- Dilakukan dengan niat bercanda atau bermain, bukan dengan tujuan merugikan.
- Tidak ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar.
- Suasana tetap menyenangkan dan tidak ada yang merasa dirugikan.
- Semua pihak memahami bahwa tindakannya hanya bagian dari permainan.
Perbedaan Iseng, Konflik, dan Perundungan yang Harus Anak Pahami

- Iseng dilakukan dengan niat bercanda atau bermain dan tidak ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar.
- Konflik yakni terjadi perbedaan pendapat atau tujuan antara anak.
- Perundungan berdampak serius pada kesehatan mental anak.
Konflik dalam pergaulan anak memang hal yang wajar terjadi, baik di sekolah maupun saat bermain. Namun, orangtua perlu memahami bahwa tidak semua masalah antar anak dapat dianggap sama. Ada perbedaan iseng, konflik, dan perundungan yang harus anak pahami.
Memahami perbedaannya akan membantu orangtua memberikan respons yang tepat sehingga anak merasa aman, didukung, dan terlindungi.
Berikut Popmama.com bantu uraikan ketiganya!
1. Iseng (Teasing)

Iseng adalah tindakan yang pada dasarnya dilakukan untuk bercanda, tanpa adanya niat menyakiti. Pada banyak situasi, anak justru menikmati interaksi tersebut dan menjadi bagian dari dinamika bermain.
Karakteristik iseng pada anak:
Namun, iseng bisa berubah menjadi perundungan apabila dilakukan secara berulang meskipun korban sudah menunjukkan ketidaknyamanan. Maka, anak perlu diajarkan bahwa candaan hanya boleh dilakukan jika kedua pihak merasa nyaman.
2. Konflik (Conflict)

Konflik adalah perselisihan yang wajar terjadi ketika anak mulai belajar berinteraksi, bekerja sama, dan mengungkapkan keinginan serta pendapatnya. Konflik memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar menyelesaikan masalah dan memahami sudut pandang orang lain.
Ciri-ciri konflik pada anak:
- Terjadi perbedaan pendapat atau tujuan antara dua anak atau lebih.
- Semua pihak berada pada posisi setara, tidak ada tekanan atau ancaman.
- Tidak ada unsur kesengajaan untuk melukai atau merendahkan.
- Konflik dapat diselesaikan melalui diskusi, kesepakatan, atau mediasi orangtua atau guru.
Konflik tidak seharusnya langsung diselesaikan oleh orangtua. Sebisa mungkin, anak diberi kesempatan menyelesaikan masalah secara mandiri, dengan pendampingan jika diperlukan. Hal ini membantu perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak.
3. Perundungan (Bullying)

Bullying adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan menyakiti, mempermalukan, atau mengintimidasi orang lain secara sengaja dan terus menerus. Berbeda dengan konflik, perundungan terjadi ketika terdapat ketimpangan kekuatan antara pelaku dan korban. Ketimpangan ini bisa berupa kekuatan fisik, jumlah teman, popularitas, atau kemampuan berbicara.
Ciri-ciri utama perundungan:
- Ada niat yang jelas untuk menyakiti atau mempermalukan korban.
- Terdapat ketimpangan kekuatan antara pelaku dan korban.
- Dilakukan berulang atau terus-menerus.
- Korban merasa takut, terintimidasi, atau ingin menghindari lingkungan sosialnya.
Bullying dapat berdampak serius pada kesehatan mental anak. Dampaknya tidak hanya terlihat pada perilaku sehari-hari, tetapi juga dapat memengaruhi kepercayaan diri, kemampuan belajar, hingga perkembangan emosi jangka panjang.
Pentingnya Komunikasi Terbuka dalam Mencegah Bullying

Anak yang merasa aman untuk bercerita kepada orangtuanya akan lebih mudah menyampaikan masalah sosial yang mereka alami. Keterbukaan komunikasi membantu orangtua memahami situasi secara lebih objektif dan tidak langsung bereaksi secara emosional.
Orangtua perlu memberikan ruang bagi anak untuk menceritakan pengalaman mereka tanpa langsung menyimpulkan atau menghakimi.
Contoh Respons Tidak Tepat dari Orangtua

Ketika anak mengatakan tidak ingin sekolah atau merasa tidak punya teman, respons yang terlalu emosional seperti marah, mengancam guru atau murid lain, atau langsung menilai anak sebagai korban, justru dapat memperburuk situasi. Tindakan tersebut membuat anak merasa tidak didengarkan dan hanya dilindungi tanpa pembelajaran sosial.
Contoh Respons yang Tepat

Orangtua sebaiknya menunjukkan empati dan memberikan kesempatan kepada anak untuk menjelaskan situasinya. Tanyakan apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana perasaan anak, dan apa yang mereka inginkan dari orangtua.
Respons yang tepat meliputi:
- Mengakui perasaan anak.
- Menanyakan apa yang membuatnya tidak nyaman.
- Menanyakan bentuk bantuan yang diharapkan.
- Menyakinkan bahwa anak tidak menghadapi masalah sendirian.
Respons seperti ini membantu anak merasa dihargai, aman, dan didukung. Selain itu, orangtua dapat mengajarkan anak untuk bersikap lebih percaya diri dalam menghadapi situasi sosial yang tidak menyenangkan.
Peran Orangtua dalam Menguatkan Anak

Untuk membantu anak menghadapi konflik maupun bullying, orangtua perlu:
- Menjadi teladan dalam menyelesaikan masalah secara sehat.
- Mengajarkan anak membedakan bercanda dan menyakiti.
- Memberikan edukasi mengenai batasan dalam pergaulan.
- Membangun kepercayaan diri dan ketegasan anak.
- Menyediakan ruang aman bagi anak untuk bercerita.
- Bekerja sama dengan pihak sekolah jika ditemukan indikasi bullying.
Tidak semua masalah sosial pada anak adalah perundungan. perbedaan iseng, konflik, dan perundungan yang harus anak pahami merupakan bagian dari belajar bersosialisasi, selama tidak ada unsur intimidasi atau ketimpangan kekuatan.



















