TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

6 Alasan Mama Butuh Detoks Media Sosial saat Pandemi, Perlu Dicoba!

Demi kesehatan mental Mama, coba deh lakukan 'detoks' media sosial

Freepik

Media sosial kini bukan hanya sekadar kebutuhan lho Ma, melainkan sudah menjadi gaya hidup. Adanya media sosial tentu memudahkan millenials untuk terkoneksi dengan info-info terkini, keluarga, ataupun teman dimana saja dan kapanpun.

Namun, banyak orang menyepelekan dampak negatif dari penggunaan media sosial. Kini penggunaan media sosial jauh lebih meningkat, pandemi Covid-19 membuat semua orang harus melakukan social distancing. Bekerja dari rumah, pelajar juga harus sekolah online. 

Detoks sama saja break atau rehat dari dunia media sosial. Bukan hanya kesehatan fisik, kesehatan mental perlu dijaga juga lho, Ma.

Nah, berikut Popmama.com rangkum beberapa alasan Mama perlu untuk detoks dari media sosial saat pandemi.

Apa saja, ya?

1. Selama di rumah aja, otomatis waktu untuk konsumsi gadget bisa bertambah

Freepik/tirachardz

Mama, sadar gak sih sejak pandemik ini, screen time juga ikut meningkat? Meski social distancing menghalangi kita untuk saling bertemu secara fisik, kita masih punya opsi untuk bertemu secara virtual. Nah, sayangnya apa yang berlebihan belum tentu baik lho, Ma!

Waktu konsumsi gadget yang bertambah secara tidak langsung bisa membahayakan diri sendiri. Fokus pada gawai, fokus pada jumlah likes postingan, sehingga lupa bahwa ada tanggung jawab lain yang mungkin harus Mama kerjakan. Mengurangi penggunaan media sosial adalah langkah awal yang baik.

2. Perlu membangun filter yang baik atas beredarnya berita-berita

Freepik

Social distancing saat ini membuat kita lebih banyak menghabiskan waktu berselancar di dunia maya. Sayangnya, saat pandemi seperti ini masih ada berita yang belum tentu memberikan informasi yang benar lho.

Bagi orang-orang yang sering scrolling news, rentan untuk membaca dan menelan informasi mentah-mentah.

Sebagai pengguna media sosial yang baik dan bijak, Mama perlu untuk hati-hati dalam memilih berita. Detoks media sosial akan membantu untuk keluar dari berita-berita yang bisa membuat panik, padahal belum tentu kebenarannya lho, Ma.

3. Meminimalisir risiko membandingkan diri dengan standar orang lain

healthline.com

Mama, perkara membandingkan gak akan ada habisnya kalau bukan diri sendiri yang mengontrol lho. Semakin lama kita berselancar di media sosial, semakin banyak hal yang kita akan tahu. Mulai dari berita terbaru, hingga kesibukan orang lain. Berisiko memunculkan pandangan bahwa hidup orang lain terlihat lebih mulus dan lebih bahagia.

Hal ini sangat bahaya lho untuk kesehatan mental, pasalnya standar setiap orang itu berbeda-beda kan. Kalau kita berusaha memenuhi standar orang lain padahal gak sesuai dengan kapasitas kita, bagaimana?

4. Meminimalisir adanya kesalahpahaman akibat dari interaksi yang terbatas

Freepik

Tidak hanya membandingkan orang lain, kesalahpahaman juga bisa terjadi akibat media sosial. Social distancing ini membuat banyak orang harus membatasi diri dari interaksi dengan orang lain. Jalan alternatif yang saat ini digunakan adalah bertemu secara daring.

Memang tidak seleluasa ketika bertemu secara langsung. Di saat-saat inilah sangat memungkinkan adanya kesalahpahaman lho.

Seperti tidak paham akan maksud orang lain, atau yang seharusnya suatu lelucon belum tentu dapat diterima, dan bisa menyinggung orang lain.

5. Bukan saja untuk kesehatan mental, kesehatan fisik juga penting

Freepik/drobotdean

Jika terlalu berlebihan, media sosial dapat mengakibatkan kita jadi kurang istirahat. Contohnya tiap malam scrolling feed, atau mungkin nonton drama Korea. Menghabiskan waktu, namun juga memengaruhi kesehatan fisik.

Kualitas tidur yang berkurang berisiko membawa penyakit-penyakit lain lho. Nah, kalau Mama gimana nih masih suka begadang main media sosial atau tidak?

6. Indahnya hidup tanpa FOMO (Fear of Missing Out)

Freepik

Mama, jika Mama mendengar kata FOMO terdengar asing ya? FOMO atau fear of missing out  bisa dikatakan tidak bisa lepas dari media sosial karena takut ketinggalan berita ter-uptodate lho. Contohnya, mudah sekali cek gawai atau mudah gelisah ketika orang lain melakukan suatu hal yang belum kita lakukan. 

Dilansir Psychology Today, FOMO juga dapat menurunkan rasa percaya diri, tingkat kecemasan semakin tinggi, merasa inferior atau menganggap dirinya lebih rendah daripada orang lain.

Itulah mengapa sangat diperlukan waktu untuk detoks media sosial. Tidak harus ekstrim kok Ma, Mama bisa memulainya dengan logout akun media sosial.

Membatasi waktu, mengurangi intensitas bermain smartphone. Hal-hal tersebut jika Mama lakukan akan bisa menjaga kesehatan mental Mama, lho.

Baca juga:

The Latest