Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Alasan Anak Usia Remaja Awal Jadi Lebih Tertutup, Ini Penjelasan Psikolog!

boy watching film on laptop
Freepik.com

Memasuki usia 9-12 tahun atau fase remaja awal (pre-teen), banyak orangtua mulai merasakan perubahan signifikan pada anak.

Si Kecil yang mungkin dulu cerewet dan selalu berbagi cerita, tiba-tiba menjadi lebih pendiam dan irit bicara. Merasakan hal serupa juga, Ma? Rupanya, perubahan ini kerap membuat orangtua merasa khawatir, bingung, bahkan tersinggung.

Sebagai seorang Mama dan Psikolog Klinis dan Keluarga, Pritta Tyas lewat akun Instagramnya @pritta_tyas, membagikan penjelasannya mengenai fase yang wajar ini.

Lantas, mengapa hal ini terjadi dan bagaimana sebaiknya orangtua menyikapinya? Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel Popmama.com berikut ini.

1. Alasan pre-teen jadi lebih tertutup

anak tidur
Freepik.com

Menurut Pritta Tyas, kondisi ini adalah bagian alami dari proses yang disebut individuasi. Ini adalah usaha anak untuk membentuk identitas dirinya sendiri yang berbeda dari orangtuanya.

Proses ini terjadi secara natural seiring perkembangan usia dan bukanlah sesuatu yang sengaja dilakukan untuk membuat orangtua bingung atau kesal.

Nah, di usia inilah anak nantinya mengalami beberapa hal yang memicu perubahan perilaku. Pertama, otak mereka berkembang pesat yang membuatnya mulai berpikir lebih mandiri dan kritis. Kedua, mereka mulai menginginkan privasi, sehingga merasa perlu memiliki ruang sendiri dan tak ingin selalu diawasi.

Selain itu, peran teman sebaya menjadi jauh lebih penting nih, Ma, bagi anak seusia ini. Anak mulai mencari validasi dan penerimaan dari lingkungan pergaulannya, alih-alih dari orangtuanya.

Ditambah lagi, perubahan hormon pre-teen yang membuat emosi mereka mudah naik-turun, sehingga cenderung lebih sensitif dan mudah merasa bahwa tak ada yang memahaminya.

2. Kesalahan orangtua yang bikin anak makin menutup diri

mendidik anak laki-laki mental provider
Freepik/pressfoto

Tanpa disadari, respons orangtua terhadap perubahan sikap anak justru dapat memperburuk keadaan, lho. Pritta menambahkan dalam unggahannya bahwa ada beberapa hal yang sering dilakukan orangtua tapi justru membuat anak semakin menjauh.

Salah satunya adalah langsung menghakimi dengan kalimat seperti, "Kamu kok gitu sih, nggak boleh gitu dong!"

Meski kalimatnya terdengar sepele bagi orangtua, nyatanya hal ini justru membuat anak jadi merasa tak dihargai perasaannya, Ma.

kesalahan berikutnya adalah terlalu cepat memberi nasihat sebelum benar-benar mendengar cerita anak, misalnya dengan memulai ucapan, "Kamu tuh harusnya..."

Kesalahan lain yang mungkin masih banyak dilakukan orangtua tanpa sadar adalah membandingkan anak, baik dengan diri sendiri di masa lalu atau dengan anak lain.

Ucapan seperti, "Dulu Mama nggak gitu pas seumuran kamu" atau "Lihat tuh teman-teman kamu aja nggak begitu," akan membuat anak merasa tak diterima.

Sama halnya dengan cara kita memaksa anak untuk bercerita ketika sedang marah. "Sini duduk dulu, kalau orangtua nanya tuh dijawab!" Wah, kalimat seperti ini yang bikin si remaja mulai menjauh, Ma!

3. Langkah tepat menangani pre-teen agar tetap nyaman terbuka

mom playing with her kid
Freepik.com

Kalau beberapa kesalahan di atas masih tanpa sadar Mama lakukan, tenang dulu, Ma! Yuk, kita intip penjelasan Pritta Tyas dengan beberapa kunci utama yang bisa diterapkan.

Pertama, biasakan untuk mendengarkan tanpa terburu-buru memberi solusi. Tunjukkan empati dengan berkata, "Pasti kamu bingung atau sedih ya, coba sini cerita dulu sama Mama..." Dengan menjadi pendengar yang baik, anak akan merasa aman untuk berbagi.

Kedua, validasi perasaan mereka, Ma. Katakan bahwa emosi yang mereka rasakan adalah wajar, seperti, "Wajar kalau kamu merasa kayak gitu, manusiawi kok!" Validasi ini membuat anak merasa dipahami dan tak dihakimi, yang merupakan fondasi untuk keterbukaan.

Terakhir, jadilah role model keterbukaan. Sebagai peniru ulung, kita perlu jadi role model baginya dengan membiasakan diri bercerita tentang pengalaman atau perasaan sendiri. Dengan melihat orangtuanya terbuka, anak akan merasa lebih aman untuk berbagi dan belajar cara mengungkapkan perasaannya dengan baik.

Memahami bahwa fase pre-teen adalah masa transisi yang penuh gejolak bagi anak adalah kunci kesabaran orangtua.

Meski rasanya tak mudah dan kadang kala bikin Mama merasa bingung, khawatir, bahkan tak jarang ikut marah, tapi hal ini pasti akan segera berlalu, kok!

Dengan pendekatan yang tepat, penuh empati, dan tanpa penghakiman, kita sebagai orangtua bisa menciptakan iklim kepercayaan yang membuat anak merasa nyaman untuk tetap terbuka.

Share
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Playtopia Adventure, Playground Terbesar di Pulau Jawa!

13 Des 2025, 08:30 WIBBig Kid