Cara Mengajarkan Empati pada Anak sesuai dengan Usianya

Mengajarkan empati pada anak sejak dini adalah fondasi penting untuk membentuk karakter yang peduli dan peka terhadap perasaan orang lain.
Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tantangan, anak-anak yang memiliki empati akan lebih mudah membangun hubungan yang sehat, memahami perasaan orang lain, dan menjadi pribadi yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Sebagai orangtua, Mama memiliki peran penting dalam menanamkan empati sejak dini. Namun, hal yang harus diperhatikan adalah cara mengajarkannya tidak bisa disamakan untuk semua usia.
Anak usia balita, misalnya, masih belajar mengenali emosi dasar, sementara anak usia sekolah mulai bisa memahami sudut pandang orang lain.
Oleh karena itu, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai cara mengajarkan anak empati sesuai dengan usianya.
Agar Mama bisa membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang lembut hati, penuh pengertian, dan siap menghadapi dunia dengan kasih.
1. Usia 1-3 tahun

Di usia ini, anak belum sepenuhnya memahami konsep empati, tapi mereka sangat peka terhadap ekspresi wajah, nada suara, dan suasana hati orang di sekitarnya. Maka, pendekatan yang lembut dan konsisten sangat penting.
Pertama, penting untuk memvalidasi dan memberi label pada emosi anak. Ketika anak menunjukkan perasaan seperti sedih atau marah, Mama bisa menyatakan dan mengakui emosi tersebut, misalnya dengan mengatakan, "Mama tahu kamu sedih karena tidak bisa main sekarang," agar anak belajar mengenali perasaannya sendiri dan merasa dimengerti.
Langkah ini membantu anak belajar mengelola emosinya dan mempersiapkan mereka untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain.
Selain itu, Mama bisa mengajak anak bermain sederhana seperti mengenali ekspresi emosi dasar melalui gambar atau stiker, serta bertanya, "Bagaimana perasaanmu, Nak?" dalam berbagai situasi agar anak mulai belajar berempati.
Bermain peran juga efektif untuk mengajarkan anak memosisikan dirinya sebagai orang lain dan memahami bagaimana perasaan orang lain, misalnya dengan berpura-pura menjadi teman yang sedih dan menanyakan bagaimana sebaiknya ia bisa membantu.
Memberikan contoh empati secara konsisten oleh orangtua juga sangat penting, karena anak usia ini banyak belajar dari apa yang Mama dan Papa tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Usia 3-5 tahun

Di usia 3–5 tahun, anak mulai bisa memahami bahwa orang lain punya perasaan yang berbeda dari dirinya.
Mereka juga mulai menunjukkan rasa peduli secara spontan, misalnya menawarkan mainan saat temannya menangis. Ini adalah masa yang sangat tepat untuk menanamkan empati secara lebih terarah dan menyenangkan.
Mama bisa mulai dengan mengajak anak untuk mengenali dan memahami emosi, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.
Misalnya, saat anak berebut mainan dengan temannya, Mama bisa bertanya, "Bagaimana perasaan temanmu jika mainannya direbut?" Ini membantu anak memposisikan diri sebagai orang lain dan memahami perasaan yang berbeda dari dirinya.
Mama juga dapat menggunakan cerita dari buku atau film favorit anak untuk menggali bagaimana karakter dalam cerita merasa dan bertindak, serta mengajak anak berpikir bagaimana rasanya berada di posisi karakter tersebut.
Selain itu, mengajarkan sopan santun juga penting untuk menumbuhkan empati. Ajari anak mengucapkan kata-kata seperti "tolong," "terima kasih," dan "maaf" sebagai bentuk penghargaan dan rasa peduli kepada orang lain.
3. Usia 5-7 tahun

Di usia 5–7 tahun, anak mulai mampu memahami sudut pandang orang lain secara lebih kompleks. Mereka bisa membayangkan bagaimana perasaan orang lain dalam situasi tertentu, dan mulai menunjukkan empati secara verbal maupun tindakan.
Pada usia ini, anak sudah mulai bisa mengungkapkan bagaimana mereka ingin diperlakukan serta memahami bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik.
Mama dapat mengajarkan anak untuk mengenali berbagai emosi, misalnya dengan mengajak mereka bermain tebak ekspresi wajah yang menggambarkan rasa sedih, marah, atau senang, sehingga anak belajar memberi label pada perasaannya dan perasaan orang lain.
Penting juga untuk mengajak anak memosisikan diri sebagai orang lain. Misalnya, saat anak berebut mainan dengan temannya, Mama bisa bertanya bagaimana perasaan temannya agar anak bisa merasakan konsekuensi dari tindakan yang ia lakukan.
Selain itu, Mama bisa melibatkan anak dalam kegiatan sosial, seperti menyumbangkan mainan atau membantu mengemas barang untuk disumbangkan, juga menjadi cara yang sangat efektif menanamkan rasa peduli dan empati secara praktis.
4. Usia 7-9 tahun

Di usia 7–9 tahun, anak sudah mulai mampu memahami emosi orang lain secara lebih mendalam. Mereka bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di posisi orang lain, dan mulai menunjukkan empati dalam bentuk tindakan nyata seperti menenangkan teman yang sedih atau menawarkan bantuan tanpa diminta.
Mama bisa mulai dengan mengajak anak mengenali dan mengelola emosinya sendiri dengan lebih baik. Anak perlu diajarkan untuk mengidentifikasi dan menyebutkan berbagai macam emosi yang dirasakan, serta belajar mengendalikan emosi negatif seperti marah, sedih, atau kecewa dengan cara yang sehat, misalnya melalui teknik bernapas dalam atau menulis perasaan.
Mama juga bisa mengajak anak bermain permainan kolaborasi seperti bermain bola dalam tim. Permainan bola atau olahraga yang dilakukan dalam tim mengajarkan anak untuk bekerja sama, sabar bergiliran, dan saling mendukung satu sama lain.
Dalam proses ini, anak belajar menghargai perasaan teman, baik saat menang maupun kalah, yang merupakan bentuk empati dalam olahraga.
5. Usia di atas 10 tahun

Anak usia di atas 10 tahun sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan logis yang lebih matang. Mereka mulai memahami bahwa perasaan orang lain bisa dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, dan situasi yang tidak selalu terlihat di permukaan.
Di tahap ini, empati bukan hanya soal “ikut merasa,” tapi juga soal “memahami dan bertindak dengan bijak.”
Mama dapat membantu anak mengenali dan mengelola emosinya secara lebih baik melalui komunikasi terbuka.
Ajak anak untuk rutin bercerita dan menyampaikan perasaan yang dialaminya, serta tanyakan mengapa ia merasakan emosi tertentu. Pendekatan ini membantu anak memahami dirinya sendiri sebelum memahami perasaan orang lain.
Penting untuk mengajarkan anak bagaimana mengatur emosi negatif dengan cara yang sehat, misalnya dengan menulis jurnal perasaan atau berbicara dengan orang terpercaya. Dengan cara ini, anak bisa lebih peka terhadap perasaan diri dan orang lain secara seimbang dan dewasa.
Itulah beberapa cara untuk mengajarkan anak empati sesuai dengan usianya. Empati penting diajarkan kepada anak sejak dini, agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan penuh dengan perhatian.



















