TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

6 Tips Mengontrol Hama Tanaman, Cepat Lakukan Sebelum Rusak

Mulai kenali hama dan serangga baik di sekitar tanaman kesayangan kamu

Pexels/lachlan-ross

Kamu senang bertanam? Pasti pusing memikirkan tanaman kesayangan yang rusak akibat hama. Hama dan penyakit merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman perkebunan yang dapat menurunkan produksi sampai 40% serangan nematoda.

Lalu, bagaimana mengontrol hama agar tak muncul? Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan cara pengendalian hama dan penyakit tanaman harus dilakukan sedini mungkin. Kurang lebih sejak tanaman masih kecil. Kalau perlu sejak masih terbentuk benih atau biji.

Cara yang aman dan efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara fisik ataupun secara organik. Pengendalian secara fisik dilakukan dengan memungut atau menangkap hama atau penyakit tanaman tersebut secara langsung, kemudian memusnahkannya dengan cara dikubur dalam tanah atau dibakar.

Sedangkan pengendalian hama dan penyakit tanaman secara organik dilakukan dengan disemprot menggunakan bahan-bahan dari tanaman yang mengandung racun alami dan mematikan bagi hama ataupun penyakit tanaman tersebut.

Berikut penjelasannya yang dirangkum oleh Popmama.com:

1. Sebelum menggunakan insektisida cari tahu penyakit pada tanamannya

Pexels/Huy Phan

Saat tanaman terlihat buruk, penting untuk memahami alasannya sebelum memutuskan pengobatan hama. Sebagian besar insektisida tidak berpengaruh pada penyakit.

Kehadiran serangga yang memakan tanaman adalah indikator paling jelas bahwa insektisida akan membantu.

Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau virus dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan kerusakan serangga, seperti lubang pada daun, perubahan warna atau malformasi daun, dan pertumbuhan yang terhambat. Penyakit sering muncul pertama kali sebagai bintik-bintik berubah warna pada daun.

Pada penyakit jamur, bintik-bintik seringkali berbentuk bulat dan mungkin tampak seperti lingkaran konsentris berwarna cokelat, sedangkan penyakit bakteri dan virus seringkali terlihat lebih bersudut, karena mengikuti urat daun.

Saat penyakit menyebar, daun mungkin berubah menjadi bubuk atau kabur sebelum berubah menjadi cokelat atau hitam dan akhirnya rontok.

Beberapa penyakit hanya menyerang batang atau buah. Penyakit akar melemahkan tanaman, menyebabkan kerdil atau layu pada bagian di atas tanah.

Kumbang dan ulat mengunyah pola yang tidak teratur, seringkali memakan daun mulai dari tepi yang lembut dan terus masuk. Beberapa serangga memakan bagian daun yang lebih lembut dan menghindari urat yang lebih keras, membuat daun tampak berenda.

2. Insektisida organik berasal dari sumber alami yang lebih ramah lingkungan

Homeinthefingerlakes.com

Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang dibuat dari bahan-bahan alami.

Bahan-bahan untuk membuat pestisida organik diambil dari tumbuhan-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme.

Karena dibuat dari bahan-bahan yang terdapat di alam bebas, pestisida jenis ini lebih ramah lingkungan dan lebih aman bagi kesehatan manusia.

Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan pestisida organik biasanya mengandung zat aktif dari kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia lainnya.

Bahan aktif ini bisa mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti penghalau (repellent), penghambat makan (anti feedant), penghambat pertumbuhan (growth regulator), penarik (attractant) dan sebagai racun mematikan.

Sedangkan, pestisida organik yang terbuat dari bagian hewan biasanya berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga diketahui bisa mengendalikan hama yang bisa dipakai untuk membuat pestisida.

Pestisida organik tidak bisa disimpan dalam jangka lama. Setelah dibuat harus segera diaplikasikan sehingga kita harus membuatnya setiapkali akan melakukan penyemprotan.

Selain itu, bahan-bahan pestisida organik lumayan sulit didapatkan dalam jumlah dan kontinuitas yang cukup. Dari sisi efektifitas, hasil penyemprotan pestisida organik tidak secepat pestisida kimia sintetis.

Perlu waktu dan frekuensi penyemprotan yang lebih sering untuk membuatnya efektif. Selain itu, pestisida organik relatif tidak tahan terhadap sinar matahari dan hujan.

