TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kondisi Memprihatinkan, Sampah Plastik Meningkat di Masa Pandemi

Sampah plastik meningkat pesat, kenapa?

Freepik/Jcomp

Semenjak mewabahnya Covid-19 di Indonesia, banyak hal yang berubah. Mulai dari tempat bekerja, waktu bekerja, belajar, hobi baru, kebiasaan berbelanja, cara bersosialisasi, dan banyak hal lainnya.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa mewabahnya Covid-19 ini juga memberikan dampak yang tidak diharapkan, seperti merosotnya ekonomi negara hingga persoalan sampah.

Lagi-lagi sampah menjadi persoalan yang belum juga tuntas. Apalagi, semenjak mewabahnya Covid-19 penggunaan plastik semakin meningkat.

Walaupun mall tidak beroperasi dan pertokoan lainnya juga tutup, permasalahan sampah plastik masih menjadi persoalan.

Di kesempatan kali ini, Popmama.com akan memberikan kabar tentang isu sampah plastik yang sangat memprihatinkan. Agar kita menjadi lebih aktif dalam mengurangi sampah plastik.

Kebutuhan Perlengkapan Medis Meningkat Drastis Membuat Isi Laut Lebih Banyak Sampah Medis daripada Ubur-ubur

Unsplash/@cristianpalmer

Ketika Covid-19 mewabah dan mulai maraknya protokol pencegahan penularan, para aktivis dari berbagai lembaga peduli lingkungan sudah mulai memberikan peringatan akan potensi meledaknya sampah plastik.

Bahkan, sebelum masa pandemi pun mereka juga sudah memberikan peringatan akan permasalahan ini. Jumlah sampah plastik selalu meningkat tiap tahunnya dan banyak ditemukan di perairan.

World Widelife Fund for Nature (WWF) menggambarkan fenomena membludaknya sampah plastik di laut Mediterania ibaratkan membuang 33.800 botol plastik setiap menitnya ke laut. Angka tersebut menjadi meningkat pesat seiring mewabahnya Covid-19.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa potensi membludaknya sampah plastik akan terjadi di era pandemi, terutama perlengkapan medis seperti masker, sarung tangan, APD, botol sanitizer, dan lainnya. Bahkan, pemerintah Perancis sendiri sudah memesan hampir 2 miliar masker untuk negaranya.

Konservasionis pun telah menemukan sampah masker dan sarung tangan mengambang di laut dalam jumlah besar seperti ubur-ubur. Dikhawatirkan, sampah-sampah tersebut dianggap makanan oleh hewan laut lainnya dan mengancam populasi hewan yang ada di laut.

Sampah Plastik Meningkat Seiring Meningkatnya Kebiasaan Masyarakat Belanja secara Online

livestrong.com

Tidak hanya persoalan sampah medis yang menjadi kekhawatiran para pemerhati lingkungan tapi juga kemasan plastik yang kini jumlahnya semakin meningkat.

Adanya pandemi Covid-19 membuat sebagian besar masyarakat merubah cara belanjanya secara online. Penggunaan plastik pun otomatis meningkat.

Hal itu dikarenakan, penggunaan plastik dinilai lebih mudah, mudah, dan relatif aman untuk digunakan sebagai kemasan pengiriman barang.

Penggunaan plastik dalam mengemas suatu barang pun biasanya tidak hanya satu jenis plastik. Mulai dari tempat kemasan barang itu sendiri, selotip, bubble wrap, hingga plastik lapisan terluar kemasan.

Tak cukup sampai di situ, biasanya pihak ekspedisi juga menambahkan lapisan plastik lagi.

Dalam satu kali pengiriman satu paket saja sudah membutuhkan begitu banyak plastik.

Apalagi, selaku konsumen juga tidak mau mengambil risiko tertular Covid-19. Begitu paket tiba di rumah, paket akan langsung disterilkan, dibuka, dan kemasannya pun langsung dibuang. Sehingga tidak heran kalau sampah plastik kian bertambah.

Cara Mudah yang Bisa Kita Lakukan untuk Minimalisasi Penggunaan Sampah

Freepik/prostooleh

Melihat permasalah plastik di atas pasti menimbulkan kecemasan di hati Mama. Prihatin akan nasib laut dan bumi ke depan untuk kelangsungan anak cucu nanti.

Setelah mengetahui risiko sampah plastik di masa pandemi ini, alangkah bijaknya kalau Mama melakukan langkah sederhana untuk mengurangi jumlah penggunaan sampah plastik.

Tidak perlu turun langsung ke membersihkan laut dari sampah plastik, langkah sederhana ini bisa dilakukan dari perilaku sehari-hari.

1. Gunakan masker kain yang bisa dicuci dan kembali dipakai

Daripada menggunakan masker sekali pakai, gunakan masker kain yang bisa dicuci dan digunakan kembali.

Cukup masker sekali pakai menjadi alat yang digunakan pekerja medis. Mama bisa mengurangi jumlah sampah plastik dengan menggantinya menggunakan masker kain.

2. Daripada menggunakan sarung tangan plastik atau karet, biasakan untuk rajin mencuci tangan

Pelaku bisnis kuliner mulai meningkatkan kebersihan proses penanganan makanan untuk dijual. Tak sedikit yang akhirnya menggunakan sarung tangan untuk mengamankan makanan agar tetap steril.

Alangkah lebih baiknya jika meningkatkan standar kebersihan dengan melakukan prosedur mencuci tangan sebelum proses memasak.

Daripada menggunakan sarung tangan plastik atau karet, lebih baik biasakan untuk rajin mencuci tangan.

3. Bijak saat berbelanja online dengan memberikan catatan kepada penjual untuk mengurangi penggunaan plastik saat mengemas

Saat berbelanja online, berilah catatan atau pesan kepada pihak penjual untuk mengurangi penggunaan plastik.

Apabila Mama memesan makanan, berikan pesan untuk tidak perlu menambahkan sendok dan garpu plastik. Coba cari penjual makanan atau minuman yang bisa menggunakan kemasan ramah lingkungan untuk mengemas makanan yang dipesan, bisa berupa wadah kaca, kayu, ataupun daun.

4. Perpanjang usia sampah plastik dengan menggunakannya kembali

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memperpanjang usia sampah plastik.

Yang dimaksud memperpanjang usia sampah plastik adalah dengan memanfaatkannya kembali menjadi barang guna.

Pilah sampah plastik sesuai kategorinya, misal sampah kantong plastik, bubble wrap, kotak plastik, botol plastik, selotip, dan sebagainya.

Pisahnya yang masih bisa Mama gunakan dengan yang tidak bisa.

Sampah plastik yang tidak bisa digunakan kembali bisa Mama kirim ke bank sampah yang akan mengolah sampah Mama.

Semoga dengan membaca artikel ini dapat membuka mata Mama untuk dapat melakukan aksi peduli terhadap alam walaupun langkah itu sederhana.

Baca juga:

The Latest