5 Hal yang Harus Diajarkan pada Anak Setelah Usia 5 Tahun

Mendidik anak tentunya bukan hanya soal kecerdasan akademis, tetapi juga membentuk karakter dan empati si Anak.
Setelah melewati usia 5 tahun, anak mama sudah mulai memahami konsep benar dan salah, serta mulai memperhatikan bagaimana perilakunya memberi pengaruh pada orang lain.
Di masa ini, penting bagi orangtua untuk mengajarkan nilai-nilai sosial agar anak tumbuh menjadi pribadi yang menghargai orang lain.
Mengajarkan si Anak tentang empati, kejujuran, dan rasa hormat sejak dini akan menjadi bekal penting dalam kehidupan sosialnya.
Nilai-nilai ini tidak hanya membantunya bersosialisasi dengan teman sebaya, tetapi juga membentuk dasar moral yang kuat di masa depan.
Berikut telah Popmama.com rangkum 5 hal yang harus diajarkan pada anak setelah usia 5 tahun, berdasarkan prinsip sederhana yang penuh makna.
1. Mengejek bukan bentuk candaan yang pantas

Setelah usia 5 tahun, anak mama mulai sering berinteraksi dengan teman-teman di sekolah maupun lingkungan bermain.
Si Anak bisa saja mendengar atau bahkan mencoba melontarkan candaan yang menjadikan orang lain sebagai bahan tertawaan.
Mama perlu menegaskan bahwa candaan yang menyakiti perasaan orang lain bukanlah sesuatu yang lucu. Ajarkan anak untuk membedakan humor yang menyenangkan dengan ejekan yang merendahkan.
Mengajarkan hal ini sejak dini akan membantu anak memahami pentingnya menghormati perasaan orang lain.
Gunakan contoh sederhana, misalnya dengan menanyakan bagaimana perasaan mereka jika menjadi bahan tertawaan.
Dengan begitu, anak belajar menempatkan diri dan membangun empati, salah satu keterampilan sosial yang sangat penting untuk perkembangan anak di masa sekolah.
2. Tidak boleh ada yang dikucilkan atau tidak diajak saat bermain

Saat memasuki sekolah dasar, anak-anak biasanya mulai membentuk kelompok bermain.
Namun, tak jarang ada anak yang dikeluarkan dari permainan, karena dianggap berbeda atau tidak sesuai dengan keinginan kelompok.
Mama perlu mengajarkan bahwa permainan sejati adalah permainan yang bisa membuat semua anak merasa diterima. Jika ada yang tidak dilibatkan, maka permainan itu kehilangan maknanya.
Mengajarkan inklusivitas sejak usia 5 tahun akan membentuk anak yang lebih terbuka, ramah, dan menghargai keberagaman.
Anak mama harus belajar bahwa setiap orang punya hak untuk ikut bersenang-senang tanpa harus dipilih-pilih. Studi dari UNICEF menekankan bahwa bermain bersama merupakan cara alami anak belajar bersosialisasi dan membangun rasa saling menghargai.
Dengan menanamkan nilai ini, anak mama akan lebih mudah menjalin pertemanan sehat di kemudian hari.
3. Prank yang menyakiti bukanlah candaan yang pantas

Prank atau perbuatan usil sering dianggap hal biasa oleh anak, apalagi jika si Anak melihatnya di televisi atau media sosial.
Namun, setelah usia 5 tahun, anak mama harus mulai diajarkan bahwa tidak semua lelucon aman dilakukan. Jika sebuah prank membuat orang lain terluka, baik secara fisik maupun emosional, hal tersebut tidak bisa dianggap lucu.
Ajarkan anak untuk selalu berpikir sebelum bertindak, terutama ketika bercanda. Bantu anak memahami dengan pertanyaan sederhana seperti: “apakah prank ini membuat temanmu bahagia atau malah sakit hati?”
Dengan demikian, anak belajar mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya.
Dengan kemampuan untuk memahami dampak perbuatannya sejak dini, anak mama akan lebih terampil dalam mengontrol diri dan menghindari perilaku yang berisiko menyakiti orang lain.
4. Jangan membicarakan orang di belakang

Di usia sekolah, si Anak akan mulai mendengar gosip atau obrolan yang membicarakan orang lain. Mama perlu menekankan bahwa membicarakan orang yang tidak hadir, apalagi dengan cara yang merugikan, bukanlah hal yang pantas.
Langkah ini adalah bagian penting dari mengajarkan etika komunikasi sejak dini. Anak perlu diarahkan untuk berbicara langsung kepada orang yang bersangkutan jika ada hal yang ingin disampaikan.
Selain itu, Mama juga perlu memberi dorongan pada si Anak untuk selalu berkata baik atau diam ketika tidak ada hal positif untuk dibicarakan.
Menurut psikolog perkembangan Lawrence Kohlberg, tahap perkembangan moral anak dimulai dari pemahaman sederhana tentang aturan sosial, termasuk bagaimana berbicara dengan hormat mengenai orang lain.
Dengan berbekal pemahaman ini, anak mama akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijak dan dipercaya dalam pergaulan.
5. Kenalkan konsep cinta sejati yang bersifat tanpa syarat

Selain hubungan sosial, si Anak juga perlu memahami makna cinta yang sehat.
Setelah usia 5 tahun, anak mama mulai mengerti bahwa cinta sejati bukanlah sesuatu yang diberikan hanya ketika mereka berperilaku baik atau memenuhi syarat tertentu.
Mama dan Papa bisa menunjukkan bahwa kasih sayang tetap ada, meski anak sedang berbuat salah.
Dengan memberi contoh cinta tanpa syarat di keluarga, anak akan merasa aman secara emosional. Anak mama dapat belajar bahwa meski ada konsekuensi untuk perbuatannya, cinta dari orangtua tidak akan hilang.
Rasa aman dalam hubungan orangtua dan anak menjadi dasar penting bagi perkembangan kepercayaan diri anak. Dari sinilah si Anak akan belajar mencintai orang lain dengan tulus dan sehat.
Itulah 5 hal yang harus diajarkan pada anak setelah usia 5 tahun, dengan membekali anak nilai-nilai ini sejak dini, Mama akan membantu si Anak tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi dunia dengan hati yang baik.



