3. Insektisida kimia biasanya bekerja lebih cepat dan bertahan lebih lama

fishkeepingworld.com

Insektisida kimia biasanya bekerja lebih cepat, bertahan lebih lama, dan lebih murah per aplikasi atau dalam penggunaan dibandingkan dengan insektisida organik. Seperti insektisida organik, insektisida kimia dapat membunuh serangga baik dan jahat.

Jadi harus berhati-hati untuk menghindari kerusakan tambahan. Produk ini berasal dari bahan kimia yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia, hewan peliharaan, dan lingkungan jika digunakan atau disimpan dengan tidak benar.

Lambatnya kerusakan di lingkungan dapat menyebabkan penumpukan di tanah atau air tanah jika insektisida kimia digunakan secara berlebihan.

4. Berhati-hati menggunakan insektisida untuk meminimalkan kerusakan tambahan

Pixabay/Jodeng

Jangan menunggu sampai terdapat perubahan bentuk atau warna pada tanaman. Lebih baik, segera melakukan tindakan insektisida saat hama atau penyakit mulai terlihat.

Selain itu, penggunaan insektisida juga harus diperhatikan. Alih-alih membunuh hama dan penyakit, dikhawatirkan justru merusak tanaman kesayangan kamu.

Jika serangga menjadi penyebabnya, yang terbaik adalah memilih produk yang diformulasikan untuk mengendalikan hama tertentu. Insektisida berspektrum membunuh beragam jenis serangga, dan harus berhati-hati untuk meminimalkan kerusakan tambahan.

Insektisida terbaik dimaksudkan untuk membunuh serangga tertentu pada tanaman tertentu. Ketika tukang kebun menerapkannya sesuai dengan petunjuk label dan menerapkan tindakan pencegahan keselamatan yang direkomendasikan, produk ini menimbulkan ancaman bahaya yang sangat rendah bagi semua kecuali spesies yang ditargetkan.

5. Langsung targetkan ke hama dan penyakit pada tanaman kamu

IDN Times/Nisa Widya Amanda

Meskipun insektisida berspektrum luas dapat membunuh ratusan spesies serangga yang berbeda, sebagian besar tanaman sayuran hanya terancam oleh satu atau dua jenis hama yang berbeda. Untuk meminimalkan kemungkinan merusak serangga yang menguntungkan, kamu harus mencoba mengidentifikasi dan menargetkan musuh tertentu.

Bukti adanya cacing buah tomat, misalnya, muncul sebagai lubang yang masuk pada tomat. Kumbang kacang Meksiko menyerupai kepik oranye pucat, tetapi mereka mengunyah daun tanaman kacang.

Serangga squash menyerang batang tanaman squash, tepat di permukaan tanah; larva masuk ke dalam batang, melemahkan dan akhirnya membunuh seluruh tanaman.

Meskipun insektisida spektrum luas yang sama mungkin sesuai untuk ketiga OPT tersebut, waktu aplikasi dan lokasi pada tanaman akan berbeda untuk masing-masing.

5. Menggunakan insektisida yang hanya membunuh serangga yang ditargetkan

Pixabay/Capri23auto

Cara lain untuk menargetkan hama yang menghilangkan kerusakan tambahan adalah dengan menggunakan insektisida yang hanya membunuh serangga yang ditargetkan.

Bacillus thuringiensis (Bt), misalnya, merupakan pengendali biologis ulat bulu yang aman bagi serangga lain.

Spora susu membunuh belatung Kumbang Jepang di dalam tanah, tetapi aman untuk cacing tanah dan semua penghuni tanah lainnya.

6. Lebih baik, bunuh sampai ke akar penyakitnya

alquds.com

Ketika serangga muncul, sebagian atau seluruh populasi dewasa dapat dikendalikan oleh insektisida saat kontak.

Tetapi seringkali, pada tahap awal, telur melindungi serangga yang sedang berkembang, jadi dalam beberapa minggu, masalah hama muncul kembali.

Penting untuk menerapkan insektisida yang bertahan cukup lama untuk membunuh saat bersentuhan dan efektif pada telur. Jika tidak, telur, hama atau penyakit akan kembali muncul. Lebih baik, bunuh sampai ke akar penyakitnya.

Jadi kamu tak perlu bingung lagi mengontrol hama yang membandel. Perlu diperhatikan, kamu juga harus jeli dengan hama atau serangga di tanaman kesayangan kamu. Agar tidak mengusir serangga baik, yang justru membantu pertumbuhan.

Baca juga:

The Latest