Kisah Nu'aiman bin Amr, Sahabat Rasulullah yang Usil dan bikin Ketawa

- Nu'aiman bin Amr, sahabat Rasulullah yang humoris dan pejuang
- Kisah madu sebagai hadiah dan "penjualan" sahabatnya sendiri
- Humor Nu'aiman tidak menghapus ketakwaannya, Nabi menghargai perbedaan
Ketika mendengar nama para sahabat Nabi Muhammad SAW, banyak orang langsung membayangkan sosok yang khusyuk, gagah, atau sangat serius dalam beribadah. Namun, dari sekian banyak sahabat, ada satu yang justru dikenal karena kejahilannya.
Ia bernama Nu’aiman bin Ibnu Amr bin Raf'ah. Bukannya suka membuat masalah, justru candaan Nu’aiman menghadirkan tawa di tengah suasana yang tegang, bahkan Rasulullah pun menikmatinya.
Menariknya, dari tingkah lucu Nu’aiman justru lahir banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik, termasuk untuk orangtua dalam mengenali karakter unik anak.
Yuk, simak kisah Nu'aiman bin Amr, sahabat Rasulullah yang usil dan bikin ketawa. Popmama.com rangkum khusus untuk kamu!
Table of Content
1. Sahabat yang jenaka sejak di Madinah

Nu’aiman merupakan sahabat dari golongan Anshar, kelompok penduduk Madinah yang menyambut Rasulullah ketika hijrah. Ia ikut dalam Perang Badar, salah satu perang besar dalam sejarah Islam, sehingga ia bukan hanya sosok humoris tetapi juga seorang pejuang.
Kepribadiannya yang lucu tidak muncul karena ingin mencari perhatian, melainkan spontan. Sifat natural inilah yang menjadikan tingkahnya begitu dikenal di kalangan sahabat.
2. Kisah madu yang bikin Rasulullah geleng-geleng

Suatu ketika, Nu’aiman melihat seorang pedagang madu datang ke Madinah. Ia tahu Nabi menyukai hadiah dan senang menikmati makanan yang baik. Tanpa pikir panjang, Nu’aiman meminta si pedagang untuk memberikan madu itu kepada Rasulullah. Namun, ia menambahkan satu instruksi lain,
“Setelah diberikan kepada beliau, mintalah beliau yang membayar," pesan Nu'aiman.
Pedagang mengikutinya, memberikan madu sebagai seolah-olah hadiah, lalu kembali untuk menagih pembayaran. Para sahabat terdiam, seakan bingung apakah itu pemberian atau transaksi.
Rasulullah tersenyum, mengetahui bahwa ini adalah ulah Nu’aiman. Beliau tetap membayarnya dan tidak marah sedikit pun. Nabi justru senang, karena memahami bahwa Nu’aiman melakukan itu agar beliau bisa menikmati madu tanpa menunggu ada yang membelikan.
"Saya ingin berbuat baik kepadaMu yaa Rasulullah, tapi saya tidak punya apa-apa." jelas Nu'aiman.
Kisah ini menunjukkan bahwa niat baik dapat hadir dalam bentuk yang tidak selalu formal atau terduga.
3. "Menjual" sahabatnya sendiri

