Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Bahaya Polusi Udara dan Asap Rokok terhadap Tumbuh Kembang Anak

Air pollution with two girls in dirty smoked city
Freepik/brgfx

Polusi udara kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan, terutama pada anak. WHO mencatat hampir 99% populasi dunia tinggal di wilayah dengan udara tidak sehat, dan sekitar 93% anak di bawah usia 15 tahun telah menghirup udara tercemar.

Dampaknya tidak sekadar pada paru-paru, tetapi juga bisa menghambat tumbuh kembang anak lho, Ma.

Anak-anak lebih rentan karena mereka bernapas lebih cepat, paru-parunya masih berkembang, dan sering beraktivitas di luar ruangan.

Di Indonesia, kualitas udara juga terus memburuk, bahkan pada 2024 Indonesia masuk dalam 15 besar negara dengan polusi udara terburuk di dunia.

Selain berasal dari kendaraan dan industri, ancaman lain datang dari asap rokok dan rokok elektronik yang efeknya sama berbahaya.

Polusi dan paparan asap rokok ini terbukti dapat memengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, hingga perilaku anak.

Kali ini Popmama.com akan membahas informasi mengenai bahaya polusi udara dan asap rokok terhadap tumbuh kembang anak. Disimak ya, Ma!

1. Polusi udara dan asap rokok dapat menyebabkan stunting pada anak

Little girl sitting on bench
Freepik

Paparan polusi udara dan asap rokok terbukti dapat menghambat pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting lho, Ma.

Zat berbahaya seperti PM2.5, karbon monoksida, dan nikotin dapat mengganggu penyerapan nutrisi serta menurunkan kadar oksigen dalam darah, sehingga tubuh anak kesulitan tumbuh secara optimal.

Dalam paparan dalam seminar media IDAI yang membahas “Dampak Polusi Udara dan Asap Rokok terhadap Perkembangan Anak” pada Kamis (9/10/2025), seorang dokter anak, dr. Cynthia Centauri, Sp.A, Subsp.Resp(K) menjelaskan bahwa anak-anak yang menjadi perokok pasif memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting dan memiliki tinggi badan lebih pendek dibandingkan anak yang tidak terpapar asap rokok.

Ia juga menambahkan bahwa peningkatan kadar polutan seperti PM2.5 dan jelaga di udara dapat menurunkan berat badan bayi saat lahir yang menjadi salah satu faktor awal terjadinya stunting.

2. Meningkatkan risiko obesitas pada anak

Kenali ciri-ciri obesitas - Freepik Vector Juice
Kenali ciri-ciri obesitas - Freepik Vector Juice

Paparan polusi udara dan asap rokok tidak hanya berdampak pada paru-paru, tetapi juga dapat memengaruhi metabolisme tubuh anak.

Dalam seminar media, dr. Cynthia menjelaskan bahwa zat kimia beracun seperti nikotin dan partikel halus, PM2,5 ternyata dapat mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur nafsu makan dan pembakaran energi.

Akibatnya, anak jadi bbisa lebih rentan mengalami peningkatan berat badan yang berlebih, Ma.

Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan tingkat polusi udara tinggi cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dibandingkan anak-anak yang tinggal di daerah dengan udara bersih.

Polusi juga dapat memicu peradangan kronis di tubuh, yang dalam jangka panjang berkontribusi terhadap risiko obesitas serta gangguan metabolik seperti diabetes di usia muda.

3. Polusi udara dan asap rokok dapat mengganggu perkembangan otak anak

boy playing memory game
Freepik

Paparan polusi udara tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik anak, tetapi juga berdampak langsung pada perkembangan otak dan sistem sarafnya.

Zat berbahaya seperti partikel halus, seperti PM2,5 dan PM10 dapat masuk ke aliran darah, menembus sawar otak, dan memicu peradangan yang mengganggu fungsi sel saraf.

Kondisi inilah yang bisa menghambat perkembangan kognitif, kemampuan belajar, hingga perilaku anak, Ma.

