Pentingnya Peran Ayah dalam Perkembangan Toddler

Kita sekarang bukan lagi berada di zaman ayah hadir ketika Mama tidak bisa. Ayah hadir bukan sebagai ‘pembantu’ ibu, melainkan sebagai sosok pendidik bagi anak, sama seperti Mama.
Membuktikan ini, anak-anak yang memiliki ayah yang sensitif dan suportif pada umumnya menunjukkan tingkat kompetensi sosial yang lebih tinggi dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya.
Anak-anak, terutama anak laki-laki yang mendapatkan akses terhadap berbagai informasi dari ayahnya dan sering diajak berbicara oleh ayahnya menunjukkan performa akademik yang lebih baik dan kemampuan bahasa yang lebih maju.
Apa lagi peran ayah terhadap perkembangan anak, terutama pada usia toddler? Simak informasi selengkapnya di artikel Popmama.com mengenai peran ayah dalam perkembangan anak ini yuk, Ma!
1. Peran ayah dalam perkembangan sosioemosional toddler

Sebuah tinjauan terbaru menemukan bahwa ayah memainkan peran penting dalam perkembangan kemampuan regulasi emosi anak melalui contoh regulasi emosi yang baik, pola asuh yang mendukung secara emosional, serta iklim emosional yang positif antara ayah dan anak.
Peran ini paling menonjol pada masa bayi dan toddler. Tinjauan tersebut juga menunjukkan bahwa kegiatan bermain fisik antara ayah dan anak memberikan kontribusi unik terhadap regulasi emosi anak, dengan korelasi terhadap berkurangnya perilaku eksternal seperti agresivitas pada anak usia toddler, terutama anak laki-laki.
Yang sering luput disadari, kesehatan mental ayah juga berdampak langsung pada anak. Ketika ayah mengalami stres atau gangguan psikologis, anak cenderung kesulitan mengelola emosinya.
Meski peran ayah belum sepenuhnya dipahami secara terpisah dari peran Mama, banyak peneliti percaya bahwa ayah punya cara khas dalam mendampingi anak: mereka cenderung mendorong eksplorasi, keberanian mengambil risiko, dan penyelesaian masalah, berbeda dengan Mama yang biasanya menjadi sumber rasa aman saat anak merasa cemas
Ayah tetap dapat menjalankan peran-peran ini meskipun tidak tinggal serumah dengan anak. Sebagai contoh, terlepas dari apakah mereka tinggal bersama atau tidak, anak-anak yang memiliki kontak positif dan rutin dengan ayah mereka cenderung lebih baik dalam mengatur emosi dibandingkan anak-anak yang sama sekali tidak memiliki kontak dengan ayah mereka.
Meskipun demikian, jika tidak ada keterlibatan ayah, pengasuh lain tetap bisa menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Struktur keluarga bukanlah faktor terpenting; yang paling penting adalah adanya pengasuh yang penuh kasih yang mampu memenuhi kebutuhan perkembangan anak.
Sementara itu, perkembangan sosial-emosional sangat dipengaruhi oleh hubungan yang aman dan positif dengan figur ayah. Kehadiran ayah yang stabil dan responsif membantu anak belajar mengenali dan mengelola emosinya.
Misalnya, ketika anak mengalami ledakan emosi, ayah yang sabar dan suportif dapat membantu anak menenangkan diri, memberi nama pada emosinya, serta menunjukkan cara mengatasinya dengan tenang.
Dari sini anak belajar empati, pengendalian diri, dan keterampilan sosial yang penting untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Tanpa keterlibatan ayah, apalagi pada anak yang secara emosional sudah lebih sulit diatur, risiko munculnya masalah perilaku seperti agresivitas, kecemasan, atau ketidakmampuan bersosialisasi akan meningkat.
2. Peran ayah dalam perkembangan kognitif toddler

