Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Belajar dari Kasus Timothy, Adab Sama Pentingnya dengan Ilmu!

perundungan di ujung duka pada mahasiswa Udayana
Popmama.com/Sekar Gadis Biantara
Intinya sih...
  • Kasus Timothy menjadi cermin buram dalam dunia pendidikan
  • Orangtua perlu memahami pentingnya mengajarkan anak nilai moral, karena adab sama pentingnya dengan ilmu. Ini wajib dimiliki oleh setiap anak
  • Pentingnya mengajarkan toleransi dan empati terhadap perbedaan dan perasaan orang lain dimulai sejak dini
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kasus pilu datang dari dunia pendidikan. Seorang mahasiswa Universitas Udayana, TAS (22), ditemukan meninggal dunia setelah diduga bunuh diri di Gedung FISIP kampus tersebut.

Namun yang membuat publik terpukul adalah apa yang terjadi setelahnya. Beredar tangkapan layar percakapan yang menunjukkan ejekan dan candaan tidak pantas tentang korban di grup mahasiswa. Kabar ini menyisakan duka dan tanya. Di ruang yang seharusnya mencerdaskan, justru muncul kata-kata yang menyakiti. Di mana empati dan rasa hormat yang seharusnya tumbuh bersama ilmu?

Kasus ini menjadi pengingat bagi orangtua, bahwa belajar dari kasus Timothy, adab sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan. Yuk, Ma, bersama Popmama.com tanamkan empati, sopan santun, dan toleransi sejak dini agar anak tumbuh cerdas sekaligus berperilaku bijak.

1. Kasus Timothy jadi cermin buram dunia pendidikan

bukti screenshot grup whatsapp perundungan
Popmama.com/Sekar Gadis Biantara

Mahasiswa semester VII Program Studi Sosiologi Universitas Udayana berinisial TAS (22) ditemukan meninggal dunia pada Rabu (15/10/2025) di Gedung FISIP, Denpasar, Bali. Ia diduga melakukan tindakan bunuh diri dengan melompat dari lantai empat gedung kampus.

Pasalnya, Universitas Udayana mengakui bahwa CCTV kampus rusak sejak 2023 sehingga tidak ada rekaman atau saksi di TKP. 

Hingga kini, keluarga, pihak kampus, dan kepolisian masih menyelidiki penyebab pasti kematian TAS (22). Beredar kabar simpang siur mengenai dugaan perundungan di lingkungan kampus dan skripsi yang ditolak, namun hal ini telah dibantah oleh kerabat serta pihak universitas. Mereka mengenal TAS sebagai sosok yang cerdas, ceria, dan memiliki kemampuan akademik yang baik. Sehingga, kecil kemungkinan kematiannya dilatarbelakangi oleh perundungan.

Ironisnya, gelombang duka mendadak berubah menjadi kemarahan publik setelah tangkapan layar percakapan grup WhatsApp tersebar di media sosial. Dalam percakapan itu, sejumlah mahasiswa diduga memperolok dan membuat candaan tidak pantas tentang kepergian korban. Tindakan tersebut memicu keprihatinan nasional. Banyak pihak menyoroti hilangnya empati dan rasa hormat di lingkungan akademis yang seharusnya menjadi tempat menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan.

Perundungan yang terjadi dimulai dari, "gak  berasa (kalau terjun dari) lantai 2," ujar Calista Amore. "Tanggung banget bunuh diri dari lantai 2 yak," tutur Vita Maria di lain grup.

Masih banyak lagi ujaran tak pantas yang disampaikan oleh: 

  1. Calista Amore Manurung, Profesi Dokter 2024 Fakultas Kedokteran angkatan 2021, dokter Co-ass di RS Ngoerah 
  2. James Halim, Profesi Dokter Fakultas Kedokteran angkatan 2021, 
  3. Erick Gonata, Profesi Dokter Fakultas Kedokteran angkatan 2021, 
  4. Leonardo Jonathan, Fakultas Kelautan angkatan 2022 selaku Wakil Ketua BEM 2025.
  5. Maria Victoria Viyata, Fakultas Ilmu Politik angkatan angkatan 2023
  6. Muhammad Riyad Alvitto, Fakultas Ilmu Politik angkatan 2023
  7. Ryan Abel, Fakultas Ilmu Politik angkatan 2023
  8. AA Ngurah Nanda Budiadnyana, Fakultas Ilmu Politik angkatan 2023
  9. Vito Simanungkalit, Fakultas Ilmu Politik angkatan 2023
  10. Jetro Ferdio, Fakultas Perikanan angkatan 2022
  11. Ayu Tasyantari, Fakultas Teknologi Pertanian angkatan 2022

Bagaimana bisa mahasiswa yang datang dari latar belakang berpendidikan, tega hati mengatakan hal-hal serupa. Ma, inilah pentingnya menyelaraskan adab dengan ilmu.

Untuk itu, kasus ini jadi alarm bagi kita semua. Mari ajarkan anak adab dan empati sejak dini dimulai dari rumah. Jangan sampai anak jadi pelaku perundungan!

2. Pentingnya mengajarkan anak nilai moral lewat adab dan ilmu

ajarkan anak untuk beradab
Pinterest.com

Fenomena menurunnya adab dan sopan santun pada anak-anak dan remaja menjadi isu serius yang membutuhkan perhatian serta penanganan secara sistematis. Sekali lagi, ini terkait dengan pendidikan karakter, yang sama pentingnya dengan pengajaran ilmu pengetahuan.

Karakter merupakan akhlak yang melekat dalam diri seseorang, yang dibangun melalui kesadaran terhadap keseluruhan tata perilaku serta tindakan yang sesuai dengan norma moral yang berlaku.

