- Mengelola emosi sendiri sekaligus belajar mengenali emosi orang lain.
- Memperkuat kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan sosial.
- Lebih siap menghadapi dunia yang beragam.
Cara Montessori Ajarkan Empati pada Anak Sejak Dini, Mudah Dicoba!

Di era digital yang serba cepat ini, mengajarkan si Kecil untuk peduli dan memahami perasaan orang lain menjadi tantangan tersendiri. Bukan begitu, Ma?
Memiliki kemampuan empati adalah fondasi penting agar anak tumbuh menjadi pribadi yang nggak hanya pintar secara akademis, tapi juga memiliki hati yang tulus dan mudah bersosialisasi.
Nah, ternyata, metode montessori menawarkan cara-cara praktis dan alami untuk menanamkan nilai empati ini sejak dini lho, Ma.
Lantas, bagaimana sih cara menerapkannya dalam keseharian? Melansir Montessori Generation, berikut Popmama.com rangkumkan ulasan lengkapnya.
Belajar Empati Sejak Dini di Tengah Gempuran Layar Gadget

Di tahun 2025 ini, para orangtua mungkin menemukan tantangan tersendiri saat membesarkan anaknya di era dunia maya dan layar gadget semakin menonjol dibandingkan interaksi tatap muka.
Nah, karena minimnya interkasi secara langsung inilah, melatih keterampilan berhubungan secara emosional ini jadi semakin krusial, Ma.
Orangtua perlu mebiasakan anak dengan melatih empati mereka untuk nantinya bisa menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain. Karena anak yang berempati bukan hanya disukai dalam pergaulan, tapi juga lebih mampu menyelesaikan konflik dan bekerja sama.
Kalau si Kecil sudah mulai memasuki usia balita, nggak ada salahnya kok kita mulai melatih empati anak. Jika dilakukan sedari dini, anak bisa belajar untuk:
Bedakan Empati dan Baik Hati

Empati sendiri sering disamakan dengan baik hati, padahal keduanya berbeda. Empati sendiri adalah perasaan memahami dan ikut merasakan emosi orang lain. Sementara, baik hati adalah tindakan yang dilakukan, seperti memberi bantuan.
Misalnya, so Kecil melihat temannya sedang sedih. Jika dia juga ikut merasa sedih karenanya, yang dia rasakan itu adalah empati. Tapi jika dia memeluk temannya untuk menghiburnya, maka dia sedang berbuat baik.
Biar lebih jelas lagi, empati bisa dibedakan dari beberapa jenis, Ma. Di antaranya:
- Empati Kognitif: Kemampuan anak untuk memahami sudut pandang orang lain.
- Empati Emosional: Ketika anak ikut merasakan perasaan senang atau sedih yang dirasa orang lain.
- Empati Kasih Sayang: Gabungan dari keduanya, lalu diikuti dengan keinginan untuk membantu.
Pendekatan Montessori untuk Ajarkan Empati

