"Susu adalah bagian dari protein hewan yang tidak penting banget. Selama di situ ada telur, ada ikan, ada daging, negara kita kurang apa lagi. Jadi kita tidak mungkin mengonsumsi susu sebagai bangsa Melayu, akhirnya ada yang mencret." Ujar dr. Tan.
dr. Tan Shot Yen Menyoroti Kualitas MBG untuk Anak Sekolah

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah kasus keracunan massal menimpa ratusan siswa di sejumlah daerah, menimbulkan kekhawatiran mengenai standar gizi dan higienitas.
Dalam rapat bersama DPR RI, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum., dokter dan ahli gizi sekaligus perwakilan dari Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA), menegaskan bahwa sebagian besar ahli gizi yang dilibatkan masih pemula dan belum menguasai standar gizi seimbang.
Ia menilai program MBG memerlukan perbaikan menyeluruh dari sisi pengadaan, penyimpanan, hingga distribusi makanan.
Sejalan dengan itu, GKIA mendorong adanya 4 reformasi dan 5 rekomendasi kebijakan untuk memperkuat mutu program MBG di lapangan.
Kali ini Popmama.com akan membahas informasi mengenai dr. Tan Shot Yen menyoroti kualitas MBG untuk anak sekolah. Disimak ya!
Banyak keluhan dari masyarakat penerima MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi perhatian setelah muncul keluhan masyarakat mengenai kualitas makanan yang dibagikan.
Dalam rapat bersama DPR, dr. Tan Shot Yen memaparkan adanya menu yang tidak sesuai dengan kondisi penerima, seperti susu kotak yang justru membuat sebagian siswa muntah karena intoleransi laktosa.
Selain itu, ditemukan pula makanan yang tidak layak konsumsi, mulai dari ayam yang masih mentah, roti yang disajikan bersama telur dan susu, hingga makanan berbelatung.
Masih banyak makanan yang tidak sesuai dengan tujuan program MBG
Dalam rapat bersama DPR RI, dr. Tan Shot Yen menegaskan bahwa masih ditemukan makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan anak sekolah.
Ia menyoroti adanya sekolah yang memberikan menu burger kepada siswa, serta penggunaan daging olahan dengan kualitas rendah.
Kondisi ini dinilai dapat berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang anak-anak, terutama karena menu tersebut tidak mendukung pemenuhan gizi seimbang yang seharusnya menjadi tujuan utama program.
"Isi burgernya itu kastanisasi juga. Dikasih benda tipis berwarna pink. Saya aja nggak pernah mengatakan ini adalah daging olahan. Saya nggak tau itu produk apaan. Itu rasanya kayak karton warnanya pink, dan dibuat lucu-lucuan nih, lalu anak-anak disuruh, 'oke, do it your own, DIY.' Susunlah, ada sayurnya. Astaga, kan bukan itu tujuan MBG.”
GKIA mengungkapkan empat reformasi untuk program MBG
Sejumlah persoalan dalam Program MBG mulai dari distribusi makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi hingga lemahnya sistem pengawasan mendapat perhatian serius.
Menyikapi kondisi ini, Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) menegaskan perlunya reformasi mendasar agar program benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat.
GKIA merumuskan empat reformasi utama, yaitu:
- Menghentikan distribusi makanan kering yang berbasis produk industri atau ultra processed food (UPF).
- Menghentikan operasional SPPG yang potensial bermasalah dalam pengadaan dan distribusi pangan.
- Menghentikan operasional SPPG yang terbukti bermasalah dalam praktik pelaksanaan.
- Menerapkan sistem monitoring, evaluasi, dan supervisi yang akuntabel untuk memastikan kualitas dan transparansi program.
GKIA mengusulkan lima rekomendasi untuk program MBG
Selain empat reformasi yang diajukan, Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) juga menyampaikan lima rekomendasi untuk memperbaiki pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Rekomendasi tersebut meliputi:
- Mendistribusikan MBG ke wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) agar pemerataan akses pangan bergizi dapat tercapai.
- Menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan untuk memastikan standar gizi dan keamanan pangan terpenuhi.
- Menerapkan transparansi keuangan dalam seluruh proses pelaksanaan program.
- Membuktikan adanya edukasi gizi kepada masyarakat sesuai janji yang pernah disampaikan Badan Gizi Nasional (BGN).
- Mengalokasikan menu lokal sebagai 80% isi MBG di seluruh wilayah agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan budaya makan masyarakat.
Nah, itulah informasi mengenai dr. Tan Shot Yen menyoroti kualitas MBG untuk anak sekolah. Semoga bermanfaat!



















