum digunakan dalam mendiagnosis epilepsi. Demikian dikutip dari Healthline.

Dalam beberapa kasus, tes EEG dilakukan saat tidur. Elektroda yang ditempelkan di kepala Mama akan merekam aktivitas listrik otak. Jika terjadi perubahan pada aktivitas otak yang berkaitan dengan gejala epilepsi, akan terlihat dari hasil pemeriksaan EEG.

Tes pencitraan atau imaging test juga dapat mengungkapkan tumor dan kelainan lain yang dapat menyebabkan kejang. Tes-tes ini termasuk CT scan, magnetic resonance imaging (MRI), serta positron emission tomography (PET).

5. Perawatan dan pengobatan epilepsi

Freepik/Eva058929

Rencana perawatan dan pengobatan epilepsi biasanya akan disesuaikan pada tingkat keparahan gejala, riwayat kesehatan dan seberapa baik tubuh Mama merespons terapi. Beberapa opsi perawatan termasuk:

  • Obat-obatan anti-epileptik

Obat-obatan jenis ini dapat mengurangi frekuensi kejang yang dialami. Pada sebagian orang, obat ini bahkan bisa menghilangkan kejang. Agar efektif, obat harus diminum dengan aturan minum persis seperti yang ditentukan oleh dokter.

  • Stimulator saraf

Alat ini ditempatkan melalui bedah di bawah kulit di dada dan secara elektrik merangsang saraf yang mengalir melalui leher. Ini dapat membantu mencegah terjadinya kejang.

  • Bedah pada otak

Jika memang diperlukan, tindakan bedah pada otak bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kejang. Berdasarkan hasil pemeriksaan, nantinya area otak yang menyebabkan aktivitas kejang dapat dilakukan tindakan lebih lanjut.

Demikian informasi tentang epilepsi yang perlu Mama ketahui, jangan lupa untuk mengamati gejala lain selain kejang sebelum pergi ke dokter, ya.

The Latest