Suatu ketika, Nu’aiman bepergian bersama Abu Bakar dan Suwaibith bin Harmalah untuk berdagang ke wilayah Syam. Setiap orang mendapat tugas tertentu, dan Suwaibith dipercaya menjaga persediaan makanan karena dikenal sebagai sosok yang amanah.
Siang hari, ketika Abu Bakar sedang mengurus urusan dagang, Nu’aiman merasa sangat lapar. Ia pun meminta makanan kepada Suwaibith. Namun, karena perbekalan dipegang atas izin Abu Bakar, Suwaibith menolak memberikannya sebelum Abu Bakar kembali.
Nu’aiman kesal merasa “dipersulit”. Tidak lama kemudian, Nu'aiman pergi ke pasar tempat penjualan budak. Nu’aiman mendatangi beberapa calon pembeli dan berkata, “Saya punya budak. Ia pandai, tetapi keras kepala. Jika nanti ia berkata bahwa dirinya orang merdeka, jangan percaya. Saya jual 20 dirham, murah!."
Para pembeli setuju dan mengikuti Nu’aiman. Mereka pun menangkap Suwaibith, yang tentu saja terkejut dan berusaha menjelaskan bahwa dirinya bukan budak, tetapi sahabat Rasulullah SAW. Namun, teriakan ini justru dianggap sebagai bukti bahwa ia “keras kepala”, sesuai gambaran yang dibuat Nu’aiman.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar kembali dan mengetahui apa yang terjadi. Ia segera mengejar pembeli dan menjelaskan bahwa Suwaibith benar-benar orang merdeka. Barulah ia dilepaskan.
Ketika kisah ini sampai kepada Rasulullah SAW, beliau tidak marah. Justru Nabi tertawa terbahak-bahak hingga menundukkan tubuhnya, dan beberapa waktu kemudian masih menceritakannya kembali kepada para tamu sebagai kisah yang menghibur.
4. Humor yang tidak menghapus ketakwaan

Nu’aiman dikenal humoris, tetapi ia juga dikenal sebagai pejuang dalam barisan Islam. Ia pernah terlibat dalam Perang Badar, dan riwayat lainnya mencatat keterlibatannya dalam momen-momen penting bersama Nabi.
Ada kalanya Nu’aiman mendapat hukuman atau teguran ketika tindakannya melewati batas. Tetapi Nabi selalu memperlakukan dirinya dengan penuh kasih. Ketika seseorang mengejek Nu’aiman karena perilakunya, Rasulullah menegur dengan tegas:
“Jangan menghina dia. Demi Allah, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Pesan ini tegas, nilai seseorang tidak selalu tampak dari gaya perilakunya. Kadang sifat ceria menutupi ketaatan dan kecintaan yang mendalam kepada Allah.
5. Nabi menghargai kepribadian dan perbedaan

Hal yang membuat kisah Nu’aiman relevan hingga sekarang adalah sikap Rasulullah dalam meresponnya. Beliau tidak memaksakan semua sahabat menjadi pribadi yang sama, tidak menuntut semua berperilaku serius setiap waktu, dan tidak menghapus humor dari kehidupan sosial.
Rasulullah mengajarkan bahwa kepribadian tidak harus seragam. Selama niatnya baik, tidak menyakiti, dan tidak mengarah pada dosa, karakter humor dapat menjadi sumber kedekatan dan kegembiraan dalam persaudaraan.
Nu’aiman bukan dikenal sebagai ahli hadis, bukan pula pemimpin prajurit. Namun ia memberikan sesuatu yang sangat langka: keceriaan di tengah perjuangan dakwah. Rasulullah menghormatinya, tidak karena usilnya, tetapi karena ketulusan hatinya.
Menarik, ya, kisah Nu'aiman bin Amr, sahabat Rasulullah yang usil dan bikin ketawa.
FAQ Seputar Kisah Nu'aiman bin Amr
| Kenapa Nuaiman dijamin masuk surga? | Nuaiman dijamin masuk surga karena kejenakaannya sering membuat Nabi Muhammad SAW tertawa, sehingga Rasulullah bersabda bahwa Nuaiman akan masuk surga sambil tertawa; ia adalah sahabat yang setia, ahli ibadah (ikut Perang Badar), dan meskipun sering usil, ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, menunjukkan keimanan yang tulus meskipun dengan cara yang lucu. |
| Siapa sahabat Nabi yang paling nakal? | Jika ada gelar "sahabat paling jahil" dalam Islam, Nuaiman pasti pemenangnya. Ia adalah sahabat Rasulullah yang sering membuat para sahabat terpingkal-pingkal. |
| Siapa orang terpintar di zaman Nabi? | Di zaman Rasulullah, ada banyak sahabat-sahabat Nabi yang dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berprestasi, di antara beberapanya adalah Zaid bin Tsabit, Mu'adz bin Jabal, dan Ibnu 'Abbas. |


