Sebelum membahas lebih jauh bagaimana metode montessori bisa membantu anak belajar berempati. Yuk, kita cari tahu dulu apa itu montessori.
Montessori adalah metode pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori yang berfokus pada kemandirian, kebebasan anak untuk belajar sesuai minatnya, dan penghormatan mendalam terhadap perkembangan alami anak secara fisik, sosial, emosional, dan kognitif.
Jadi, dengan metode ini bukan berarti kita memaksa anak untuk "harus baik" ya, Ma. Prinsipnya itu orangtua perlu menghormati anak, sebagaimana kita ingin dihormati. Dengan begitu, nantinya anak belajar untuk menghormati orang lain juga ke depannya, Ma.
Alih-alih memaksa anak, cobalah memberi ruang pada si Kecil untuk mempelajari dan mempraktikkan empati secara alami melalui interaksi sehari-hari di lingkungan yang mendukung.
Di era sekarang yang sudah lebih mudah menggunakan gadget, anak memang akan lebih sedikit berinteraksi dengan orang lain. Nah, agar anak tetap menjadi pribadi yang berempati, baik sekarang sebagai anak-anak maupun nanti sebagai orang dewasa, bukanlah hal yang bisa dilakukan sekali jadi, Ma.
Untuk itu, berikut ini adalah beberapa strategi yang bisa orangtua terapkan dalam mengajarkan sikap empati lewat metode montessori, yaitu:
1. Jadi role model
Anak adalah peniru ulung, jadi mereka akan mengikuti apa yang mereka lihat, termasuk saat bersikap empati pada orang lain.
Mama dan Papa bisa menunjukkan pada mereka bagaimana caranya peduli dengan perasaan orang lain melalui sikap dan bahasa yang digunakan.
Misalnya saat si Kecil sedang kesal atau kecewa, validasi perasaannya dengan kata-kata. Daripada menyuruhnya diam, Mama bisa coba berkata padanya, "Mama tahu kamu sedih karena mainannya rusak," atau "Aduh, pasti kesel ya, dicuekin teman. Mau cerita sama Mama?".
Kalimat sederhana seperti ini bikin anak merasa dipahami dan aman, yang mana lama-lama mereka pun akan menirunya ketika orang di sekitarnya merasakan hal serupa.
2. Beri ruang untuk anak mengekspresikan perasaannya
Sebagai orang dewasa, sering kali kita merasa bingung saat mengungkapkan perasaaan. Bukan begitu, Ma?
Apalagi anak usia balita yang masih belajar dan memahami perasaan yang mereka rasakan. Nah, di sinilah peran kita sebagai orangtua dalam menciptakan rumah sebagai tempat yang aman bagi mereka untuk mencurahkan isi hati tanpa takut dihakimi.
Caranya gimana, sih? Mengutip dari sumber yang sama, Mama bisa coba beberapa tips berikut:
- Pakai "Emotion Chart": Bantu anak mengenali dan menamai emosinya dengan gambar-gambar ekspresi wajah, bisa dari mainan flash card atau membuat sendiri di rumah.
- Ajak Refleksi: Coba tanyakan pada si Kecil, "Kira-kira, kenapa ya temanmu menangis tadi?" untuk melatihnya melihat dari sudut pandang orang lain.
- Sediakan "Cool Down Corner": Maksudnya, Mama dan Papa bisa menyiapkan sudut nyaman di rumah di mana anak boleh marah, sedih, atau kesal sampai mereka merasa tenang.
3. Lakukan kegiatan seru bersama
Daripada memberikan petuah berupa ceramah semata, lebih baik lakukan kegiatan seru yang menyenangkan setiap hari, Ma.
Nggak harus kegiatan yang dilakukan di luar rumah, Mama bisa kok melakukannya dengan cara sederhana di rumah, misalnya melibatkan si Kecil untuk menyiram tanaman atau memberi makan hewan peliharaan. Aktivitas ini mengajarkannya tanggung jawab dan kasih sayang pada makhluk hidup.
Biar kegiatan makan anak jadi lebih semangat, Mama juga bisa meminta anak menyiapkan piring atau gelas untuk digunakan oleh anggota keluarga lain. Hal ini nantinya bisa mengajarkan anak mengenai arti peduli dan memperhatikan kebutuhan orang lain.
Cukup dengan langkah mudah yang menyenangkan, anak pun akan belajar perlahan mengenai apa itu empati.
4. Baca dongeng juga jadi cara praktis
Kalau si Kecil tipe anak yang senang dibacakan dongeng, Mama bisa lho memanfaatkan ini sebagai strategi dalam mengajarkan empati pada anak.
Momen membaca cerita sebelum tidur bisa jadi waktu yang pas untuk melatih empati karena anak mendengarkan berbagai cerita dengan konflik atau perasaan berbeda-beda.
Nah, biar kegiatan ini jadi lebih bermakna, Mama bisa sesekali menyelipkan pertanyaan padanya seperti, "Kalau kamu jadi dia, gimana perasaanmu?" untuk mendorongnya berimajinasi.
Selain membaca dongeng, bermain peran atau role play juga bisa dicoba untuk mempraktikkan cara menghadapi situasi sosial, seperti bagaimana menolong teman yang terjatuh atau meminjamkan mainan.
Tantangan Orangtua Modern dalam Ajarkan Empati

Strategi di atas tentunya nggak bisa hanya dilakukan sekali jalan, Ma. Terlebih setiap generasi orangtua harus bisa beradaptasi dengan tantangan baru pada generasi anak-anaknya yang tidak bisa disamaratakan.
Tantangan utama yang pasti relate dengan apa yang Mama alami sekarang adalah screen time anak yang makin hari makin bertambah. Untuk mengatasinya, Mama bisa memberikan batasan waktu saat anak bermain gadget dan pilih konten yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan.
Tantangan lain adalah ketika Mama dan Papa punya jadwal kerja yang padat. Biar anak tetap mendapat perhatian untuk tumbuh kembangnya, coba deh manfaatkan momen sederhana yang bisa dilakukan setiap hari, seperti saat sebelum tidur, Mama bisa menanyakan perasaannya pada hari tersebut.
Mengajarkan empati memang bukan proses instan, tapi investasi terbaik untuk masa depan si Kecil. Dengan hadirnya metode montessori, anak akan lebih mengenali, memahami, dan menanggapi emosi seperti seorang ahli empati kecil.
Jadi, jika Mama dan Papa konsisten menerapkannya lewat keseharian, bukan nggak mungkin nantinya si Kecil akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berhati lembut dan peduli pada sekitarnya.
Semoga informasinya bermanfaat dan selamat mencoba, Mama dan Papa!



