Keterlibatan ayah punya pengaruh besar terhadap prestasi akademik anak, bahkan lebih kuat dibanding keterlibatan Mama.
Ayah yang aktif, misalnya dengan sering membacakan buku atau mengajak anak berdiskusi, cenderung mendorong kemampuan bahasa dan literasi anak berkembang lebih pesat. Ayah yang aktif secara fisik juga cenderung memiliki anak yang juga lebih aktif dalam bergerak.
Menariknya, efek positif ini terlihat konsisten di berbagai latar belakang sosial dan budaya. Meski begitu, para ahli masih mencari tahu lebih dalam kenapa kontribusi ayah bisa sekuat itu dalam hal pendidikan anak.
Salah satu studi di Singapura juga menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang ayah habiskan bersama anak, dalam bermain, mengobrol, atau aktivitas edukatif lain, semakin besar dampaknya terhadap perkembangan bahasa, logika, dan emosi anak sejak usia dini.
Dalam perkembangan kognitif dan bahasa, kehadiran ayah memberikan stimulus tambahan. Anak yang mendapatkan stimulasi ini secara konsisten biasanya lebih cepat memahami konsep dasar seperti warna, bentuk, atau angka, dan mampu mengekspresikan diri secara verbal dengan lebih jelas.
3. Peran ayah dalam perkembangan motorik toddler

Dalam perkembangan motorik halus, ayah dapat mendukung keterampilan anak dengan cara menemani kegiatan bermainnya, seperti saat bermain lego, menggambar bersama, atau sesederhana ketika mereka belajar cara mengikat sepatu.
Aktivitas ini melatih koordinasi tangan dan mata, serta meningkatkan kontrol otot-otot halus yang penting untuk kegiatan sekolah seperti menulis. Tanpa keterlibatan tersebut, anak dengan temperamen sulit cenderung mudah frustrasi dan kurang sabar, sehingga perkembangan motoriknya pun bisa terhambat.
Justru pada anak-anak yang memiliki temperamen sulit, kehadiran dan keterlibatan ayah sangat krusial. Sayangnya, sebagaimana ditunjukkan dalam temuan penelitian ini dan didukung oleh studi sebelumnya (Pleck, 2007; Lankinen et al., 2018), ayah seringkali justru menjauh dalam situasi-situasi seperti ini.
Padahal, merekalah yang paling membutuhkan dukungan konsisten untuk membantu mengarahkan potensi perkembangannya secara sehat dan seimbang.
4. Peran ayah dalam perkembangan psikologis toddler

Ayah ternyata punya peran besar dalam membentuk kesehatan mental anak sejak usia dini, dan tidak hanya berupa kehadiran secara fisik saja.
Dalam penelitian Cimino et al pada 2023, ditemukan hasil bahwa interaksi sederhana seperti saat memberi makan anak dapat menjadi momen emosional yang sangat penting.
Mengapa penting? Karena saat ayah responsif terhadap isyarat anak, seperti memberi makan saat lapar, berhenti saat kenyang, atau menenangkan saat anak gelisah, anak belajar bahwa dirinya didengar, dihargai, dan aman.
Dari situ, berkembanglah rasa percaya diri, kemampuan mengenali emosi, dan kelekatan yang sehat (secure attachment). Ini semua adalah fondasi dari perkembangan psikologis yang baik, termasuk kemampuan anak mengatur emosi, mengelola stres, dan berelasi dengan orang lain di masa depan.
Yang menarik, efek positif ini tidak hanya dirasakan anak. Ayah yang terlibat dalam rutinitas pengasuhan, termasuk saat makan, juga mengalami penurunan stres dan gangguan psikologis. Hubungan dua arah yang positif ini menciptakan dinamika keluarga yang lebih hangat dan sehat secara mental.
Temuan ini memperkuat pandangan bahwa ayah bukan hanya pelengkap dalam pengasuhan, tetapi aktor utama dalam membentuk masa depan emosional dan mental anak.
Bahkan hal-hal kecil, seperti memberi makan sambil berbicara lembut atau memberi senyum hangat, bisa memberi dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan psikologis anak.
5. Dampak sosial di generasi berikutnya

Ayah yang aktif membentuk hubungan yang kuat dengan anaknya akan menjadi model pengasuhan bagi generasi berikutnya. Anak laki-laki khususnya cenderung meniru pola keterlibatan dan gaya pengasuhan ayah mereka.
Efek ini berlangsung jangka panjang dan berdampak pada bagaimana anak laki-laki kelak menjalani peran sebagai ayah maupun pasangan.
Beri informasi mengenai peran ayah dalam perkembangan anak ke ayah yuk, Ma! Ternyata, peran ayah sangat penting untuk tidak hanya ‘hadir’ saja, tetapi turut serta dalam proses pengasuhan anak.



















