Diduga Malapraktik, Tangan Balita di NTB Harus Diamputasi Usai Diinfus

- Arumi, balita asal Bima, NTB, terancam diamputasi tangan kanan setelah infus yang diduga malapraktik di Puskesmas Bolo.
- Orangtua Arumi memohon rujukan paksa ke RSUD Sondosia dan RSUD Bima karena kondisi tangan anaknya semakin parah.
- Arumi akhirnya harus menjalani operasi amputasi tangan kanannya di RSUP NTB Mataram, orangtuanya menuntut keadilan dan jaminan masa depan untuk putri mereka.
Kisah pilu dialami oleh Arumi, seorang balita asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang terancam diamputasi pada bagian tangan kanannya.
Berita ini viral di media sosial usia kedua orangtua balita yang dikabarkan masih berusia 16 bulan itu meminta keadilan untuk sang anak, akibat adanya dugaan malapraktik yang dilakukan perawat.
Gadis yang diketahui bernama lengkap Arumi Aghnia Azkayra itu awalnya mengalami infeksi usai dipasangkan infus oleh perawat di Puskesmas Bolo. Dari infeksi yang semakin parah, Arumi pun disarankan untuk melakukan operasi amputasi agar tidak menjalar ke organ tubuh lain.
Untuk mengetahui kronologi selengkapnya, berikut Popmama.com rangkumkan informasinya dari berbagai sumber.
1. Awalnya sakit demam dan muntah

Dalam berita yang beredar dan viral di media sosial, gadis kecil ini pertama kali dibawa ke IGD Puskesmas Bolo oleh kedua orangtuanya pada 10 April 2025 lalu.
Saat itu, Arumi harus dibawa ke IGD lantaran demam dan muntah yang membuat orangtuanya harus memberikan pertolongan pertama.
Karena kondisinya yang makin melemah, Arumi pun harus mendapatkan perawatan dengan diberikan cairan infusan oleh pihak perawat di Puskesmas tersebut.
Infusan pertama dipasang di tangan kiri yang kemudian membuat tangannya bengkak, sampai akhirnya dicabut. Lalu sang perawat kembali memaskan infusan di tangan kanan yang berujung juga membengkak.
Melihat kondisi anaknya yang demikian, Mama dari Arumi, Marliana, awalnya telah memeringati perawat. Namun, perawat tetap menyuntikkan obat ke tangan yang sama hingga bengkaknya makin parah dan menghitam.
2. Tangan infeksi berujung meminta rujukan paksa

Dengan kondisi yang kian memburuk, Arumi akhirnya dirujuk ke RSUD Sondosia pada 13 April 2025. Saat tiba di rumah sakit tersebut, dokter yang memeriksa Arumi hanya menyebutkan bahwa bengkak pada tangannya hanyalah penumpukan cairan.
Mengikuti saran yang diberikan untuk dilakukan pengompresan, orangtua Arumi pun mulai mengompres tangan sang anak berharap kondisinya menjadi lebih baik.
Namun, kondisi Arumi justru makin parah. Berdasarkan keterangan orangtuanya, tangan mungil Arumi justru kian menghitam, kaki, bahkan bengkak yang dialami sampai ke atas siku.
Marliana sebagai Mama dari Arumi kembali meminta rujukan untuk ke RSUD Bima agar anaknya mendapat penanganan yang lebih baik.
Sayangnya, permintaan tersebut ditolak hingga membuat orangtua Arumi harus memohon sambil menangis seraya menggendong sang putri agar mendapatkan rujukan paksa.
Melihat bagaimana perjuangan orangtua Arumi yang kini viral di media sosial. Banyak netizen dibuat miris dengan perlakuan pihak rumah sakit saat merawat pasiennya.
"Ada apa ya dengan tenaga medis Indonesia? Dari kemarin malpraktik terus ya kasusnya," komentar seorang netizen dibuat gemas sekaligus pilu melihat berita yang dialami gadis kecil ini.
Netizen pun beramai-ramai menuliskan komentar dengan menyertai akun Komisi Perlindungan Anak dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar pihak terkait menindaklanjuti kasus yang dialami Arumi.
3. Infeksi berujung amputasi

Setelah mendapatkan rujukan hasil memohon yang dilakukan orangtua Arumi kepada pihak RSUD Sondosia, Arumi bersama kedua orangtua tiba di RSUD Bima pada 15 April malam.
Awalnya, keluhan orangtua Arumi sempat disepelekan oleh pihak rumah sakit. Gadis kecil itu harus menahan sakit dan demam tinggi yang tak kunjung turun karena dugaan infeksi yang kian menyebar parah.
Melihat kondisi sang anak yang tak mendapat perhatian serius, kedua orangtua Arumi kembali memohon agar anaknya bisa mendapat pertolongan sebelum semakin parah.
Pada 19 April, Arumi kembali dirujuk ke RSUP NTB di Mataram. Di rumah sakit ini, barulah akhirnya dokter menyatakan telah terjadi infeksi yang meluas dan perlu dilakukan operasi amputasi guna menghindari penyebaran infeksi pada organ tubuh lain.
Awalnya, orangtua Arumi merasa berat hati jika tangan sang anak harus diamputasi. Namun, melihat kondisi anaknya yang tak kunjung membaik, orangtua Arumi pun terpaksa menyetujui prosedur operasi amputasi yang dilakukan di bagian telapak dan jari putri kecilnya.
4. Orangtua meminta keadilan

Seperti teriris, Marliana dan suami harus menahan rasa sakit dan terus bertahan demi menyemangati sang putri yang kini harus kehilangan tangan kanannya di usia yang begitu belia.
Apa yang dialami putri kecilnya ini tentu membuat ia sebagai orangtua merasa harus menuntut keadilan, guna tidak ada lagi anak lain yang mengalami hal serupa.
Orangtua Arumi pun menuntut adanya pemeriksaan dan sanksi tegas terhadap tenaga medis yang lalai. Selain itu, mereka juga meminta pertanggungjawaban pidana dan perdata dari faskes yang terlibat.
Sebagai orangtua yang anaknya mengalami dugaan malapraktik, orangtua Arumi juga meminta jaminan masa depan kepada putrinya berupa tangan prostetik, pendidikan, dan pendampingan psikologis.
Bagaimana pun, Arumi merupakan generasi penerus bangsa yang masih memiliki jalan panjang untuk mendapatkan kehidupan layak seperti anak-anak pada umumnya.
Orangtuanya berharap, kasus sang putri bisa menjadi perhatian dari Pemda dan Kemenkes atas lemahnya sistem rujukan dan penanganan medis di NTB.
Kini, Arumi masih berjuang untuk pulih dan berharap bisa segera mendapat keadilan atas apa yang dideritanya.
Kita doakan bersama untuk kesembuhan Arumi dan kasusnya bisa segera mendapat tindak lanjut dari pihak terkait agar tidak ada lagi kasus serupa yang menimpa anak-anak.
Lekas pulih dan kembali ceria, Arumi!