Urgensi penanaman adab sejak usia dini semakin penting, karena kebiasaan dan nilai yang ditanamkan pada masa anak-anak akan menjadi pola dasar yang menetap dan sulit diubah saat dewasa.

Adab tidak hanya berkaitan dengan sopan santun dalam interaksi sosial, tetapi juga mencakup dimensi spiritual dan intelektual. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibekali pendidikan adab sejak dini memiliki kemampuan adaptasi sosial yang lebih baik, kontrol diri yang lebih kuat, serta pemahaman mendalam terhadap nilai moral.

Adab dapat dibagi ke dalam empat dimensi utama: hubungan dengan Tuhan, kemanusiaan, diri sendiri, dan lingkungan. Empat aspek yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak.

  • Dimensi ketuhanan: Anak diperkenalkan sejak dini pada konsep keimanan, ibadah, dan ketakwaan.
  • Dimensi diri sendiri: Mencakup kebersihan, kesehatan, dan kemampuan mengendalikan diri.
  • Dimensi kemanusiaan: Anak diajarkan nilai-nilai seperti hormat kepada orang tua dan guru, kasih sayang terhadap sesama, serta adab dalam berbicara.
  • Dimensi lingkungan: Anak dilatih untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap alam sekitar.

Pendidikan anak tidak sekadar menguasai pelajaran di sekolah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memperoleh pendidikan adab sejak dini memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang lebih baik, tercermin dalam kemampuan mengendalikan diri, empati terhadap orang lain, dan kesadaran akan nilai-nilai moral.

3. Pentingnya toleransi dan empati terhadap perbedaan dan perasaan orang lain

persahabatan anak-anak
Freepik/jcomp

Ma, perasaan memang menjadi tanggung jawab masing-masing setiap individu. Namun, penting bagi anak untuk diajarkan berempati terhadap kondisi dan pengalaman orang lain, karena hal ini akan membantunya hidup harmonis dalam masyarakat di masa dewasa.

Toleransi dan empati merupakan dua nilai fundamental yang harus ditanamkan sejak dini.

Empati adalah keadaan emosional di mana seseorang mampu merasakan apa yang dialami orang lain, menyesuaikan perasaannya dengan situasi dan sentimen orang tersebut.

Meskipun empati bersifat emosional, kemampuan ini juga membutuhkan aspek kognitif, seperti kemampuan mengambil perspektif orang lain dan mengenali emosi yang dirasakannya.

Pendidikan karakter pada anak usia dini sangat krusial untuk membentuk kepribadian mereka. Salah satu karakter yang perlu dikembangkan adalah empati, kemampuan untuk merasakan, memahami, dan menghargai pengalaman serta perasaan orang lain.

Toleransi dan empati dapat ditumbuhkan melalui keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Peran Mama dan Papa sangat besar dalam menunjukkan sikap positif dan menghargai orang lain.

Kenalkan anak pada keberagaman di lingkungan sosialnya, dan bimbing mereka agar mampu menerima serta menghormati perbedaan dengan bijak.

4. Bangun cinta kasih yang kuat dari dalam diri

Anak-anak sedang tertawa
Freepik/jcomp

Hubungan positif antara orang tua dan anak sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak. Orang tua yang hangat dan penuh kasih sayang lebih mudah membimbing anak menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam pendidikan.

Hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang akan memengaruhi emosi, perilaku, serta perkembangan mental dan sosial anak secara menyeluruh.

Beberapa cara membangun hubungan yang positif antara orang tua dan anak antara lain:

  • Mendengarkan dengan penuh perhatian: Anak perlu merasa bahwa suara dan pendapat mereka dihargai. Orang tua sebaiknya memberi perhatian penuh saat anak berbicara dan menghindari interupsi.
  • Menggunakan bahasa positif: Hindari kata-kata yang merendahkan atau menyalahkan. Ganti dengan kalimat yang mendukung, misalnya, "Coba pikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalah ini," daripada mengatakan, "Kamu selalu salah."
  • Menunjukkan kasih sayang: Pelukan, ciuman, atau kata-kata penuh cinta membuat anak merasa dihargai dan disayangi.
  • Memberi contoh rasa hormat: Menghormati anak, pasangan, dan orang lain di sekitar akan mengajarkan anak nilai-nilai positif.
  • Memberikan apresiasi dan afirmasi positif: Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan mendorong mereka untuk terus berusaha.

5. Bedakan bercanda dan merendahkan orang lain

anak-anak sedang bermain di taman
Freepik

Anak perlu diajarkan bahwa tidak semua hal bisa dijadikan bahan candaan. Bercanda yang sehat membuat orang lain tertawa tanpa ada yang tersakiti. Tapi saat tawa hadir karena merendahkan orang lain, itu bukan lagi humor melainkan bentuk kekerasan verbal.

Ajarkan anak untuk peka terhadap perasaan orang lain sebelum berbicara. Dengan begitu, mereka belajar menempatkan empati di atas ego, dan tahu batas antara bersenang-senang dan menyakiti.

Ma, belajar dari kasus Timothy, adab sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan.

Mari kita evaluasi perilaku anak secara berkala dan ajarkan mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang empatik, santun, serta menghargai perbedaan, dimulai dari rumah.

Perundungan bukan sekadar masalah sosial, tetapi cerminan bagaimana nilai-nilai kemanusiaan ditanamkan sejak dini.

Yuk Ma, tumbuhkan rasa peka, peduli, dan empati karena dunia butuh lebih banyak anak yang berani berbuat baik, bukan yang melukai.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

10 Makanan untuk Membuat Anak Cerdas dan Pintar

11 Nov 2025, 10:21 WIBBig Kid