TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kondisi Gunung Anak Krakatau, Status Waspada dan Masih Terus Dipantau

Pihak Badan Geologi ESDM terus melakukan koordinasi dengan BMKG dan BPBD

Pexels/Suhairy Tri Yadhi

Pada 5 Februari 2022, terjadi erupsi di Gunung Anak Krakatau pada pukul 05.32 WIB. Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini masih menetapkan status waspada.

Walaupun memang beberapa hari yang lalu sempat terjadi aktivitas vulkanik, Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono seperti dikutip dari IDN Times, pihaknya terus melakukan evaluasi.

Perlu diketahui lebih lanjut tentang kondisi Gunung Anak Krakatau yang dijelaskan oleh Eko Budi Lelono. Bagaimana kondisinya sekarang?

Berikut Popmama.com rangkum beberapa kondisi yang dijabarkan oleh Badan Geologi.

Simak yuk, Ma!

Potensi Tsunami dari Gunung Anak Krakatau Sangat Kecil

www.esdm.go.id

Seperti yang sudah diungkapkan oleh Eko sebelumnya, secara karakteristik Gunung Anak Krakatau identik dengan Gunung Hunga Tonga di Kepulauan Tonga, yang menimbulkan tsunami pada Januari 2022.

Namun, berdasarkan data pemantauan, walaupun memiliki ciri atau identik dengan Gunung Hunga Tonga, kecil kemungkinan tsunami terjadi di Gunung Anak Krakatau.

Hal ini karena beberapa faktor, pertama karena volume instrusi magma di Gunung Anak Krakatau saat ini belum besar, yang terindikasi dari seismik, deformasi dan kandungan gas belerang dioksida.

Sedangkan faktor lainnya adalah ketinggian puncak Gunung Anak Krakatau saat ini kurang dari 100 meter.

Sedangkan pada tahun 2018 ketinggian puncaknya melebihi 300 meter. Lereng yang tidak stabil itu menyebabkan longsor atau runtuh.

Tekanan Berlebih Sebelum Gempa Banten

Unsplash/Sheflincoln

Selanjutnya Eko menuturkan bahwa ada beberapa temuan dari hasil panatau terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Ia menjelaskan pihaknya masih perlu melakukan analisis data terlebih dahulu, untuk mengetahui keterkaitan aktivitas Gunung Anak Krakatau dengan gempa bumi yang sempat terjadi di Banten.

Berdasarkan data pemantauan yang dilakukan Badan Geologi, terdapat tekanan berlebihan atau overpressure di Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sebelum gempa Banten.

Terus Memantau dan Berkoordinasi dengan BMKG

geologi.esdm.go.id

Dalam upaya pencegahan dini, Badan Geologi terus berkoordinasi dengan BMKG terkait early warning system tsunami.

Selain itu, Badan Geologi telah melakukan beberapa langkah untuk menghadapi erupsi Gunung Anak Krakatau.

Pertama yakni mengirimkan tim tanggap darurat untuk mengevaluasi data secara komprehensif di lapangan.

Kedua, mereka juga melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Koordinasi tersebut dalam upaya terkait penguatan pemantauan Gunung Anak Krakatau, analisis potensi longsor, dan penguatan early warning system tsunami.

Hal ini juga termasuk memantau aktivitas gunung api itu selama 24 jam penuh.

"Kami menyarankan untuk menempatkan tide gauge dan buoy pada pulau terdekat Gunung Anak Krakatau, sehingga informasi potensi terjadinya tsunami dapat diketahui sebelum gelombang tsunami sampai ke pantai." tutup Eko.

Itu tadi beberapa kondisi terkini dari Gunung Anak Krakatau, walaupun kecil kemungkinan terjadinya tsunami, namun pihak terkait akan terus memantau dan berkoordinasi lebih jauh tentang situasinya.

Baca juga:

The Latest