Berbagai penelitian telah membuktikan adanya kaitan antara paparan polusi dan gangguan perkembangan anak.

Salah satunya penelitian dari Brasil yang menemukan bahwa polusi udara dari lalu lintas berhubungan dengan meningkatnya kasus autisme (ASD) dan gangguan hiperaktivitas (ADHD).

Sementara itu, penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar PM2,5 dan PM10 di trimester ketiga berisiko 2,2 kali lebih tinggi melahirkan anak dengan autisme.

Anak-anak yang tinggal di daerah dengan kadar PM10 tinggi juga memiliki risiko 11 persen lebih besar mengalami ADHD dibandingkan yang tinggal di lingkungan dengan udara lebih bersih.

"Ada kemungkinan hubungan antara pajanan polutan PM2,5 dan PM10 dengan kejadian autisme (ASD) maupun hiperaktif atau ADHD. Namun, penelitian ini juga mengingatkan bahwa terjadinya autisme maupun ADHD sebetulnya bersifat multifaktor. Salah satu faktor yang dapat mencetuskan, seperti yang dilaporkan dalam penelitian ini, adalah paparan polusi itu sendiri," jelas dr. Cynthia.

4. Mengganggu proses belajar anak di sekolah

Anak-anak memegang buku
Freepik

Paparan polusi udara ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik anak, tetapi juga memengaruhi kemampuan mereka dalam belajar di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Chloe Stenton menemukan bahwa adanya hubungan antara polusi udara akibat lalu lintas (traffic-related air pollution) dengan penurunan performa akademik anak dan remaja, yang diukur melalui nilai matematika, membaca, dan GPA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang tinggal di area dengan kualitas udara buruk cenderung memiliki nilai akademik yang lebih rendah dibanding anak-anak yang hidup di lingkungan dengan udara bersih.

"Penelitian ini juga mencatat bahwa hasilnya masih bersifat heterogen karena banyak faktor lain yang dapat memengaruhi, misalnya anak yang tinggal di dekat jalan raya lebih mudah mengalami gangguan pernapasan seperti asma sehingga sering absen dari sekolah. Hal ini secara tidak langsung turut memengaruhi performa akademik mereka," ujar dr. Cynthia.

Apa yang harus Mama lakukan untuk melindungi anak dari paparan polusi udara dan asap rokok?

Boy wearing white face mask
Freepik/rawpixel.com

Paparan polusi udara dan asap rokok memang sulit dihindari, terutama bagi keluarga yang tinggal di wilayah perkotaan. Namun, langkah pencegahan tetap bisa dilakukan untuk melindungi anak dari dampak buruknya terhadap tumbuh kembang. Menurut dr. Cynthia Centauri, Sp.A, Subsp.Resp(K), polusi udara dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh manusia, termasuk otak dan paru-paru anak. Karena itu, setiap orang tua perlu lebih waspada dan aktif menjaga kualitas udara di sekitar anak.

Berikut beberapa langkah yang bisa Mama lakukan:

  • Menggunakan masker N95 saat kualitas udara sedang buruk agar anak tidak menghirup partikel halus berbahaya.
  • Membatasi aktivitas di luar ruangan ketika indeks polusi tinggi dan pilih kegiatan di luar ruangan yang aman.
  • Menutup jendela kendaraan saat sedang melewati area dengan lalu lintas padat untuk mencegah udara kotor masuk.
  • Menggunakan air purifier dengan HEPA filter agar udara di rumah tetap bersih dari debu dan asap rokok.
  • Menerapkan aturan bebas rokok di rumah dan ajak keluarga mengurangi sumber polusi, misalnya dengan menggunakan transportasi publik.

Nah, itulah informasi mengenai bahaya polusi udara dan asap rokok terhadap tumbuh kembang anak. Semoga bermanfaat ya, Ma!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Seru! Rayakan Natal dan Tahun Baru yang Meriah Bersama Lippo Malls

04 Des 2025, 18:39 WIBKid