Viral! Siswa SMP di Blitar Dikeroyok 20 Kakak Kelas saat MPLS

- Korban WV (12) di-bully saat hari terakhir MPLS, Jumat (18/7/2025).
- Awal mula kejadian pengeroyokan korban WV dari diolok-olok, lalu ditampar dan dipukuli.
- Keluarga korban menyebut ingin proses hukum terus berlanjut.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Viral video di internet yang menunjukkan aksi pengeroyokan oleh anak kelas 8 dan 9 SMP kepada adik kelasnya, kelas 7 di Blitar, Jawa Timur. Kejadian nahas itu terekam saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), langsung menuai kecaman.
Aksi kekerasan dilakukan sejumlah siswa terhadap seorang siswa laki-laki berseragam batik hijau. Video yang berdurasi kurang 1 menit itu beredar luas di Facebook, menampilkan korban dipukul dan dikeroyok oleh beberapa siswa lain, sementara sejumlah siswa lainnya menyaksikan tanpa melerai.
Beberapa pelaku yang terekam tampak mengenakan seragam olahraga dan jaket hitam. Ada tiga potongan video yang diunggah dan menyulut perhatian publik sejak akhir pekan, Sabtu (19/7/2025).
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya mengenai kronologi viral siswa SMP di Blitar dikeroyok 20 kakak kelas saat MPLS.
1. Korban WV masih 12 tahun terjadi di hari terakhir MPLS

Dikutip dari berbagai sumber, korban WV yang berusia 12 tahun adalah siswa kelas 1 SMPN Doko, Blitar. Saat hari terakhir MPLS, Jumat (18/7/2025) ia menjadi korban pengeroyokan kakak kelasnya.
Peristiwa itu terjadi di area belakang kamar mandi sekolah yang terletak di Desa Sumberurip, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
2. Awal mula kejadian pengeroyokan korban WV

Berdasarkan keterangan korban, insiden bermula saat kegiatan MPLS berlangsung. Saat itu, korban dipanggil oleh kakak kelas dan diajak menuju ke belakang kamar mandi sekolah.
Saat itu sekolah sedang melakukan kegiatan kerja bakti. Saat WV datang ke lokasi tersebut, ada sekitar 20 siswa lain telah berkumpul dan mulai melontarkan olok-olok secara verbal.
Selanjutnya ada siswa kelas 8 berinisial NTN memulai aksi kekerasan dengan memukul pipi kiri korban. NTN juga menendang bagian perut korban.
Pemukulan yang dilakukan NTN itu memancing siswa lainnya untuk ikut melakukan pengeroyokan. Setelah kejadian tersebut korban sempat kembali ke kelas tetapi tetap dalam kondisi trauma.
Korban juga diancam pelaku utama agar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada guru maupun orangtuanya. Korban WV yang ketakutan sempat merahasiakan kejadian itu tetapi akhirnya menceritakan semuanya sepulang sekolah.
3. Bully kepada korban berawal dari mengolok

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blitar, Adi Andaka, membenarkan bahwa peristiwa tersebut. Lebih detailnya, perundungan ini terjadi saat kerja bakti di sekolah tersebut.
Adi menjelaskan bahwa peristiwa kekerasan itu berawal dari saling olok antara siswa, yang kemudian berujung pada aksi pemukulan. Kasus ini pun terus bergulir dan masih dalam penyelidikan.
4. Korban dikeroyok seniornya kelas 8 dan kelas 9

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo mengatakan ada sekitar 20 siswa yang melakukan tindakan kekerasan kepada korban.
Korban berinisial WV adalah siswa kelas 7 yang di-bully dan mendapatkan kekerasan fisik dari sebagian besar siswa kelas 8 hingga 9. Momon menambahkan kalau ada juga sejumlah pelaku yang merupakan siswa kelas 7 atau teman seangkatan korban.
5. Korban alami luka-luka dan trauma psikis

Untuk mengurai kasus ini, polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Keterangan pun diminta dari dua guru sekolah yakni Guru BK, Wasilah Turrohmah dan Ahmad Safrudin.
Visum juga dilakukan terhadap korban yang menunjukkan luka di siku kanan, nyeri di kepala belakang, dan nyeri di dada. Sejauh ini ada 18 siswa yang diperiksa terkait kasus perundungan dan pengeroyokan tersebut.
Korban WV memang tidak ada luka serius secara fisik, tetapi mengalami trauma psikologis yang cukup berat.
6. Keluarga korban menolak upaya damai

Anak yang menjadi korban perundungan, keluarga WV menolak upaya damai yang disebut-sebut telah disepakati bersama oleh pihak sekolah. Dari keterangan kakek korban, Karlan, keluarga tidak menerima penyelesaian secara kekeluargaan dan minta proses hukum tetap berjalan, Senin (21/7/2025).
Menurut Karlan, WV sebelumnya telah dua kali mengalami perundungan meskipun baru beberapa hari masuk sekolah. Namun, baru kali ini WV berani menceritakan kepada keluarganya karena kejadian sudah terlalu parah.
Korban sendiri adalah anak sulung dari dua bersaudara dan kini tinggal bersama sang Papa. Sementara Mama korban bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di luar negeri.
Itulah tadi kronologi viral siswa SMP di Blitar dikeroyok 20 kakak kelas saat MPLS. Semoga kasus ini segera menemui titik terang dan korban mendapatkan keadilan.